Kasak Kusuk Jelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Lampung 2018
Pemilihan Guber (Pilgub)
Lampung akan diselenggarakan pada Juni 2018, atau biasa disebut Pilgub Lampung
2018, mulai hangat menjadi perbincangan terutama di media-media sosial, media
online dan media cetak.
Beberapa kandidat
digadang-gadang akan menjadi lawan petahana. Bisa juga sebuah test case untuk menentukan seberapa
besar dan antusias para responden untuk menentukan pilihan, ketika si A di
gabungkan dengan si B, atau si A dengan si C.
Selain adanya test case
pasangan, ada juga yang coba untuk melempar wacana tentang kinerja. Mesin politik
masing-masing kandidat sedang membaca peluang dan tantangan yang akan mereka
hadapi. Seberapa besar kekuatan lawan dan kekuatan mereka jika bertaruang di
pilgub yang akan datang.
Pada beberapa tahun ini
konsentrasi masyarakat Lampung terutama di media sosial memang banyak
dipengaruhi oleh Pilpres 2014 dan Pilgub DKI 2017. Jokowi-Prabowo-Ahok menjadi
tiga nama yang selalu dibicarakan. Khusus 2016 dan 2017 nama Ahok mencuat bak
selebriti yang tak henti-hentinya diterpa gosip. Counter pada isu-isu miring dan serangan pada lawan-lawan
politiknya kerap kita lihat di media sosial.
Apakah itu berpengaruh
terhadap Pilgub Lampung? Tentu saja berpengaruh, selama beberapa bulan ini,
gaya-gaya pilgub DKI mulai terasa di Lampung. Memang belum secara terbuka,
tetapi masyarakat bisa menilai manuver-manuver itu. Oleh sebab itu saya
mengatangan ini sebagai kasak kusuk
jelang Pilgub Lampung 2018.
Sebagai petahana, M. Ridho
Ficardo dimunculkan dengan beberapa skandal yang menimpanya. Misalnya kasus
dengan Sinta Melyati cukup menyita waktu, tenaga dan pikiran. Sehingga masyarakat
masih menilai apa benar petahana ada skandal??
Skandal tentang adanya
permainan antara pria dan wanita ini memang sangatlah tabu bagi masyarakat
umum. Dan skandal seperti ini sudah banyak yang menjadi korban. Bisa kita lihat
pada Pilgub Lampung 2008, elektabilitas Andi Ahmad langsung merosot tajam tat
kala merebak isu yang menjeratnya tentang skandal tersebar luas dari mulut
ke mulut. Bahkan pemilihan Presiden AS saja antara Hillary Clinton vs Trump
masih menggunakan isu skandal yang dilakukan oleh Bill Clinton puluhan tahun
yang lalu.
Informasi seperti itu dari
media sosial dan media cetak akan cepat diserap oleh masyarakat akar rumput. Di
warung-warung, di gardu, di kantor dan ditempat-tempat berkumpul lainnya,
informasi seperti ini akan sangat asyik untuk diperbincangkan. Jika tidak di-counter dengan cepat maka ini akan menjadi senjata yang menggerus dan merusak
citra dan berakibat pada menurunnya elektabilitas.
Selain skandal dengan
Sinta Melyati, isu lainnya terkait petahana adalah kurang gregetnya kinerja. Saya
tidak tahu dan tidak ingin menilai ini terlalu dalam. Tetapi itu yang dibahas
dan diperbincangkan di media sosial. Mau percaya atau tidak ya itu urusan kita
masing-masing, toh juga kinerja bukan diukur dengan sering atau tidaknya
melakukan blusukan ala Jokowi, tetapi urusan sepele seperti ini bisa jadi
besar.
Saya pernah bicara dengan
salah satu orang dekat Gubernur ketika terjadi banjir yang hampir menerpa
beberapa tempat di Lampung. Tetapi pada saat itu saya belum melihat Gubernur
turun ke lapangan seperti yang dilakukan Bupati-bupati dan Walikota yang
wilayahnya terkena dampak banjir. Di medsos justru dihebohkan dengan foto-foto
welfie Sang Bupati Lampung Timur dengan warga. Warga antusias untuk welfie
dengan bupati cantik itu dan menguploadnya ke medsos tanpa melihat penderitaan
dan dampak dari banjir. Warga justru happy
ditengah-tengah musibah yang mereka hadapi. Setidaknya kehadiran pemimpinnya
ini justru menjadi obat pelipur lara. Beberapa hari kemudian baru Gubernur
turun dan menyambangi wilayah yang terdampak banjir. Akan beda yang dirasakan
oleh masyarakat ketika seseorang dengan kapasitas Gubernur datang dan
menyambangi mereka yang sedang menderita karena musibah.
