Breaking News

Menciptakan APBN 2018 yang Berkeadilan

Menciptakan APBN 2018 yang Berkeadilan. Optimisme terhadap perekonomian Indonesia semakin terlihat di tahun 2018. Pembangunan infrastruktur tengah digalakkan, peningkatan penerimaan negara melalui reformasi bidang perpajakan dan bea cukai pun telah dijalankan. Posisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebagai instrumen pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan pun semakin strategis.


Menciptakan APBN 2018 yang Berkeadilan


Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 25 Oktober 2017 akhirnya menyepakati kebijakan APBN Tahun 2018. Mengusung tema “Memantapkan Pengelolaan Fiskal untuk Mengakselerasi Pertumbuhan yang Berkeadilan,” APBN 2018 optimis mencapai sasaran pembangunan melalui belanja produktif dan sesuai prioritas nasional. “APBN 2018 didesain menjaga momentum ekonomi untuk menciptakan optimisme, kesempatan kerja, dan memperbaiki kualitas ekonomi,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN 2018 di Aula Mezzanine Kementerian Keuangan.

Terkait pemilihan tema APBN 2018, filosofi Akselerasi Pertumbuhan yang Berkeadilan berawal dari fungsi APBN. Seperti yang diketahui, APBN memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi. Tiga fungsi tersebut mengarah pada tujuan menciptakan kemakmuran yang adil dan makmur.

Dalam menjalankan fungsi alokasi, pemerintah harus mampu mengalokasikan APBN dengan efektif dan efisien. Jumlah APBN yang tidak sedikit membuat pemerintah harus menyusun prioritas belanja negara. Terkait fungsi distribusi, pemerintah mengemban amanah untuk mendistribusikan kembali pendapatan masyarakat untuk membangun negara dan memberikan bantuan kepada masyarakat miskin.

Dalam menjalankan fungsi stabilisasi, pemerintah bertugas menstabilkan keadaan perekonomian dari keadaan yang tidak diinginkan, seperti inflasi dan deflasi yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa tiga fungsi APBN tersebut mengarah pada satu tujuan, yaitu kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kesejahteraan harus disertai dengan keadilan pemerataan lapangan kerja, keadilan fasilitas kesehatan dan pendidikan, dan sebagainya. Untuk itu, ‘Pertumbuhan yang berkeadilan’ menjadi fokus utama APBN 2018.

Dampak Ekonomi Global

Sepanjang 2017, perkembangan perekonomian global mulai menunjukkan geliat yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Pelaku ekonomi global juga telah mencari berbagai penyesuaian, termasuk Tiongkok yang pada tahun 2015 mengalami perlambatan ekonomi. Kondisi ini membuat tren perekonomian semakin membaik, khususnya saat memasuki tahun 2018. “Dilihat dari prediksi dari sisi pertumbuhan ekonomi global, maupun prediksi dari IMF-World Bank, seharusnya pertumbuhan ekonomi di tahun 2018 itu lebih baik,” kata Direktur Penyusunan APBN Kunta Wibawa.

Perlahan namun pasti, angka pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat. Pada akhir tahun 2016, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4,94 persen. Kemudian merangkak naik hingga kuartal tiga tahun 2017 sebesar 5,0 persen. Dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2017, maka pemerintah merumuskan pertumbuhan ekonomi pada APBN 2018 sebesar 5,4 persen.

Menciptakan APBN 2018 yang Berkeadilan


Dalam wawancara dengan Media Keuangan pada November 2017, Direktur Jenderal Anggaran Askolani mengungkapkan, “Tahun depan kita sudah bisa melihat tanda-tanda meningkatnya ekonomi kita.” Lanjutnya, ada empat indikator perekonomian yang membuat pemerintah optimis untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen di tahun 2018.

Pertama, dunia ekspor dan impor Indonesia telah menunjukkan perkembangan positif setelah pada tahun-tahun sebelumnya selalu menurun. Kedua, pemerintah berharap dunia investasi juga mulai meningkat sebagai akibat dari pembangunan infrastruktur yang sudah berjalan selama dua hingga tiga tahun ini. Ketiga, pemerintah telah menyusun belanja prioritas yang akan memberikan efek besar bagi pembangunan. Misalnya, pembangunan daerah terisolasi yang memiliki potensi wisata.

