Breaking News

Membangun Pertahanan Ekonomi Nasional Di Tengah Ketidak Stabilan Ekonomi Global

Membangun Pertahanan Ekonomi Nasional Di Tengah Ketidak Stabilan Ekonomi Global. Membicarakan persoalan pembangunan memang tidak akan pernah habisnya. Sebab, persoalan pembangunan akan selalu muncul searah dengan bertambahnya kebutuhan manusia. Bukan hanya bagi negara berkembang, negara maju sekalipun masih memiliki masalah pembangunan, terutama pembangunan ekonomi.

Membangun Pertahanan Ekonomi Nasional Di Tengah Ketidak Stabilan Ekonomi Global
Guntur Siswanto

Sejalan dengan hal tersebut, lembaga-lembaga keuangan internasional seperti International Monetary Found (IMF), World Bank , Asia Development Bank (ADB) dan lembaga keuangan internasional lainnya hadir untuk menjembatani permasalahan yang muncul dalam pembangunan ekonomi dunia. Fakta ini menunjukan bahwa pembangunan ekonomi adalah permasalahan global yang membutuhkan komitmen bersama antar negara untuk menyelsaikannya.
Bergabungnya Indonesia kedalam Kawasan Perdagangan Bebas Asia (AFTA) beberapa waktu lalu adalah bentuk nyata upaya pemerintah Indonesia dalam memajukan perekonomian Indonesia melalui pengintegrasian ekonomi secara global. Akan tetapi, bukan berarti langkah tersebut tidak memiliki resiko. Bayang-bayang dampak ketidakstabilan ekonomi global terus menghantui perekonomian Indonesia. Sehingga pemerintah perlu menyusun strategi pertahan ekonomi nasional secara konkrit.

Penghapusan Suku Bunga Diskriminatif

Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada september 2015, pada tahun 2011 sektor UMKM adalah penyumbang  Rp 1.369.326 juta  pada PDB nasional atau sekitar 57% . artinya untuk melakukan akselerasi penguatan ekonomi nasional, pemerintah perlu mendorong sektor UMKM menjadi garda terdepan pertahanan ekonomi nasional.

Permasalahan pokok yang sering dihadapi sektor UMKM adalah persoalan permodalan. Sehingga pemerintah melalui BI mengambil langkah untuk melakukan inklusi keuangan (memberikan akses seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan layanan jasa keuangan). Akan tetapi, inklusi keuangan tersebut belum diiringi dengan suku bunga yang berimbang antara suku bunga korporasi dan suku bunga mikro secara keseluruhan.
Dari data yang diperoleh BI yang diterbitkan bulan November 2016, suku bunga kredit mikro di salah satu bank ada yang mencapai angka 21% sedangkan suku bunga korporasinya hanya sebesar 11%. Jika sebagian besar bank menetapkan suku bunga kredit yang diskriminatif, maka sektor ekonomi UMKM akan terhambat untuk tumbuh secara cepat dalam menyokong perekonomian nasional.

Untuk itu, pemerintah melalui BI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu menyusun sebuah rumusan aturan dan kebijakan terkait suku bunga yang diskriminatif agar sektor UMKM dapat berkembang dengan cepat. Jika sektor UMKM dapat berkembang dengan cepat, bukan tidak mungkin pemerintah akan mendapatkan keuntungan melalui peningkatan penerimaan pajak. Artinya, yang perlu didorong oleh pemerintah adalah pengembangan ekonominya bukan fokus pada potensi penerimaan pajak yang ada.

Membangun Konektifitas Ekonomi Antar Pulau

Berbagai paket kebijakan pembangunan telah di ambil oleh pemerintah. Sampai saat ini, sudah 13 paket kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah untuk percepatan pembangunan ekonomi nasional. Bahkan dalam paket kebijakan pembangunan jilid 9, masalah konektivitas antar wilayah telah menjadi agenda kebijakan publik pemerintah pusat.  
Konektifitas ekonomi antar pulau mutlak dibutuhkan Indonesia yang memiliki struktur geografis berbentuk kepulauan. Karena infrastruktur yang belum memadai, biaya ditribusi barang dan jasa antar pulau menjadi terlalu tinggi yang yang berdampak pada ketimpangan pembangunan yang tinggi.

Sampai dengan tahun 2013, berdasarkan seri analisis pembangunan wilayah Provinsi Lampung tahun 2015 yang diterbitkan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), ketimpangan pembangunan Indonesia mencapai angka 0,78. Perlu dipahami angka indeks ketimpangan wilayah berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati 1, maka ketimpangan pembangunan semakin tinggi.

Jika hanya menunggu pembangunan infrastruktur yang menghubungkan ekonomi antar pulau, dengan kondisi perekonomian yang tidak stabil, maka dapat dipastikan bahwa ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah akan semakin besar yang memungkinkan timbulnya konflik secara kewilayahan. Untuk mengantisipasinya, dalam waktu dekat yang dapat dilakukan oleh pemerintah salah satunya adalah dengan memberikan subsidi biaya distribusi perdagangan barang dan jasa antar pulau. Sehingga harga barang dan jasa antar pulau dapat mengarah pada tingkat harga yang kompetitif.

Membangun Pertahanan Ekonomi Nasional Di Tengah Ketidak Stabilan Ekonomi Global
Oleh: Guntur Siswanto
Mahasiswa Pasca Sarjana FEB Unila