Mampukah Fiskal Indonesia Mengurangi Ketimpangan Pendapatan? (Bagian 2)
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari: Mampukah Fiskal Indonesia Mengurangi Ketimpangan Pendapatan? (Bagian 1)
Data dan Metodologi
Penelitian
ini menggunakan data time series tahunan
mulai dari 1984 – 2015. Untuk melihat secara empiris dampak kebijakan fiskal
terhadap ketimpangan pendapatan digunakan proksi untuk mewakili variabel
kebijakan fiskal dan ketimpangan pendapatan. Proksi dalam penelitian ini
sendiri mengacu pada proksi jurnal acuan utama yang digunakan penulis yaitu
(Clifton, Diaz-Fuentez, & Revuelta, 2017). Dalam prosesnya, penulis
melakukan penyesuaian terhadap beberapa proksi untuk menyesuaikan terhadap apa
yang ingin dicapai dalam penelitian dan ketersediaan data. Berikut proksi yang
digunakan sebagai variabel kebijakan fiskal dan ketimpangan pendapatan seperti
yang dijelaskan dalam tabel identitas variabel di bawah ini.
Selanjutnya,
untuk meneliti lebih jauh pengaruh antara variabel kebijakan fiskal terhadap
ketimpangan pendapatan di Indonesia maka peneliti memilih untuk menggunakan
model Autoregressive Distributed Lag
(ARDL) untuk melakukan estimasi. Model ARDL merupakan gabungan antara model AR
dan DL dimana model AR itu sendiri merupakan model yang menggunakan satu atau
lebih data masa lampu dari variabel dependen di antara variabel independen
sedangkan DL merupakan model regresi yang melibatkan data pada waktu sekarang
dan waktu masa lampau dari variabel independen. (Gujarati, & Porter, 2009).
Variabel
makro dengan data time series umumnya
mempunyai masalah stasioneritas, sehingga analisis kointegrasi digunakan untuk
mengantisipasi hal tersebut. Bounds
Testing Cointegration dengan pendekatan ARDL memberikan keunggulan bahwa
metode ini tidak mempermasalahkan variabel-variabel yang terdapat pada model
bersifat I (0) atau I (1). Uji yang dilakukan (Pesaran, 2001) memperlihatkan
bahwa pendekatan ARDL akan menghasilkan estimasi yang konsisten dengan
koefisien jangka panjang yang secara asimtotik normal walaupun
variable-variabel independennya atau regresornya bersifat I (0) ataupun I (1).
Estimasi dan identifikasi model ARDL dapat menggunakan OLS apabila ordo ARDL
telah ditentukan (Pesaran, Shin, & Smith, 2001). Lebih lanjut, OLS dapat
digunakan apabila beberapa asumsi OLS mengikat pada estimasi ekonometri terkait
terpenuhi. Estimator BLUE merupakan syarat sebuah model estimasi OLS dapat
dijadikan landasan analisis, sedangkan beberapa masalah dalam pelanggaran
asumsi OLS, meliputi: multikolinieritas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan
kesalahan spesifikasi fungsional.
Adapun
tahap yang harus dilalui untuk mengestimasi menggunakan model ARDL. Masih
berdasarkan (Nkoro, & Uko 2016), terdapat tiga tahap yang harus dilakukan,
yaitu.
Langkah
1: Penentuan Keberadaan Hubungan Jangka Panjang Variabel
Langkah 2: Memilih Durasi Lag yang Tepat untuk Model ARDL /
Estimasi. Lalu Estimasi Jangka Panjang Model ARDL yang Dipilih
Langkah
3: Reparameterisasi Model ARDL menjadi Model Koreksi Kesalahan
Selanjutnya
adalah membuat model persamaan ekonometrika. Dalam penelitian ini, model
ekonometrika yang diajukan adalah sebagai berikut:
Dimana,
IndexGini: Ketimpangan pendapatan, GDP: Gross Domestic Product, EduExp:
Pengeluaran untuk sektor pendidikan, TransReg: Transfer ke daerah, IncTax:
Pajak penghasilan, EmpSal: Pendapatan pegawai negeri sipil.
Hasil Estimasi
Uji unit root digunakan untuk melihat
stasioneritas data yang digunakan dalam model. Hal ini untuk memastikan bahwa
estimasi yang dilakukan terhindar dari masalah spurious regression. Sebagaimana dikemukakan oleh (Gujarati, &
Porter, 2009) bahwa regresi dari variabel-variabel yang tidak stasioner akan
menghasilkan regresi yang lancung. Berdasarkan hal tersebut, uji ini merupakan
hal pertama yang harus dilakukan sebelum masuk ke dalam tahap estimasi. Menurut
hasil uji unit root di atas, terlihat bahwa semua variabel terletak pada first-difference, kemudian bisa
dilanjutkan untuk masuk ke tahap berikutnya, yaitu melihat kointegrasi variabel
menggunakan model ARDL.
Dari
hasil estimasi jangka pendek dapat dilihat bahwa nilai ect/CointEq = -1,686,524
dengan probabilitas 0,0001. Hal ini menunjukkan terjadi kointegrasi di dalam
model tersebut. Nilai betha CointEq
yang negarif menujukkan bahwa model akan menuju keseimbangan dengan kcepatan
168,65% per bulan.
Dari
hasil estimasi jangka panjang menunjukkan bahwa GDP dan penghasilan pegawai
berpengaruh positif terhadap variabel dependen. Sedangkan sisanya yaitu
pengeluaran sektor pendidikan, pajak penghasilan, dan transfer daerah berpengaruh
negatif terhadap variabel dependen. Ada beberapa hal yang menurut penulis bisa
diargumentasikan terkait tanda hubungan koefisien. Selantunya hal tersebut akan
didiskusikan pada bagian diskusi dan pembahasan.
Berdasarkan
Uji Bound, dapat memperkuat uji kointegrasi sebelumnya bahwa variabel dalam
penelitian memiliki hubungan jangka panjang. Ini bisa dilihat dari nilai
F-statistik yang lebih besar dari I1 Bound pada semua level signifikasi.
Baik
pada uji autokorelasi maupun heteroskedastisitas menujukkan bahwa tidak terjadi
permasalahan. Hal ini bisa dilihat dari masing-masing nilai probabilitas
chi-square yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, error pada model tidak
mengandung serial korelasi dan memiliki varian yang konstan.
Untuk
melihat stabilitas model yang digunakan, maka uji CUSUM dan CUSUM of Square
harus dilakukan. Berdasarkan uji tersebut terlihat bahwa model yang digunakan
stabil. Hal ini berdasarkan garis CUSUM maupun CUSUM of Square yang masih
berada di dalam garis signifikansi 5%.
Bersambung: Mampukah Fiskal Indonesia Mengurangi Ketimpangan Pendapatan? (Bagian 3, habis)
Bersambung: Mampukah Fiskal Indonesia Mengurangi Ketimpangan Pendapatan? (Bagian 3, habis)