Breaking News

Siaga Satu Perekonomian Lampung

Refleksi Ekonomi Dunia (Suatu Otokritik)

Belum kita lupakan Amerika Serikat melakukan shutdown pemerintahan karena melakukan penghematan anggaran dan lebih tragis lagi Yunani melakukan referendum tentang kebijakan hutangnya mengingat defisit anggaran dan jatuh tempo hutang luar negeri yang ditanggungnya. Ironi memang mengingat kedua negara ini merupakan negara dengan prospek ekonomi yang besar seperti Yunani yang memperoleh pendapatan 50 Milyar Euro akibat privatisasi BUMN yang dilakukannya (bbc.com).

Namun, optimisme ini gagal akibat defisit anggaran sebesar 12.7% dan utang pemerintah mencapai 120% dari total GDP. Begitupun Amerika Serikat akibat belum menyetujui anggaran baru pemerintah, terutama menaikkan plafon utang baru, yang disebut sebagai debt ceiling pada 7 oktober 2013 akibat besarnya total utang AS yang mencapai US$16,7 triliun (viva.com). Padahal AS merupakan penyangga perekonomian dunia dengan kekuatan ekonomi sebagai negara maju yang sangat mempengaruhi makro ekonomi negara berkembang seperti Indonesia.

Preseden buruk ini, mestinya dicermati secara lebih serius bahwa bahaya defisit anggaran sangat berdampak negatif terhadap kelangsungan suatu tata perekonomian dan stabilitas ekonomi politik bangsa, belum lagi dampaknya tidak hanya dirasa pada level pusat tetapi juga didaerah. Terlebih dalam struktur ekonomi regional terutama Indonesia, mayoritas alokasi anggaran yang dikelola oleh daerah merupakan bantuan dari pusat seperti Dana Alokasi Umum (DAU) yang merupakan konsekuensi dari UU PEMDA (Pemerintah Daerah). Begitu tergantungnya perekonomian daerah terhadap pusat, memiliki konsekuensi yang deterministil (dampak turunan) sekaligus kehati- hatian mengingat semakin bertambahnya hutang negara, berita terbaru mencapai Rp 3.089 triliun, atau 27% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara menurut pernyataan dari Kementerian Keuangan Indonesia (Indonesia Investment).

Lampung Darurat Anggaran

Belum lagi kehwatiran kekacauan ini mereda, pemerintah melalui lampiran Peraturan Menteri keuangan (PMK) Nomor 125/PMK.07/2016 membuat keputusan mengenai Penundaan Penyaluran Sebagian DAU mulai September hingga Desember tahun Anggaran 2016. Penundaan ini dilakukan pada 10 Kabupaten/Kota dan Provinsi. Salah satunya adalah Provinsi Lampung dengan nilai anggaran sebesar 239.28 Milyar (cnnindonesia.com).

Berita yang sudah mampu diprediksi sejak awal mengingat perekonomian Indonesia yang sedang menuju resesi dengan rasio utang yang membebani APBN (Anggran Pendapatan Belanja Negara). Namun menjadi kekawatiran jika berdampak turunan pada daerah terutama lampung, mengingat DAU memiliki alokasi yang besar dari total APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) 5.4 Triliun yakni sebesar 44% dari total APBD Lampung (BPS Lampung).

Belum lagi, penggunaan DAU yang selama ini digunakan untuk pos gaji PNS, dan didistribusikan pada berbagai pos mulai dari pendidikan, kesehatan hingga infrastruktur. Yang apabila kita merujuk pada alokasi anggran pada tahun 2014 yakni sebesar 602 Milyar rupiah atau sekitar 11% dari total anggaran APBD, dan besaran pos alokasi pendidikan jika merujuk pada UU Sistem Pendidikan Nasional yang mencapai 20% dari APBD yakni sebesar 108 Milyar rupiah. Tentu hal ini mencerminkan kebutuhan anggaran yang besar untuk segera dialokasikan, yang sangat mengkhawatirkan adalah jika terjadi gagal bayar pada pos-pos strategis yang mendesak seperti pos gaji PNS dan kesehatan dan infrstruktur yang harus dibayarkan akibat adanya defisit anggaran akibat penundaan pembayaran dana DAU dari pemerintah pusat.

