Diakali Tukang Kembang
Ini adalah pengalaman saya hari ini. Sedikit ada penyesalan tetapi yang sudah terjadi ya sudahlah. Mau diulang dengan beragam carapun tetap saja itu sudah kejadian. Ibaratnya, terlanjur basah ya sudah mandi sekalian.
Tetapi yang pasti ini adalah pembelajar. Bagaimana pun juga cara orang untuk mencari rezeki juga berbeda-beda. Tukang kembang itu tidak salah, saya yang salah adalah saya karena tidak teliti dan membatasi berapa yang harus ditanam.
Jadi begini ceritanya, saya tidak tahu apa nama kembang ini karena saya juga lupa menanyakannya. Mereka biasa lewat di perumahan warga dan menawarkan kembang sekaligus ditambah jasa tanam. Kebetulan mereka lewat di depan rumah dan saya memanggil mereka. Negosisasipun di mulai.
Saya menanyakan kepada tukang kembang ini berapa biaya yang harus saya keluarkan untuk menamam kembang dengan dua warna mengelilingi pohon utamanya yang saya tanami cemara udang. Dia membuka harga 4.000 rupiah per satu bungkus daun pisang kecil dan sudah termasuk jasa tanam.
Saya bilang, kemahalan bang, klw 2.000 rupiah sepertinya pas untuk satu bungkus. Dia menjawab 2.500 aja ya bang, hitung-hitung saya cuma ambil untung 500. Karena dia sudah bicara untung dan modal, saya jadi percaya dan merasa itu tidak seberapa, hitung-hitung saya niat membantu mereka karena kasihan juga melihat mereka memanggul sambil berjalan berjualan.
Ya sudah kata saya, perhitungan saya jika tanaman itu ditanam dua warna mengelilingi cemara udang di taman depan rumah ya paling-paling habis 150.000 rupiah. Negosiasi selesai dan mereka mulai menanam.
Nah, yang menjadi persoalannya adalah saya tidak begitu memperhatikan berapa banyak tanaman yang mereka tanam. Seharusnya saya membatasi dengan harga maksimum. Tetapi itu tidak saya lakukan. Saya membiarkan mereka semau-maunya menanami dengan jumlah kembang yang rapat-rapat dan tebal.
Hampir selesai pekerjaan mereka saya melihat begitu banyak bungkusan daun pisang yang berserakan. Dan pekerjaan pun selesai.
Setelah itu hitung-hitunganpun dimulai. Satu, dua, tiga.. dst.. tercapailah angka 180 bungkusan daun pisang. Saya terhenyak, rupanya banyak juga bungkusan daun pisang yang sudah dihabiskan hanya untuk sepetak bunderan ini? Saya pun mengambil kalkulator dan menghitung 180x2.500= 450.000
Masya2allah, bagi saya uang ini begitu besar untuk hanya dialokasikan untuk tanaman di taman sekecil ini. Lagi juga, si tukang kembang semau-maunya menanam dengan jumlah yang begitu banyak. Saya salah perhitungan. Saya merasa diakali oleh tukang kembang ini.
Tetapi saya coba untuk berbesar hati dan mengikhlaskannya. Karena semuanya sudah terjadi. Begitu saya konfirmasi kepadanya bahwa saya tidak menyangka bahwa akan habis biaya sebesar itu dan perhitungan saya paling hanya menghabiskan 150 ribu rupiah. Dia menjawab sebenarnya bisa aja bang, tapi hasilnya tidak bagus dan jarang-jarang.
Saya pun berpikir, sebenarnya jarang-jarang juga tidak apa-apa. Karena ini tumbuhan yang semakin lama akan semakin rimbun. Persoalannya terletak pada waktu. Memang membutuhkan waktu yang lama dibanding dengan cara instan seperti ini.
Hikmahnya, sekecil apapun hitungan satuan juga akan menjadi banyak ketika satuan-satuan itu bertambah dan menumpuk. Tukang kembang itu akan untung sedikit jika satuannya sedikit, sebaliknya untungnya akan lebih banyak jika satuan perkaliannya banyak, jadi dengan menanam dengan satuan yang banyak itu dia akan lebih untung. Hitungan akal-akalannya begitu. Dengan kejadian tadi dia telah sukses mengakali saya.
Hikmah kedua, seharusnya saya membatasi dengan anggaran yang saya miliki. Jadi dia tidak semau-maunya menanam dengan rapat-rapat sekehendak hatinya. Ya ini pelajaran bagi para pembaca yang mungkin saja suatu saat nanti ingin menanam kembang melalui jasa yang lewat depan rumah atau jasa lainnya. Pengalaman saya ini bisa jadi pembelajaran bagi diri saya sendiri dan pembaca sekalian.
Hikmah ketiga, untuk indah dengan taman yang bagus memamang mahal harganya.. hehe.. saya jadi kebayang dengan Pemerintah Kota yang hobi bongkar tanam taman. Dimanapun itu, ternyata anggarannya memang mahal.. jadilah itu "Wagiman" Wali Kota Gila Taman. Kalau yang ini sebutannya "Warga Gila Taman" tapi takut rugi karena kantong yang tipis..
Hikmah keempat, mudah-mudahan saya tidak menghalang-halangi rezeki orang lain. Bukan maksud saya untuk membongkar cara mengakali para konsumen, tapi setidaknya saya sudah memberitahukan bahwa jangan sampai ada lagi korban yang diakali dengan cara seperti itu.
Hikmah ketiga, untuk indah dengan taman yang bagus memamang mahal harganya.. hehe.. saya jadi kebayang dengan Pemerintah Kota yang hobi bongkar tanam taman. Dimanapun itu, ternyata anggarannya memang mahal.. jadilah itu "Wagiman" Wali Kota Gila Taman. Kalau yang ini sebutannya "Warga Gila Taman" tapi takut rugi karena kantong yang tipis..
Hikmah keempat, mudah-mudahan saya tidak menghalang-halangi rezeki orang lain. Bukan maksud saya untuk membongkar cara mengakali para konsumen, tapi setidaknya saya sudah memberitahukan bahwa jangan sampai ada lagi korban yang diakali dengan cara seperti itu.