Meluruskan Niat Kembali
Belum dimulai saja, sudah ada gerakan-gerakan pembusukan. Ada wacana ketakutan disana. Disini kita harus meluruskan niat kembali, apakah nafsu berkuasa yang telah menguasai pikiran, ataukah keinginan untuk kekuasaan yang menjadi utama.
Saya mempelajari ini semua dari kisah-kisah mereka yang sukses. Bahwa ketulusan kita terhadap mereka dan bukan untuk kepentingan kita semata. Kita membangun untuk orang lain, untuk membantu agar orang-orang yang berjuang itu bisa sukses.
Berbuat dan aksi, bukan mencurangi orang-orang. Kebiasaan membantu dan memudahkan orang lain adalah cara untuk memberikan fasilitas yang baik. Ada banyak fasilitas yang bisa kita gunakan demi kebaikan orang lain.
Coba tanyakan kembali, apa niat kamu untuk menjadi sesuatu. Jika niat kamu hanya untuk kepentingan perutmu sendiri maka tak ada yang cukup di dunia ini. Semua serba kekurangan. Tanyakan kembali apa peran mu disana. Apakah kau hanya berguna untuk penguasa dan menguasai orang lain?
Kita harus memiliki karakter. Jika karakter itu tidak bisa banyak membantu terhadap peran dan fungsi lalu buat apa kita ada disini. Jika kamu hanya bergerak pada sisi yang berbeda pada yang lain lalu apa gerakan itu?
Kita berkutat dan bermain pada wilayah abu-abu. Lalu kenapa harus ikut pada abu-abu? Bukankah ada hitam atau putih. Menjadi hitam atau putih adalah suatu kehormatan. Kita bisa belajar dan banyak mengetahui sesuatu dari mempelajari setiap dinamika yang ada. Kita hidup pada situasi yang serba mungkin. Kemungkinan-kemungkinan itu akan tetap menjadi misteri jika tidak dipecahkan menjadi sesuatu.
Apa yang kamu lihat disini?
Tak perlu kita mengukur orang lain berbuat baik atau buruk. Tapi yang menjadi ukuran adalah sejauh mana dirimu telah membangun pondasi untuk kekuatan dirimu. Sejauhmana kekuatanmu untuk menghadapi segala macam ancaman yang tidak pernah kita ketahui.
Kita diukur oleh orang lain? Biarkan saja. Artinya kita besar dihadapan mereka.
Tapi kita sendiri belum melakukan sesuatu?
Jika ada niat yang baik mudah-mudahan itu cara yang elegan untuk memperoleh kebaikan. Jika ada niat baik mudah-mudahan itu langkah pertama untuk memulai suatu kebaikan. Kita berbuat untuk orang lain bukan untuk diri kita sendiri, minimal untuk keluarga. Memulailah dari sesuatu yang kecil kemudian kepada yang besar.
Kita diukur oleh orang lain? Biarkan saja. Artinya kita besar dihadapan mereka.
Tapi kita sendiri belum melakukan sesuatu?
Jika ada niat yang baik mudah-mudahan itu cara yang elegan untuk memperoleh kebaikan. Jika ada niat baik mudah-mudahan itu langkah pertama untuk memulai suatu kebaikan. Kita berbuat untuk orang lain bukan untuk diri kita sendiri, minimal untuk keluarga. Memulailah dari sesuatu yang kecil kemudian kepada yang besar.