Selain itu, kecilnya PAD daerah menjadi masalah yang harus diselesaikan untuk memperbaiki konsidisi defisit APBD yakni hanya sebesar 1.088 Triliun dari total APBD yakni hanya sekitar 20% dari total APBD. Ini menunjukkan struktur APBD yang timpang dan alokasi anggaran yang tidak berbasis pada pendapatan asli. Tentu hal ini menandakan bahwa struktur APBD lampung cukup gemuk dan mengidindikasikan adanya inefisiensi anggaran yang dibuat secara massif oleh pemerintah daerah selaku pemegang kuasa anggaran.

Jika kita merujuk data diatas tentu dapat ditafsirkan bahwa adanya inefisiensi anggran dan besarnya pos strategis diluar kapasitas real APBD melaui PAD merupakan sumber masalah yang harus diselesaikan. Kekacauan anggran yang akan terjadi harusnya diantisipasi dengan rasionalisasi anggaran berdasarkan postur APBD riil, berbasis pada pendapatan asli. Pola anggaran rill inilah yang akan mendorong adanya stabilitas anggaran di tengah kekacauan keuangan nasional yang sedang dihadapi dan langkah antisipatif yang dapat dilakukan daerah untuk menghindari kekacauan keuangan turunan yang mungkin terjadi.

Kondisi Postur PDB lampung dan Proyeksi Penurunan Pertumbuhan Ekonomi jika masalah ini tidak diselesaikan

Berdasarkan data yang dihimpun Gapensa ( Garda pembangunan Tunas Bangsa)  sejak 2010 pada triwulan pertama hingga 2016 Triwulan pertama memeperlihatkan PDB yang mengalami penurunan yang berarti tingkat pertumbuhan ekonomi Lampung yang sedang mengalami tren menurun hal ini dapat dilihat pada triwulan keempat 2013 dimana pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dibuktikan dengan PDB yang menurun yakni dari  52,327 menjadi 47,944 pada triwulan keempat. Hal ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi Lampung yang sedang mengalami penurunan, sehingga mengherankan jika muncul optimisme dari pemerintah daerah akan adanya peningkatan PDB.

Meskipun pemerintah berasumsi bahwa adanya peningkatan PDB pada triwulan pertama ditahun 2016 yakni sebesar 51,064 tetapi hal ini tidak sebesar pada triwulan ketiga 2015 yakni sebesar 52,3267 adanya penurunan satu point jika kita bandingkan. Tentu hal ini menandakan adanya tren menurun pertumbuhan ekonomi Lampung, yang mesti dievaluasi bersama belum lagi defisit dan inefisiensi anggaran yang sudah menjadi masalah di depan mata. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Siaga Satu Perekonomian Lampung
Sumber: BPS Lampung

Berdasarkan proyeksi tim ekonomi Gapensa (Garda Pembangunan Tunas Bangsa) dengan menggunakan data PDB pertriwulan dapat diprediksi akan terjadi probabilitas peningkatan ataupun penurunan PDB sebesar 4 point terjadi penurunan ataupun 6 point terjadi kenaikan PDB. Tentu dengan catatan terjadi perbaikan postur APBD dan efisiensi anggaran serta upaya meningkatkan PAD daerah. Hal ini dapat dilihat pada Grafik dibawah ini:

Siaga Satu Perekonomian Lampung
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data diatas mampu ditafsirkan bahwa maslah pertumbuhan ekonomi merupakan postulat awal adanya penurunan PDB Lampung akibat inefisiensi anggran serta rendahnya PAD daerah. Gapensa mengkhawatirikan jika hal ini tidak diselesaikan ditambah dengan diberhentikannya bantuan dana DAU pusat maka, hal ini akan memperparah kondisi perekonomian Lampung. Dan dikhawatirkan akan adanya kekacauan ekonomi yang akan merembet pada stabilitas politik dan sektor lain.

Langkah Antisipatif Gapensa  Solusi Siaga Satu Anggaran

Tentu masalah siaga satu kekacauan anggaran dan kemungkinan terjadinya shutdown akibat defisit anggaran harus segera diselesaikan dan diantisipasi, kekhawatiran bersama segenap elemen Sang Bumi Ruwa Jurai untuk bersama turun rembuk mencari solusi, untuk bergerak bersama segenap pemangku pemerintah tidak mampu ditawar – tawar lagi.

