Fenomena Anjloknya Harga Singkong
Saat ini petani singkong
di Lampung mengeluh karena harga singkong anjlok dari Rp 1.200 ke harga Rp 640,
malah setelah dikenakan potongan dipabrik, mereka menerima paling besar Rp
400/kg (penurunan 200%), semua pihak sekarang menyalahkan karena ada import
singkong dari Vietnam !
Baca Juga: Bila Singkong Diimpor
Pemerintah & Pengusaha
dalam hal ini yg disalahkan, kenapa pemerintah membiarkan import singkong ?
& kenapa pengusaha beli singkong import ?
Seharusnya kita semua
harus berfikir kenapa Pengusaha mengimport singkong dari luar negeri ? karena
tentunya Pengusaha mengharapkan profit margin dari usahanya, dan kalau harga
beli singkong Vietnam lebih murah, kenapa harus beli singkong lokal ?
Untuk itu kita semua harus
menrekstrukturisasi mekanisme olahan komoditi singkong ini :
- Melalui ADD, perangkat desa membangun pabrik Itara yg pernah dicanangkan oleh mantan Gubernur Oemarsono dulu, dan pengelolaannya harus melalui BUMPetani/BUMDes, sebaiknya ADD ini dibuat produktiv, jangan dipakai untuk pembangunan infrastruktur, yang berpotensi menimbulkan koruptor-koruptor baru ditingkat desa, dan uang negara menjadi tidak produktiv.
- Pemerintah menyediakan bibit & pupuk yang murah, bisa bekerjasama dengan koperasi TNI untuk menghindari ketakutan petani dari para rentenir/tengkulak/preman.
- Perpendek jalur transportasi logistik untuk komoditas pertanian, buat pabrik/industri yang dekat dengan bahan baku dan dekat dengan pelabuhan.
- Mencari alternatif bentuk olahan sampingan dari bahan baku singkong/tepung, berdayakan istri-istri petani dirumah untuk membuat kue/usaha sampingan lain untuk peningkatan kesejahteraan keluarga, permodalan bisa diupayakan dari program GKN yang ada di Kementerian Koperasi & UKM.
- Buat naskah kerjasama antara BUMP/D dengan beberapa pabrik olahan paska panen (singkong, onggok, tiwul, gaplek, dst) untuk dapat membeli harus produk petani tersebut.
- Bekerjasama dengan mahasiswa untuk penjualan tepungnya, tepung harus dapat dijual ke end user/pemakainya langsung agar dapat harga yg optimal.
- Adanya pendistribusian informasi secara sistemik tentang rencana penanaman komoditas pertanian mulai dari PPL di desa/kecamatan, kabupaten sampai dengan Satker ditingkat provinsi (include TPID, utk perencanaan menghindari inflasi daerah) agar jangan mengalami panen serentak yang mengakibatkan komoditas membanjiri pasaran yang dapat mengakibatkan harga anjlok.
- Jangan bertindak ego sektoral,pemerintah sebagai stabilisator & dinamisator harus bisa menyatukan seluruh potensi stakeholder yang ada.
Kita gak bisa hanya
memohon kepada pemerintah pusat untuk menghentikan import, sekarang kita sudah
memasuki era MEA, mau tidak mau, siap tidak siap, kita hrs tangguh !
Demikian sedikit sumbang
pemikiran dalam upaya win-win solution untuk semua pihak, jangan selalu
menyalahkan Pemerintah & Pengusaha, tapi marilah kita bangun bangsa ini dg
bergotong royong.
Ginta Wiryasenjaya (WKU Kadinda
Provinsi Lampung)