Selain itu, kemudahan berkegiatan (ease of doing businesss) bagi para investor juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan mengeluarkan Paket-Paket Kebijakan Ekonomi. Pada Agustus 2017, Presiden Jokowi telah meluncurkan Paket Kebijakan ke-17. Paket Kebijakan Ekonomi ini bertujuan untuk memperbaiki, menyederhanakan, dan mempermudah proses ekonomi dalam dunia investasi.

Mengelola penerimaan yang optimal

Dalam menggenjot penerimaan negara, pemerintah terus berupaya keras untuk meningkatkan kepercayaan publik. Pemerintah berusaha membuktikan bahwa pengelolaan keuangan negara melalui APBN dilakukan secara kredibel. Menurut Askolani, upaya tersebut antara lain melakukan konsolidasi, memperkuat basis penerimaan negara, mereformasi struktur, kemudian meningkatkan kepercayaan publik bahwa masyarakat ikut berkontribusi dalam pembangunan.

Pada postur APBN 2018, pemerintah mematok pendapatan negara sebesar Rp1.894,7 triliun, naik cukup signifikan dibandingkan dengan APBN 2017 sebesar 1.750,3 triliun. Jumlah Rp1.894,7 triliun ini terdiri dari penerimaan perpajakan Rp1.618,1 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp275,4 triliun, dan penerimaan hibah sebesar Rp1,2 triliun.

Mengenai penerimaan perpajakan yang naik dibandingkan APBN 2017, Askolani mengungkapkan pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui reformasi perpajakan untuk menggenjot kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak. “Pemerintah harus meyakinkan masyarakat bahwa uang dari pajak dikembalikan untuk membantu orang yang kurang mampu, menyediakan bisnis untuk orang yang mampu, bahkan sampai ke pelosok Indonesia,” tambah Askolani.

Belanja prioritas

Dalam APBN 2018, belanja negara diarahkan mencapai tujuan pembangunan nasional, yaitu pembangunan infrastruktur, serta pengurangan kemiskinan, dan pengangguran. Hal tersebut dilakukan dalam rangka pemerataan pembangunan dan perbaikan konektivitas dengan tetap menjaga efisiensi.

Pemerintah menyepakati belanja negara pada APBN 2018 sebesar Rp2.220,7 triliun, lebih besar dibandingkan belanja negara pada APBN 2017 yaitu Rp2.080,5 triliun. Pada postur APBN 2018, belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.454,5 triliun, serta Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp766,2 triliun. Dengan demikian, defisit anggaran ditetapkan sebesar Rp325,9 triliun atau 2,19 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Sama halnya dengan APBN 2017, APBN 2018 akan melanjutkan program efisiensi demi belanja negara yang lebih berkualitas dan tepat sasaran. Pada belanja pemerintah pusat, belanja mengalami peningkatan yang signifikan pada beberapa fungsi. Pertama, fungsi pelayanan umum untuk pemenuhan berbagai kewajiban pemerintah, termasuk pada pihak ketiga. Kedua, fungsi ekonomi untuk mendukung upaya percepatan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, fungsi kesehatan untuk mendukung pelaksanaan program kefarmasian dan alat kesehatan.

Menciptakan APBN 2018 yang Berkeadilan


Dalam menjalankan APBN 2018, pemerintah konsisten melanjutkan pembangunan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015- 2019. Salah bentuk konsistensi tersebut yaitu dengan memprioritaskan pembangunan infrastruktur. Untuk mengejar ketertinggalan (gap) Indonesia terhadap penyediaan infrastruktur, anggaran infrastruktur tumbuh 5,2 persen dari outlook tahun 2017 yaitu sebesar Rp410,4 triliun.

Dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, anggaran pendidikan dalam APBN 2018 meningkat Rp24,3 triliun dari Outlook tahun 2017 yakni sebesar Rp444,1 triliun. Pemerintah juga konsisten melanjutkan sasaran pendidikan tahun sebelumnya melalui Program Indonesia Pintar, Bantuan Operasional Sekolah, Beasiswa Bidik Misi (meningkat 38,8 ribu mahasiswa dari APBN 2017), Pembangunan/Rehab Sekolah/Ruang Kelas, serta Tunjangan Profesi Guru.

