Breaking News

Ketua MPR-RI Lakukan Dialog Kebangsaan Dengan Ratusan Peserta Kongres Anak Indonesia

Ketua MPR-RI Lakukan Dialog Kebangsaan Dengan Ratusan Peserta Kongres Anak IndonesiaKongres Anak Indonesia (KAI) XIV yang dilangsungkan dari tanggal 17-21 Desember 2017 di Bekasi, Jawa Barat, secara resmi  dibuka oleh Wakil Walikota Kota Bekasi. Acara dilanjutkan dengan dialog bertajuk "Kebangsaan Anak Indonesia".


Ketua MPR-RI Lakukan Dialog Kebangsaan Dengan Ratusan Peserta Kongres Anak Indonesia


Dialog tersebut menghadirkan tiga narasumber, Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan, Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait dan Kepala Kesbangpol Kota Bekasi mewakili Walikota Bekasi dan DR. Noval Arsyaad bertindak sebagai Moderator.

Dialog tentang Kebangsaan Anak Indonesia ini mengusung tema  "Aku Cinta Perdamaian, Pluralisme dan Tolenrasi, Pancasila Rumah Kita”.

Dihadapan ratusan anak peserta Kongres Anak Indonesia yang ke XIV-2017, Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan menyampaikan pesan kebangsaan sebagai pembekalan anak-anak untuk membahas isu Kebangsaan, Nasionalisme dan kebinekatunggalikaan kedalam sidang-sidang Komisi Kongres Anak Indonesia.

Zulkifli Hasan berpesan, bahwa Indonesia merupakan jalan tengah terhadap masalah kebangsaan yang tidak perlu diperdebatkan. Jalan panjang sejarah dan persamaan nasib telah menyadarkan kita bahwa perbedaan itu memang harus ada, tetapi tidak untuk menjadi perpecahan.

“Keberagaman dan perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan anugerah Tuhan yang senantiasa harus dipelihara dan tidak boleh disamakan. Sedikitnya, Indonesia punya 600-an lebih etnik dan ragam bahasa, termasuk keragaman agama, budaya serta latarbelakang yang tidak bisa disamakan,” ujar Zulkifli Hasan, Senin (18/12) di Auditorium Graha Murdhika, Bekasi, Jawa Barat.

Karena itu, Zulkifli mengajak anak-anak Indonesia untuk tidak mundur kebelakang lagi setelah 72 tahun Indonesia merdeka. Dengan menjadikan soal suku, agama dan keberagaman yang ada sebagai penyebab perpecahan. Tetapi keberagaman itu justru harus disikapi dengan saling menghormati dan menghargai.

Sementara itu, Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menegaskan, pelaksanaan  KAI ke XIV bertujuan untuk memberikan akses seluas-luasnya bagi anak untuk mendiskusikan nilai-nilai kebangsaan yang mulai luntur dan tergerus oleh arus globalisasi teknologi dan informasi. Sekaligus untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak yang mengikuti Kongres Anak Indonesia untuk belajar tentang berdemokrasi, belajar menghargai perbedaan dan keberagaman anak di Indonesia.

“Pelaksanaan Kongres Anak Indonesia ini dilaksanakan sekali dalam setahun. Merupakan perwujudan dari pengimplementasian hak anak atas partisipasi dan hak anak untuk didengar pendapatnya sesuai dengan mandat dan ketentuan dari artikel 13 Konvensi Hak Anak (KHA) serta pasal 24 UU RI Nomor  35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak,” tambah Arist Merdeka Sirait.

Menurutnya, hal yang paling riskan yang mengancam eksistensi keberagaman anak di Indonesia saat ini, selain ancaman kejahatan seksual adalah penanaman paham-paham radikalisme, kebencian, Intoleransi dan persekusi dilingkungan kehidupan anak di Indonesia yang sedang menggejala dan menakutkan.

“Anak-anak sebagai amanah yang mempunyai harkat dan martabat harus diselamatkan karena tampuk masa depan Indonesia hebat yang menghargai pluralisme dan menjunjung tinggi hak asasi manusia adalah ditangan anak Indonesia,” kata Arist.

Oleh sebab itu, perlu cara cerdas untuk menangkalnya dan bahkan memutus mata rantainya. Hal itu dapat dilakukan dengan menumbuhkan semangat baru  melalui penanaman nilai-nilai kebangsaan anak Indonesia, cinta tanah, cinta Indonesia, cinta pluralismrle, menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan keadilan serta menghargai perbedaan dan keberagaman sebagai keutuhan ciptaan Tuhan.

Diakhir Kongres Anak Indonesia, diharapkan akan menghasilkan Sikap Anak Indonesia tentang Kebangsaan, Nasionalisme serta Kebhinekatunggalikaan. Hasil kongres akan diserahkan kepada MPR dan DPR RI, serta kepada masing-masing pemerintah daerah asal delegasi KAI.

Kongres ini akan menetapkan 10 anak yang akan terpilih secara demokratis melalui KAI XIV/ 2017 untuk menjadi Duta Anak. Sebagai Duta Ana, mereka akan mengusung nilai-nilai kebangsaan dan kebinekaan. Duta Anak ini adalah duta untuk  perdamaian dan keadilan, serta Duta Anak untuk pluralisme dan Toleransi.


Dialog interaktif yang dimoderatori Dr. Noval Arsyaad secara partisipatif juga mengajak anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa untuk memanfaatkan kesempatan masa mudanya. Peran mereka dapat dilakukan dengan memberikan pandangan-pandangan yang inovatif bagi para pemangku kepentingan anak. Karena menggunakan hak untuk mengeluarkan pendapat dan kebebasan berorganisasi dan berkumpul merupakan hak yang fundamental yang dimiliki anak secara universal.(kpa)