Beberapa bulan terakhir
banyak akun-akun di facebook dan medsos lainnya yang tiba-tiba menjamur. Mengatas
namakan ini dan itu, setelah di accept
pertemanan, ternyata akun-akun ini tak jauh dari jualan kandidat tertentu.
Misalnya, Herman HN
dianggap menyalahi aturan dengan ngotot untuk membangun fly over di Teuku Umar-ZA
Pagar Alam. Ketika ramai-ramah dibabat habis dengan pemberitaan yang miring dan
aspek-aspek lainnya terkati pembangunan fly over tersebut, sepertinya Herman HN
tidak peduli dan terus menjalankan aksinya.
Tak lama kemudian muncul
lagi bahwa Herman HN hendak menjual lahan SDN 2 Palapa dan lahan sekolah
tersebut akan dijual kepada swasta yang ingin membangun hotel diatasnya. Tujuannya
tak lain untuk meningkatkan PAD dari penjualan asset tersebut. Apalagi ini???
Tentu ada banyak lagi
persoalan-persoalan yang langsung berhadap-hadapan antara Pemerintah Kota
Bandar Lampung dengan Pemerintah Provinsi Lampung. Tensi antara keduanya hampir
tak pernah redup, dari SMKN 9 Bandar Lampung, Stadion Pahoman, PKOR, Reklamasi
Teluk Lampung dan permasalahan lainnya.
Herman HN Vs M. Ridho
Ficardo sudah menjadi umum dilihat. Perang terbuka dan perebutan kewenangan
mereka telah terjadi sejak M. Ridho Ficardo sukses merebut BE 1 pada Pilgub
2014.
Adakah alternatif lain? Sejak
menjadi Bupati Lampung Tengah dan sukses menjadi Ketua DPW Partai Nasdem
Lampung Mustafa menjadi alternatif lain dan cukup diperhitungkan. Dengan program
ronda yang dilakukannya di Lampung Tengah dan program tersebut terpublikasi
secara luas. Maka popularitas Mustafa melambung.
Mustafa pernah dihajar
habis-habisan oleh media ketika pelantikannya menjadi Ketua DPW Partai Nasdem
menghadirkan anak-anak sekolah. Politisasi anak sekolah yang dikirimkannya dari
Lampung Tengah ini demi mencapai rekor MURI yang kesekian kalinya menuai kritik
dari banyak kalangan. Mustafa memang gemar melakukan rekor-rekor MURI dari
setiap even yang ia lakukan. Lama-lama isu-isu itu redup.
Sejalan dengan redupnya
isu itu, Mustafa dengan lantang di media berteriak bahwa dirinya tidak berniat
untuk maju pada Pilgub 2018. Tensi menurun dan kembali normal.
Tiba-tiba ia kembali
tampil dengan gagahnya ketika melakukan lobi dengan para pengusaha pabrik
singkong. Usaha yang dilakukan Mustofa cukup memberikan angin segar bagi para
petani singkong yang dominan di Lampung Tengah. Harga singkong yang sebelumnya
terjun cukup tajam tiba-tiba naik dan memiliki standarisasi minimal dari
pembelian pabrik. Cukup melegakan dan membuat salut.
Tak lama Mustafa dan
Herman HN bertemu. Pertemuan ini menyisakan spekulasi yang beragam. Akan kemana
dan mengapa mereka bertemu? Kira-kira begitu pertanyaannya. Hanya mereka yang
tau, bisa jadi yang diutarakan di media dengan yang dibicarakan antar mereka
sangat berbeda.
Tetapi manuver dari kedua
orang ini juga cukup membuat ketar-ketir petahana. Lewat pidato pada saat musrenbang
sang petahana menyindir keduanya. Seperti itu yang saya baca di salah satu
media online. Ketiga tokoh ini saat ini menjadi magnet.
Masyarakat sedang
menimang, membanding dan mengukur ketiganya. Mana kira-kira yang layak untuk
menjadi Gubernur Lampung selanjutnya. Serta juga akan muncul kandidat-kandidat
lainnya yang bisa jadi lebih mumpuni dibanding ketiganya.. kita tunggu saja
nanti.
Setidaknya setahun kedepan
kita akan menikmati manuver-manuver politik para kandidat baik di medsos dan
sarana-sarana lainnya. Saling menjatuhkan dan saling membuka aib sepertinya akan
menjadi tontonan vulgar yang akan tersaji pada episode-episode selanjutnya. Mengapa?
Karena itu cara yang paling efektif untuk menjatuhkan lawan.
Akan sangat aneh ketika
mereka adu program dan menonjolkan program siapa yang paling unggul. Idealnya si
seperti itu, tapi... ah sudahlah.. nikmati dan hayati saja kinerja para
buzzer-buzzer itu..