Utang Bukanlah Momok
![]() |
Ilustrasi Oleh Arfindo Briyan. Sumber: Media Keuangan |
Cara
Memandang Utang
Begitu pula dengan cara pandang
kita terhadap utang negara. Utang bisa dilihat dari kacamata politis, kacamata
pengelola uang negara, atau dalam kacamata ekonomi dan bisnis sederhana.
Kita maklum, banyak
pebisnis yang memiliki sejumlah aset. Ada tanah luas, gedung besar, dan
karyawan hingga ribuan orang. Seringkali, sebagian besar asetnya tersebut
diperoleh dari utang. Tanpa berutang, mungkin dia tidak akan bisa memiliki aset
begitu banyak. Satu hal yang perlu kita apresiasi, ribuan lapangan kerja yang
tersedia menjadi berkah tersendiri bagi kita semua.
Utang negara kita boleh
jadi naik cukup tinggi. Namun, perlu diingat bahwa pertumbuhan, terutama
infrastruktur, berkembang secara merata di seluruh tanah air. Artinya, seluruh
anak bangsa bisa ikut menikmati.
Tentu kita ingat suasana
mudik tahun 2018 lalu. Tidak terjadi terlalu banyak kemacetan dibanding
beberapa tahun sebelumnya yang bahkan sempat menelan korban jiwa. Kala itu,
pembangunan infrastruktur belum bisa mengimbangi pertumbuhan ekonomi, jumlah
penduduk, dan jumlah kendaraan.
Pembangunan
Infrastruktur dan Mental
Infrastruktur yang semakin
baik akan mempermudah dan mempercepat perputaran ekonomi dan bisnis. Contohnya,
ada seorang distributor yang harus mengirimkan barang dari Bekasi ke Jakarta
setiap hari. Biasanya, dia hanya hanya mampu mengirim satu kali sehari. Namun,
dengan pertambahan atau perbaikan jalan, dia dapat mengirim barang dua hingga tiga
kali sehari.
Bertambahnya kenaikan
transaksi dengan sendirinya menambah pendapatan. Naiknya pendapatan para pengusaha
tentu dibarengi dengan naiknya produksi nasional. Pada akhirnya, pendapatan
negara baik melalui PPh maupun PPN akan meningkat.
Bukan hanya itu, harapan
kita infrastruktur akan membuka lapangan kerja baru, seiring meningkatnya produktivitas
perusahaan. Konsumsi penduduk juga bisa meningkat pesat karena pendapatan
mereka juga naik.
Sebagai contoh, data BPS menunjukkan
jumlah perusahaan konstruksi naik dari 129 ribu pada tahun 2015 menjadi 142
ribu pada tahun 2016.
Jumlah pekerja tetapnya
bertambah dari 975 ribu di tahun 2015 menjadi 999 ribu pekerja di tahun 2016. Jumlah
pekerja harian lepas juga naik secara signifikan. Dari 1.5 juta orang per hari
di tahun 2015 menjadi 1.6 juta orang di tahun 2016. Secara otomatis, jumlah
balas jasa pekerja tersebut juga naik dari sebesar Rp129,6 triliun pada 2015
menjadi sebesar Rp140,6 triliun pada 2016. Dari data-data tersebut, sudah dapat
dipastikan ekonomi kita masih akan tumbuh. Apalagi data ini baru diambil dari bidang
konstruksi saja.
Menteri Keuangan Sri
Mulyani menekankan, pengelolaan utang harus dilakukan secara hati-hati untuk
mendukung kesinambungan fiskal. Semua alokasi utang negara juga difokuskan
untuk pembangunan. Utang pemerintah hanya akan digunakan untuk membiayai
kegiatan yang produktif dan bermanfaat jangka panjang. Misalnya, pembiayaan
infrastruktur dan pembangunan manusia.
Lantas bagaimana dengan
bunga dan pokok cicilan utang yang semakin besar setiap tahunnya? Sekali lagi
tentu hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Ketika pembangunan infrastruktur
didukung oleh kualitas manusia yang baik, maka produksi nasional akan
meningkat, pendapatan perusahaan dan rakyat akan meningkat, dan kemampuan
negara untuk membayar cicilan juga akan meningkat.
Agar konsep ini berjalan
dengan baik, kita semua wajib mengawal pembangunan, terutama terkait integritas
para pengelola utang, pengelola infrastruktur, aparat penegak hukum, hingga
para pemungut pajak. Semua elemen pemerintahan dan dunia bisnis yang
kegiatannya dibiayai dari APBN harus bersih dari korupsi dan gratifikasi.
Dengan begitu, pengelolaan utang dapat dilakukan secara tepat.
Sebagai contoh, banyak
diantara kita yang membangun rumah kontrakan sederhana yang sebagian modalnya berasal
dari pinjaman. Aset kita akan bertambah. Saat pinjaman tersebut sudah lunas,
kita tinggal menikmati hasilnya saja.
Tentu dalam proses
pembangunannya ada potensi korupsi dari karyawan yang bekerja. Bisa jadi
semennya atau besinya dikurangi sehingga bangunan berisiko gampang roboh. Bisa
jadi anggota keluarga pengelola ada yang terjerat narkoba, sehingga utang yang
diambil berisiko tinggi gagal bayar.
Begitu pula dengan NKRI.
Bila utang dikelola dengan baik, tidak ada lagi korupsi, dan seluruh aparatur Negara
menjalankan fungsinya dengan baik, maka dapat dipastikan suatu saat nanti utang
justru akan menjadikan negara ini kaya raya dengan sendirinya.
Sebab itu, langkah
pemerintah untuk membangun manusia melalui sector pendidikan, kesehatan, dan pemberantasan
narkoba menjadi penting untuk membangun karakter bangsa. Tugas kita adalah
turut berpartisipasi dan mengawasi mulai dari tingkat desa.
Penutup
Jika pengelola uang negara
mampu mengelola utang dengan tepat dan amanah, modal pinjaman justru akan
membantu Indonesia untuk tumbuh lebih cepat. Harapannya, hal ini turut membuka
mata dunia bahwa Indonesia adalah negara yang besar. Indonesia memiliki begitu
banyak potensi untuk digali dan merupakan lahan investasi yang menjanjikan.
Misalnya melalui pembelian Surat Utang Negara (SUN).
Utang Bukanlah Momok
Hermawan Sukoasih
Pegawai Direktorat
Jenderal Perbendaharaan
Sumber: Media Keuangan