Telaah Kritis Pergolakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kekinian
Telaah Kritis
Pergolakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kekinian: Himpunan
Mahasiswa
Islam
berdiri di Yogyakarta
pada tanggal 5 februari 1947 yang diperkasai oleh Lafran Pane. HMI dan kepemudaan tidak
bisa
dipisahkan. Selama 70 tahun HMI
telah menjadi organisasi mahasiswa islam terbesar di Indonesia. Dalam lintasan
sejarah himpunan ini telah menorehkan tinta emasnya. Dari rahimnya sejarah
mencatat telah lahir pemuda-pemuda yang menjadi kader terbaik baik dilokal
maupun tingkat nasional.
Akan
tetapi HMI
hari ini masih menjadi korban dari kesuksesannya sendiri. HMI terlalu terlena oleh
kejayaan dan romantisme sejarah dimasa lampau. Betapa tidak, di usia yang seharusnya
menunjukan kemapamanan dalam organisasi. HMI
malah mundur dan memudar peranan ,eksistensi dan kualitasnya. Kemunduran ini
sebenarnya sudah dirasakan sejak tahun 1980-an. Namun
kenapa hingga saat ini masih belum teratasi bahkan HMI semakin mundur dan
memudar ?
HMI terasa semakin
mundur dan memudar karena semakin tergerusnya pondasi-pondasi dasar yang selama
ini menjadi penyangga HMI. Seperti
memudarnya budaya intelektualitas, rendahnya motivasi beramal secara ikhlas,
memudarnya prinsip-prinsip silaturahmi yang berakibat meningkatnya budaya
tanding antar kader serta kuatnya arus politik kepentingan. Maka tidak heran
jika dalam proses pencalonan Ketua
Umum
ditingkat cabang
ataupun Ketua
Umum
ditingkat Pengurus
Besar
HMI
seperti kompetisi untuk merebutkan kekuasaan.
Sehingga menimbulkan
kubu-kubu yang bertikai bahkan dalam lingkup kampus pun terkadang sudah tidak
menegakan keadilan dan kebenaran untuk menduduki suatu kursi kekuasaan. Kebiasaan
buruk yang menjadi budaya akhirnya membuat mahasiswa islam yang masuk HMI hampir tidak ada
perbedaan pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan agama islam sebelum
dengan sesudah masuk HMI.
Hal
itu disebabkan pula karena kurangnya pengetahuan, pemahaman, pengahayatan,
pengamalan ajaran islam dikalangan anggota HMI
dan pengurus sehingga HMI
yang dimasa lampau menjadi tumpuan umat melahirkan ulama yang intelek ataupun
intelektual yang ulama semakin jauh dari kenyataan di era saat ini.
Perilaku kader kebanyakan
jelas bertentangan dengan ciri-ciri seorang kader HMI yang tertuang dalam
misi HMI
poin ke 4 serta semakin jauh dari 5 Kualitas
Insan
Cita
yang diharapkan HMI. Kondisi ini jelas
bertentangan dengan komitmen HMI
yang menjadikan Islam sebagai azas
dalam organisasi.
Baca Juga: Menggelitik Dilema Independensi HMI
Disisi
lain,
gerak organisasi HMI kalah cepat dengan gerak perubahan jaman sehingga HMI tidak lagi tampil
sebagai ujung tombak terdepan di kalangan pemuda dan mahasiswa muslim. Bahkan HMI hari ini sudah mulai
jauh dari mahasiswa.
Betapa
tidak HMI
hari ini tidak responsif
dalam menyerap,
menangkap dan mengakomodir aspirasi mahasiswa di kampus yang menjadi
keinginan dan kebutuhan mereka yang urgent sesuai dengan perubahan dan
perkembangan yang terjadi sangat cepat.
HMI hari ini pun dalam
sisi praktek keagamaan lebih menekankan pada aspek kognitif dari pada aspek
afektif sehingga kader HMI tampil sebagai pemikir dan pendebat hebat namun tidak
diimplementasikan dalam sikap kehidupan bermasyarakat. Sehingga kalangan
mahasiswa islam menilai HMI
tidak tepat lagi bagi mereka untuk berhimpun.
Inilah
kondisi HMI
dan kader HMI
hari ini, Kondisi organisasi dan sebagian kader HMI hari ini mungkin seperti kondisi PMY
yang melatarbelakangi pula didirikannya HMI
oleh Lafran
Pane.
Bahkan Lafran
Pane
ketika memberi sambutan pada dies natalies ke 22 HMI Cabang Yogyakarta
mengatakan HMI
tidak perlu ada karena yang dilaksanakan HMI
dapat dikerjakan oleh Corps mahasiswa oleh PPMI oleh KAMI serta KNPI. Walaupun
CM, PPMI, KAMI dapat melakukan apa yang dilakukan HMI, namun ada hal yang
tidak bisa
dilakukan organisasi tersebut dan hanya bisa dilaksanakan oleh HMI, yaitu pengkaderan
yang merupakan ciri khas HMI
yang tidak dimiliki organisasi lain, dimana kader yang dihasilkan HMI adalah anggota yang
berwawasan keislaman, keindonesiaan, kemahasiswaan dengan 5 Kualitas Insan Cita dan bersifat
independen. Namun melihat realita kondisi HMI
di era hari
ini,
jika kemunduran terus dibiarkan rasanya sangat sulit diwujudkan ciri khas HMI seperti yang
dibicarakan Lafran
Pane
tersebut.
Jika
terus seperti ini apakah HMI
masih dibutuhkan di Indonesia ?
Telaah Kritis Pergolakan Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Kekinian
Oleh: Mauldan Agusta Rifanda
Mahasiswa FEB Unila, Aktif di HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Ekonomi Unila
Mahasiswa FEB Unila, Aktif di HMI Cabang Bandar Lampung Komisariat Ekonomi Unila