Breaking News

Infrastruktur Yang Mendorong Pemerataan Ekonomi

Infrastruktur Yang Mendorong Pemerataan Ekonomi: Pemerintah memberikan perhatian serius pada program pembangunan infrastruktur dengan menambah alokasi anggaran dalam APBN. Pada tahun ini, belanja infrastruktur meningkat secara signifikan dari Rp170,9 triliun menjadi Rp350,3 triliun. Dalam sambutan pada acara Financial Closing Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah Tahun 2017 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (17/2), Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa pembangunan infrastruktur diperlukan untuk meningkatkan pemerataan ekonomi dan meningkatkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Infrastruktur Yang Mendorong Pemerataan Ekonomi
Sumber Foto: Media Keuangan 2017

Presiden Jokowi mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur membuka banyak lapangan kerja dan membuka kesempatan bertumbuhnya UKM-UKM di daerah. “Saya sampaikan berkali-kali, fokus kita ada di infrastruktur. Saya meyakini, infrastruktur akan menumbuhkan investasi dan juga pemerataan kepada warga kita,” kata Presiden sebagaimana dilansir dari situs Sekretariat Kabinet.

Proses peninjauan pembangunan infrastruktur dilakukan langsung oleh para menteri Kabinet Kerja. Salah satunya adalah proyek pembangunan jalan tol Semarang-Solo, Seksi III Bawen-Salatiga yang direncanakan dibangun sepanjang 17,60 km. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menteri PUPR) Basuki Hadimuljono melakukan peninjauan pada Jumat (17/2).

“Hari ini saya bersama Menteri PUPR melihat secara fisik berbagai program jalan terutama tadi Semarang-Solo sepanjang 73 km dan progress yang dihadap, terutama dari sisi mensinkronkan masalah pembiayaan dengan kebutuhan untuk menyelesaikan secara fisik,” ungkap Menkeu di sela-sela kegiatan tersebut.

Menurut Menkeu, jalan raya merupakan salah satu urat nadi terutama di daerah. Peningkatan aktivitas masyarakat dan ekonomi telah mendorong pertambahan mobilitas masyarakat antarkota, sehingga pembangunan jalan raya tak bisa ditunda. Jalan Tol Semarang–Solo akan menghubungkan Kota Semarang, Salatiga, dan Surakarta serta melewati tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Semarang, Boyolali, dan Sukoharjo.

Jalan tol Semarang-Solo mulai dibangun tahun 2009 dengan total lintasan sepanjang 72,64 km. Jalan tol ini merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Jawa yang menghubungkan Jalan Tol Semarang dengan Jalan Tol Solo-Ngawi yang juga telah dimulai pembangunan konstruksinya. “Kita meminta kepada Menteri PUPR dan BPJT untuk memikirkan, nanti kita bersamasama dengan Kementerian Keuangan menggunakan seluruh instrumen yang ada untuk bisa mampu membiayai secara baik dan merangkum resiko dengan baik juga, sehingga kemajuan fisiknya tidak terhalang dengan kendala pembiayaan,” ungkap Menkeu.

Dalam kesempatan tersebut, Menkeu berharap bahwa dengan skema pembiayaan, baik melalui subsidi, penjaminan, maupun berbagai fasilitas yang dimiliki oleh BUMN di bawah Kementerian Keuangan dan juga dari penjaminan maupun dari project development fund, bisa digunakan oleh berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur.

Dalam kesempatan berbeda di Jakarta, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Mardiasmo mengungkapkan bahwa penguatan infrastruktur diharapkan dapat memberikan mobilisasi yang merata di seluruh Indonesia demi mewujudkan kesejahteraan. Ketika berbicara dalam Rapat Koordinasi Nasional Penyusunan Pagu Kebutuhan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Kemenhub Tahun Anggaran 2018, Kamis (16/2), Wamenkeu menjelaskan bahwa permasalahan dalam pembangunan biasanya dari sisi pembiayaan. Oleh karena itu, Wamenkeu berharap agar Kemenhub juga dapat menggandeng pihak swasta, Badan Umum Milik Negara (BUMN), maupun Badan Layanan Umum (BLU) untuk menutup celah keuangan tersebut.

Kemenhub sebagai unit strategis dalam pembangunan infrastruktur dapat memanfaatkan momen untuk membantu mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan, serta meningkatkan produktivitas dan daya saing rakyat. “Kita ingin melalui Kementerian Perhubungan, dapat membangun negara kita yang adil dan makmur,” kata Wamenkeu di Gedung Karya Kemenhub, Jakarta.

Wamenkeu berharap dalam rakornas Kemenhub, strategi belanja yang baik dapat dibahas bersama. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas maupun efisiensi alokasi, demi terwujudnya perencanaan dan penyerapan anggaran yang lebih baik.

Kegiatan perencanaan tahun anggaran 2018 yang telah dilakukan di awal 2017 mendapat apresiasi dari Wamenkeu. Apalagi proses perencanaan tersebut dilakukan tanpa mengganggu kegiatan pelaporan dan pertanggungjawaban tahun anggaran 2016 dan tetap melaksanakan anggaran tahun 2017.

Lebih jauh, wujud pemerataan pembangunan infrastruktur tampak dari ekspedisi yang dilakukan pemerintah pada tiga ruas jalan di Papua. Dilansir dari situs Kementerian PUPR, pemerintah mempunyai komitmen kuat untuk mendorong pemerataan pembangunan untuk mengurangi ketimpangan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal ini juga menjadi bagian dari Agenda Nawacita yakni membangun dari pinggiran dan meningkatan konektivitas.

