Ekspor dan Impor Hasil Industri Tekstil
Pada website BKPM disebutkan bahwa industri tekstil merupakan industri yang paling tua dan strategis di Indonesia. Mengingat, kebutuhan akan tekstil merupakan kebutuhan primer di jaman modern. Perkembangan industri tekstil mengikuti perkembangan fashion yang menjadi gaya hidup modern. Dengan demikian, industri ini pada tahun 2010 telah menyerap kurang lebih 11% dari total angkatan kerja industri atau sekitar 1,34 juta orang yang tersebar pada 2.853 perusahaan. Dan berdasarkan hitungan BKPM bahwa pada kegiatan ini telah menyumbang sekitar 8,9% dari total ekspor negara.
![]() |
free image by pixabay |
Pada sisi lain, industri ini mampu berkembang pada sektor hulu dan hilir sehingga rantai pasok pada industri tekstil di Indonesia sangat menjanjinkan. Dengan kondisi itu indonesia telah memposisikan dirinya sebagai alternatif merk fashion dunia dan masuk dalam 10 besar negara eksportir pada industri ini.
Berdasarkan situs kemenperin yang bersumber dari rakyat merdeka mengungkapkan bahwa kendala yang terjadi pada industri tekstil adalah kurangnya tenaga kerja yang terserap dari total kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kemenperin Mujiono bahwa “lulusan dibidang tekstil saat ini hanya 200 orang dari 500 orang yang dibutuhkan pada industri tersebut”. Sehingga terdapat ketimpangan pada pertumbuhan industri dengan penyerapan tenaga kerja.
Dari data yang diperoleh bahwa kelompok hasil industri tekstil yang diimpor oleh Indonesia adalah sebesar (dalam US$) 6.805.461.648 pada tahun 2012, pada tahun 2013 mengalami peningkatan sehingga berjumlah 7.116.157.458 dan meningkat kembali pada tahun 2014 dengan jumlah 7.154.266.957 serta menurun pada tahun 2015 dengan jumlahnya menjadi 6.880.026.542 atau memiliki peran sebesar 6,32 persen dari impor kelompok hasil industri terhadap total impor hasil industri.
Berikut tabel sub kelompok hasil industri tekstil pada tahun 2010-2014 (dalam US$)
![]() |
Sumber data: kemenperin.go.id |
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kain menempati impor terbesar pertama, kedua impor benang kemudian tekstil lainnya, serat dan pakaian jadi besarta kelompok-kelompok lainnya sehingga jumlah sub kelompok industri yang diimpor oleh Indonesia berjumlah 15 item. Pada tabel tersebut dapat juga kita lihat impor batik terjadi pada tahun 2013 dan 2014.
Sedangkan untuk ekspor kelompok industri tekstil pada tahun 2012 (dalam US$) sebesar 12.446.506.596 dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 12.661.681.508. Pada tahun 2014 sebesar 12.720.312.060 dan tahun 2015 sebesar 12.262.652.678 atau memiliki peran sebesar 11,5% dari peran ekspor kelompok hasil industri terhadap total ekspor hasil industri.
Berikut tabel sub kelompok hasil industri tekstil pada tahun 2010-2014 (dalam US$)
![]() |
sumber data; kemenperin.go.id |
Dari tabel tersebut tempat pertama ditempati oleh pakaian jadi kemudian benang, kain tekstil dan lainnya sehingga jumlahnya mencapai 15 item. Jumlah pakaian jadi yang dieskpor pada tahun 2014 sebesar US$ 5.827.975.416 atau memiliki peran sebesar 5,01%. Benang dengan jumlah US$ 2.510.492.546 atau berperan sebesar 2,16%.