Untuk itu Gapensa (Garda Pembangunan Tunas Bangsa) mengajak semua pemangku kebijakan untuk bersama mengawal hal ini, urun rembuk untuk menyelesaikan masalah bersama. Sebagai generasi muda Lampung yang mengambil peran sebagai Garda Pemuda terdepan dalam rangka urun rembuk menyelesaikan masalah bangsa terutama Lampung maka Gapensa berharap pemerintah daerah dan segenap pemangku kebijakan untuk:

Pertama, Melakukan Efisiensi Anggaran APBD

Dalam penelaahan anggran yang dilakukan Gapensa ada alokasi yang tidak wajar yang diberikan kepada SKPD bidang infrastruktur Dinas Bina Marga dan dinas atau instansi lainnya, yang mengambil alokasi anggaran APBD yang cukup besar, untuk itu kami menghimbau untuk dilakukan audit internal dilakukan analisis dampak pembangunan untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan serapan anggaran pada APBD lampung 2016.

Kedua, Perlu Adanya Perubahan Ekonomi Daerah

Jika kita melihat data terdapat beberapa potensi sektor yang dikembangkan seperti sektor perdagangan yang mencapai sumbangan 15% dari total PDB lampung, belum lagi sekor pertanian yang memberi sumbangan terbesar sebesar 37% dari total PDB daerah. Selain itu terdapat potensi lain yang mampu ditingkatkan seperti sektor pariwisata dan pertambangan yang dirasa masih memiliki sumbangan yang sangat kecil.

Perubahan struktur ekonomi daerah mutlak dilakukan untuk mendapatkan alokasi pendapatam asli daerah yang baru (PAD) mengingat masukan PAD masih cukup kecil jika dibandingkan dengan potensi sektor lainnya yang mampu dikembangkan dan belum memberikan masukan pendapatan baru bagi daerah, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Grafik di bawah in:

Siaga Satu Perekonomian Lampung
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Indonesia

Ketiga, Perlu Adanya Perubahan Struktur APBD

Dengan adanya tambahan pendapatan baru serta adanya efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah diharapakan terjadinya perubahan struktur APBD yang awalnya berbasis pada supply side atau bertumpu pada sumbangan pemerintah pusat beralih orientasi menuju demand side yakni pengelolaan keuangan APBD yang bertumpu pada pendapatan asli daerah sehinggan tercipta struktur keuangan yang kuat dan bebas dari intervensi pusat termasuk memiliki imunitas jika terjadi instabilitas keuangan dari luar seperti yang terjadi pada pemberhentian alokasi DAU saat ini. Tentu ketahanan ini mesti didukung oleh orienstasi efisiensi anggaran dan pelibatan segenap elemen masyarakat untuk bergerak bersama, membangun ekonomi daerah bersama demi kemakmuran semua.

Keempat, Orientasi Efisiensi dan Pelibatan Pemuda (Civil Society)

Dengan reorientasi menuju anggaran yang efisien inilah pemerintah mampu membangun pilar keuangan yang kuat. Orientasi anggaran efisien inilah tercipta kualitas pembangunan yang baik, lebih efisien dan berbasis pada kemanfaatan anggaran.

Pelibatan pemuda (Civil Society) tentu bersinergi dalam rangka mengawal pembangunan sebagai agen kontrol dan poros sinergisitas masyarakat mensejahtrakan pembangunan. Selain itu, pemuda mampu dipicu untuk mengembangkan sumber- sumber PAD baru melalui entrepreneurship dan pengembangan sektor rill melalui Koperasi dan UKM.

Belajar pada Jepang, yang mampu mengelola keuangan negaranya melalui penerbitan surat obligasi yang dipinjamkan kepada masyarakat dan sumbangan pajak yang tinggi yang dipungut dari masayarakat akibat tumbuh suburnya sektor rill, UKM, dan perusahaan yang berbasis pada profesionalitas dan entepreneurship. Tentu hal Ini menjadi lecutan bagi semua untuk bergerak bersama membangun kemakmuran.

Tuntutan Sinergi Semua Pemangku Kepentingan (Khatimah)

Berdasarkan beberapa saran diatas dan keresahan yang sama maka Gapensa menghimbau untuk bersama bersinergi melakukan penyelamatan dan pengawalan pembangunan daerah. Masalah APBD merupakan masalah masyarakat dan menyakut kesejahterakan orang banyak, mari bersinergi dan menghimpun. Kemajuan Lampung adalah kemajuan bersama, semoga!

Siaga Satu Perekonomian Lampung

Siaga Satu Perekonomian Lampung
Oleh: Wendy Aprianto
Peneliti Pada Gapensa (Garda Pembangunan Tunas Bangsa)

Daftar Bacaan Lainnya:
  1. Minyingkap Tabir Penganggaran Daerah
  2. Gagal Paham Pembangunan Daerah
  3. Kaleidoskop Perekonomian Indonesia 2016
  4. APBN Kredibel Bisa Jadi Solusi