Tujuan ekspedisi tiga jalan di Papua dilakukan untuk memberikan informasi kepada publik tentang progres peningkatan dan pembangunan jalan dan jembatan, serta infrastruktur terkait di Papua dan Papua Barat. Ketiga jalan tersebut yaitu Merauke-Tanah Merah-Oksibil sepanjang 688,07 kilo meter (km), perbatasan Papua Barat- Nabire-Waghete arah Timika-Enarotali sepanjang 275,5 km, dan Sorong-Pelabuhan Arar-Manokwari sepanjang 594,81 km.

Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, pembangunan jalan ini untuk membuka keterisolasian wilayah yang dampak langsungnya dapat dirasakan, antara lain memperlancar arus logistik dan menurunkan tingkat kemahalan barang di Papua dan Papua Barat. Alokasi anggaran infrastruktur tahun 2017 untuk Provinsi Papua sebesar Rp4,96 triliun. Alokasi tersebut terbagi menjadi alokasi untuk sumber daya air Rp411 miliar, jalan dan jembatan Rp3,72 triliun, permukiman Rp132 miliar dan perumahan Rp85,7 miliar. Sementara itu, alokasi Provinsi Papua Barat sebesar Rp2,64 triliun, terbagi untuk alokasi infrastruktur sumber daya air Rp343 miliar, jalan dan jembatan Rp1,51 triliun, permukiman Rp129 miliar.

Total alokasi pembangunan infrastruktur dari Kementerian PUPR untuk Pulau Papua mencapai Rp7,6 triliun, pembangunan infrastruktur di Pulau Papua juga didanai melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2017 sebesar Rp 2,18 triliun.

Dalam wawancara dengan Media Keuangan belum lama ini, Pengamat Ekonomi INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara mengapresiasi peningkatan porsi belanja infrastruktur dalam APBN. Namun demikian, Bhima berharap pemerintah dapat mendalami skema pendanaan lain di luar APBN untuk membiayai kebutuhan pembangunan infrastruktur sebesar Rp5.500 triliun sampai dengan tahun 2019. ”Diperlukan sumber pendanaan lainnya untuk pembangunan infrastruktur, termasuk dengan skema public private partnership(PPP). Kerja sama pemerintah swasta harus lebih ditingkatkan, sehingga ketergantungan pembangunan infrastruktur melalui APBN perlahan berkurang,” kata Bhima.

Bhima juga menilai koordinasi antarkementerian dalam pembangunan infrastruktur perlu terus diperbaiki. Beberapa kementerian dengan alokasi belanja infrastruktur yang cukup besar adalah Kemenhub dan Kementerian PUPR. Dalam pandangan Bhima, beberapa program pembangunan yang terlambat, seperti proyek 35.000 MW, menunjukkan belum kuatnya koordinasi antara kementerian dan BUMN pelaksana dari mulai proses perencanaan proyek hingga teknis lapangan. “Koordinasi sangat perlu dilaksanakan melalui berbagai skema yang mungkin. Pemerintah bisa juga melakukan working group lintas kementerian,” ujar Bhima.

Skema working group dapat dilakukan dengan mencontoh skema kerja sama pembangunan dengan negara mitra Korea Selatan. Hambatan-hambatan teknis seperti skema pembiayaan, pengadaan lahan, pengadaan barang dan jasa, menurut Bhima, dapat diselesaikan dengan working group. Melalui cara itu, ada garis koordinasi yang akan lebih jelas terlihat dan mencakup semua pihak yang terkait.
Infrastruktur Yang Mendorong Pemerataan Ekonomi
Sumber Foto: Media Keuangan 2017

"Tantangan sektor infrastruktur yang paling urgent adalah soal pembiayaan yang tidak bisa lagi mengandalkan APBN terus-menerus. Apalagi penerimaan negara selama dua tahun terakhir semakin menghadapi tantangan. Unsur swasta dan masyarakat perlu lebih dilibatkan. Swasta bisa dilibatkan melalui skema PPP, sehingga pendanaannya menjadi lebih bervariasi. Instrumen pendanaan infrastruktur juga perlu terus didorong agar makin variatif.

Peningkatan kapasitas fiskal daerah di tahun 2017 merupakan momentum bagi pemerintah daerah untuk memainkan peran lebih untuk membangun infrastruktur. Sayangnya, dengan anggaran yang besar, belanja infrastruktur daerah masih terbatas. Bahkan berdasarkan laporan APBD 2016, ada 131 daerah dengan rasio belanja pegawai terhadap total belanja di atas 50 persen. Harapannya, kondisi ini bisa diatasi dengan cara pemberian sanksi yang tegas bagi daerah yang belum mampu meningkatkan porsi belanja infrastrukturnya.

Kunci sinergi lainnya adalah keterlibatan daerah lebih besar dalam setiap proses pembangunan infrastruktur, mulai dari tahap perencanaan sampai praktik teknis di lapangan. Dengan keterlibatan tersebut, peran aktif pemerintah daerah diharapkan meningkat."

Infrastruktur Yang Mendorong Pemerataan Ekonomi
Oleh: Dwinanda Ardhi
Sumber: Media Keuangan Maret 2017- Kementerian Keuangan RI