Anggaran kesehatan 2018 tetap dijaga lima persen dari APBN dengan mengutamakan beberapa kebijakan. Kebijakan tersebut antara lain meningkatkan dan memperbaiki distribusi fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan, penguatan program preventif yang diarahkan untuk penyakit tidak menular dan program ibu hamil serta ibu menyusui, meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), meningkatkan peran Pemerintah Daerah untuk supply side dan meningkatkan mutu layanan. Pada APBN 2018 anggaran kesehatan meningkat sebesar Rp111 triliun, sedangkan pada outlook tahun 2017 sebesar Rp104,9 triliun.

Demi mengurangi kesenjangan dan angka kemiskinan, pemerintah menyusun anggaran perlindungan sosial yang kini ada perubahan kebijakan melalui Bantuan Penerimaan Non Tunai (BPNT). “Program perlindungan sosial menunjukkan adanya dukungan kepada golongan masyarakat menengah ke bawah untuk tenaga daya beli mereka dan untuk mempertahankan agar terangkat dari level menegah ke bawah,” jelas Askolani.

Sasaran perlindungan sosial meliputi Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan, Penerima Bantuan Iuran dalam rangka JKN, Penyediaan Bantuan Kelompok Usaha Ekonomi Produktif, Program Indonesia Pintar, Bidik Misi, dan Dana Desa. PKH meningkat cukup signifikan di tahun 2018 sebanyak 10 juta keluarga penerima manfaat, sebelumnya hanya sampai enam juta keluarga.

Terkait pemberian subsidi, pemerintah mengevaluasi dari pelaksanaan program subsidi tahun-tahun sebelumnya agar lebih tepat sasaran. Total subsidi energi pada APBN 2018 sebesar Rp94,5 triliun yang meningkat 5,1 persen dari outlook tahun 2017. Subsidi energi tersebut triliun dan Subsidi Listrik sebesar Rp47,7 triliun.

Subsidi Non Energi ditetapkan sebesar Rp61,7 triliun, sedangkan pada APBN 2017 sebesar Rp82,7 triliun. Kebijakan subsidi non energi ini merupakan sinergi bersama bantuan sosial dan transfer ke daerah. Selain itu, kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan kebutuhan pokok dan meningkatkan produktivitas pangan.

Pengelolaan Pembiayaan

Berdasarkan perkiraan pendapatan negara dan rencana belanja negara, maka defisit anggaran pada APBN tahun 2018 diperkirakan mencapai Rp325,9 triliun (2,19 persen dari PDB). Besaran ini lebih rendah dibandingkan outlook APBN Perubahan tahun 2017 sebesar 2,67 persen terhadap PDB. Keseimbangan primer juga turun menjadi negatif Rp87,3 triliun dari outlook tahun 2017 sebesar negatif Rp144,3 triliun.

Dengan demikian, defisit anggaran akan ditutup dengan sumber-sumber pembiayaan anggaran. Sumber pembiayaan anggaran tersebut mengacu pada kebijakan untuk mengendalikan rasio utang terhadap PDB dalam batas aman. Selain itu, kesinambungan fiskal ( fiscal sustainability) diharapkandapat tercapai melalui efisiensi pembiayaan anggaran. Pembiayaan anggaran pada tahun 2018 diarahkan untuk pembiayaan investasi dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur, perbaikan kualitas pendidikan, dan Usaha Mikro Kecil Menengah.

Penutup

Pemerintah tak pernah berhenti untuk melihat fakta di lapangan dari hasil pelaksanaan APBN tahun tahun sebelumnya. Untuk itu, APBN 2018 disusun sedemikian rupa demi mendistribusikan pendapatan negara demi mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan merata. “APBN 2018 baru ditetapkan, kita harus fokus membangun APBN yang kuat dan efektif dalam mencapai target pembangunan. Bila ekonomi membaik dan fiskal makin kuat, maka saat ekonomi tidak stabil kita tetap terjaga,” kata Sri Mulyani.


Sumber: Menciptakan APBN yang Berkeadilan (Media Keuangan, Januari 2018)