Breaking News

Menuju Belanja Pemerintah Yang Berkualitas

Menuju Belanja Pemerintah Yang Berkualitas: Nilai belanja negara dalam APBN mengalami peningkatan setiap tahunnya, begitupun pada APBN 2017 yang mencapai Rp2.080,5 Triliun. Peran APBN dalam pembangunan ekonomi tercermin pada pertumbuhan berdaya saing, stabilitas ekonomi, keseimbangan eksternal, kesejahteraan masyarakat, serta fiskal yang sustainable. APBN 2017 didengungkan sebagai APBN yang lebih realistis, kredibel dan berkelanjutan. Kementerian/lembaga (K/L) dan daerah sebagai ujung tombak penyerapan anggaran, harus komitmen dalam membuat perencanaan berbasis kinerja. Sebab, melalui perencanaan yang baik, kualitas spending dapat meningkat.
Menuju Belanja Pemerintah Yang Berkualitas

Salah satu kendala yang sering dikeluhkan terkait rendahnya realisasi belanja adalah proses lelang yang memakan waktu. Namun, pemerintah pusat telah melakukan dukungan agar K/L dan daerah bisa memulai pralelang proyek di awal tahun berjalan. Selain itu, pemerintah pusat melalui sinergitas antara K/L, Kementerian Keuangan, dan Bappenas telah menyiapkan akselarasi belanja APBN 2017 melalui DIPA Plus, sehingga program-program K/L selaras dengan program-program Nawacita Presiden Jokowi. Artinya, program-program K/L menjadi lebih selektif, lebih tepat sasaran, dan lebih cepat pelaksanaannya, serta tidak tumpang tindih agar kualitas belanja lebih terjamin. 

Jika sinergitas program dan anggaran tidak dilakukan dengan baik, akan sangat sulit mengharapkan belanja yang berkualitas bagi pemerintah dan berdampak pada meningkatnya rasio utang terhadap PDB. Untuk itu, perlu ketegasan pemerintah utnuk menghapus belanja negara yang tidak berkualitas atau bersifat business as usual.
Baca Juga: APBN Kredibel Bisa Jadi Solusi
Belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat (K/L dan Non K/L), serta transfer ke daerah dan dana desa. Nilai transfer ke daerah dan dana desa mengalami peningkatan sebesar 36,7 persen dibandingkan tahun 2012. Dengan peningkatan ini, diharapkan pemerintah daerah mampu mengelola pertumbuhan daerahnya melalui berbagai program pembangunan yang mengikutsertakan dan memberdayakan masyarakat desa agar tercapai kemandirian desa secara ekonomi.

Alokasi belanja K/L dalam APBN 2017 masih didominasi oleh belanja barang, sedangkan alokasi belanja modal masih relatif kecil. Diperlukan upaya serius serta pengendalian untuk meminimalkan belanja barang dan menaikan belanja modal, termasuk peningkatan anggaran infrastruktur dan efektifitas dana bantuan sosial. Peningkatan belanja modal akan mampu menguatkan pertumbuhan ekonomi, sedangkan pengurangan belanja barang akan mengurangi defisit anggaran.
Baca Juga: Merenungi Masa Depan Tax Amnesty
Kebijakan APBN 2017 tentunya tidak hanya terkonsentrasi pada belanja yang berkualitas, tetapi juga fokus terhadap kualitas penerimaan negara, sehingga kualitas fiskal dapat terjaga. Sasaran pertumbuhan alokasi belanja K/L pada 2017 berdasarkan outlook 2016 sebesar 11,8 persen lebih realistis karena berbasis pada efisiensi dengan tetap konsisten terhadap pembangunan infrastruktur padat karya, sehingga dapat menyerap banyak tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. 

Selain itu, anggaran kesehatan sebesar 5 persen dan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dapat terjaga, guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Belanja negara juga dialokasikan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam bentuk pembangunan satu juta rumah melalui subsidi bunga, uang muka, dan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), serta mendukung efektivitas dan keberlanjutan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Sebagaimana yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani, APBN 2017 diharapkan lebih seimbang, kredibel, serta mampu menjadi pengungkit pembangunan nasional. Meski demikian, tetap menjaga asas kehati-hatian dan efektivitas dalam pelaksanaannya. Hal ini demi mewujudkan belanja yang berkualitas dan tepat sasaran, sehingga tercapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas di tahun 2017.

Menuju Belanja Pemerintah Yang Berkualitas

Menuju Belanja Pemerintah Yang Berkualitas
Oleh: Devi Valeriani
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung
Sumber: Media Keuangan2017