Analisis Industri Pariwisata dan Industri Kreatif Nasional dengan Teori Diamond Model M.E. Porter
Bicara
potensi negeri kita, tentunya tidak akan ada habis-habisnya. Potensi yang kita
miliki antara lain keaneka ragamanan
hayati, 177.504 pulau-pulau dengan garis pantai 95.181 kilometer, dan luas laut
5,8 juta kilometer sehingga kita pantas dikatakan sebagai Negara maritim.
![]() |
Dimas Dwi Pratikno |
Potensi
sebagai Negara maritim dunia tersebut tentunya sudah diupayakan optimalisasinya
oleh pemerintah, sebagai contoh, kita dapat lihat Bunaken, Wakatobi, dan Raja
Ampat. Contoh-contoh tersebut merupakan bukti bahwa pemerintah telah
mengupayakan optimalisasi potensi maritim terhadap PDB nasional untuk kemudian
diarahkan menjadi potensi pariwisata nasional.
Upaya
pemerintah ini telah membuahkan hasil yang cukup baik, terbukti dengan
kontribusi sektor pariwisata pada tahun 2010 sebesar 261,05 T menjadi 461,36 T
pada tahun 2015. Kontribusi devisa sektor pariwisata pada tahun 2010 sebesar 7.603,45 juta
dollar menjadi 12.225,89 juta dollar pada tahun 2015. Pada sisi tenaga kerja di
tahun 2010 hanya menyerap 4 juta orang
meningkat pada tahun 2015 sebesar 12,1 juta orang atau 10,6% tenaga kerja
nasional. Pencapaian tersebut merupakan hal yang sangat membanggakan untuk kita selaku
bangsa Indonesia dan tentunya pencapaian ini tidak boleh hanya sampai disini
saja melainkan harus terus dikembangkan kedepannya.
Selain
potensi maritim yang dikembangkan kearah pariwisata, kita juga memiliki potensi
sebagai negara
pengguna internet terbesar nomor 6 di dunia. Menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia) jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2016 sebesar 132,7
juta user atau sekitar 51,5% dari
total jumlah seluruh penduduk. Hal ini dapat memicu industri kreatif di bidang teknologi
untuk lepas landas dan mulai berkontribusi dalam perekonomian nasional.
Potensi
industri kreatif
yang besar ini telah dimanfaatkan oleh golongan anak muda di Indonesia yang
telah mulai merintis dan menjadi start up
dalam industri ini. Kita
ambil contoh seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Go-Jek, nama-nama itu merupakan brand nasional
yang sudah mampu bersaing dan berdiri kokoh. Namun, industri kreatif tersebut untuk saat ini masih belum memiliki
regulasi yang jelas dan belum mampu untuk berkontribusi dalam perekonomian nasional. Seperti Go-Jek yang
baru-baru ini tersandung masalah pajak dan bentrok dengan ojek-ojek
konvensional karena dianggap illegal dan dapat mengurangi pendapatan mereka. Di
satu sisi ini merupakan potensi perekonomian nasional di era digital namun,
disisi lain menimbulkan masalah yang perlu diselesaikan, sehingga nantinya
diharapkan potensi industri kreatif di bidang teknologi ini benar-benar dapat
menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Potensi
pariwisata dan industri kreatif yang luar biasa ini tentunya perlu upaya yang
lebih keras lagi dari seluruh stakeholder terutama pemerintah agar benar-benar teroptimalkan guna pembangunan nasional
kedepannya. Perbaikan infrastruktur dan sarana penunjang pariwisata lainnya
maupun dengan menyiapkan regulasi yang jelas untuk menyelesaikan masalah pada
industri kreatif yang dirasa perlu untuk dipercepat penyelesaiaanya agar
selanjutnya kita mampu bersaing dengan industri-industri sejenis di dunia.
Berbicara
daya saing M.E Porter telah mengemukakan teorinya dimana suatu Negara yang
memiliki competitive advantage of nation
dapat bersaing di pasar internasional apabila memiliki empat factor penentu
yang disebut dengan diamond model sebagai berikut:
Factor endownment
Keadaan faktor produksi seperti tenaga kerja terlatih maupun
infrastruktur untuk bersaing yang perlu pemerintah siapkan. Sektor periwisata sudah mulai perlu dilakukan
pemberdayaan masyarakat dengan kemampuan berbahasa inggris maupun pemberdayaan
pembuatan semacam buah tangan khas masing-masing daerah, dan untuk industri kreatif perlu untuk segera melakukan deregulasi yang
jelas agar penerimaan negara dari industri ini dapat segera terealisasi dengan optimal.
Demand Condition
Kondisi
permintaan dalam negeri yang jika dilihat selalu meningkat di sector pariwisata
dan terus berkembangnya industry kreatif di bidang teknologi dengan pertumbuhan
jumlah pengguna internet yang terus meningkat.
- Relating and Supporting Industries
Kemajuan
teknologi telah mendorong industry pariwisata dan industry kreatif nasional
bersaing dengan sangat kompetitif
- Firm Strategy, Structure, and Rivalry
Berkembangnya
pariwisata dan industri kreatif nasional merupakan daya tarik bagi investor,
sehingga semakin banyak perusahan yang kompetitif di dua sektor ini.
Sehingga
jika dilihat melalui teori diamond model M.E. Porter, industri pariwisata dan industri kreatif nasional memiliki potensi sebagai ujung
tombak keunggulan kompetitif Indonesia di dunia. Dengan demikian diharapkan
kedua industri nasional
ini dapat terus dikembangkan dan nantinya dapat berkontribusi besar dalam
perekonomian nasional.
Analisis Industri Pariwisata dan Industri Kreatif Nasional dengan Teori Diamond Model M.E. Porter
Oleh: Dimas Dwi Pratikno
Mahasiswa FEB Unila, Aktif di HMI CBL Komisariat Ekonomi Unila