Breaking News

Refleksi Hari Remaja Internasional: “Tanggal 12 Agustus Milik Siapa?”



Agustus adalah bulan yang cukup sakral untuk bangsa Indonesia (biasa dilafalkan Endonesa).  Bulan yang menjadi pembatas definisi, antara Indonesia sebagai “adik” bangsa Eropa yang diwariskan kepada Jepang dengan Indonesia sebagai bangsa yang katanya sudah berdiri diatas kaki sendiri.  Tanggal 12 menjadi pemicu pergerakan menjadi lebih agresif, setidaknya itu menurut saya.  Pada tanggal 12 Agustus 1945 Marsekal Terauchi selaku perwakilan Jepang di Dalat, Vietnam, memanggil Soekarno, Hatta, dan Radjiman dalam rangka memenuhi janji untuk memberikan kemerdekaan.  Kemerdekaan dapat diproklamirkan dalam beberapa hari, tergantung bagaimana panitia yang dalam hal ini PPKI mempersiapkannya.

Refleksi Hari Remaja Internasional: “Tanggal 12 Agustus Milik Siapa?”

Bersamaan dengan kembalinya Soekarno dan kawan-kawan ke tanah air yaitu tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada sekutu.  Hatta menceritakan kepada Syahrir (yang telah mendesak proklamasi kemerdekaan untuk Indonesia) tentang instruksi yang diberikan.  Syahrir bersama golongan muda merasa kemerdekaan harus segera direalisasikan, khawatir jika terlalu lama momentumnya bukan lagi soal Indonesia merdeka tapi pengalihan kekuasaan menuju keharibaan Belanda.  Golongan muda aktif mendesak Soekarno, bahkan melalui golongan ini melakukan penolakan terhadap rapat PPKI karena menganggap badan ini adalah buatan Jepang sehingga bargaining position-nya menjadi kurang mapan.  Singkat cerita tejadilah peristiwa Rengasdengklok yang dimotori oleh Chaerul Saleh, Wikana, dan Sukarni, pejuang muda yang terbakar semangatnya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka.

Golongan muda a.k.a remaja memegang peranan yang cukup vital dalam mempersiapkan kemerdekaan.  Golongan ini yang diwakili oleh Chaerul Saleh, Wikana, Sukarni, Adam Malik, dan BM Diah masih berumur pertengahan 20an pada tahun 1945.  Merujuk pada usia remaja menurut PBB (bukan Partai Bulan Bintang ya) adalah 14-24 tahun, artinya remaja angkatan 40an sudah masuk dalam percaturan pergerakan nasional.  Partisipasi remaja menjadi unsur yang essensial dalam perkembangan manusia yang stabil dimasa mendatang. Dewasa ini, sampai mana partisipasi yang sudah kita buat?  Iya, saya dan anda masih remaja to?  Baik emosi atau raganya, bisa salah satu saja kok.  *nyengir*

Remaja adalah masa yang sangat menyenangkan bagi setiap kepala baik perempuan maupun laki-laki.  Saat-saat paling menyenangkan menyemai kasih sayang dan kepribadian, ditambah lagi bumbu romansa yang didorong oleh film Ada Apa Dengan Cinta.  Ndilalah AADC dibikin sekuel pula ditahun 2016, sungguh jebakan yang amat tepat untuk menarik lagi remaja awal 2000an kembali menuju pangkuan masa berbunga dan mendorong remaja masa kini memiliki literasi mumpuni.  Literasi yang menggantikan kisah cinta menye-menye ala Kangen Band, sehingga terasa lebih bermutu untuk disebut sebagai kenangan masa remaja.  Saya kira kisah cinta tidak perlu semenangis lagu-lagu, tidak pula terlampau indah seperti muatan video clip.  Cukup sederhana saja, kangen secukupnya sebagai bumbu saat ketemu, lalu jalani kehidupan normal lagi.  Jalan-jalan untuk mengoleksi kenangan, kemudian kembali berbakti kepada orang tua dengan sebaik-baiknya.  Realistis saja pacaran itu memang menguras banyak hal, memakan beberapa aktivitas lain, dan mengorbankan segenap prinsip.  Percintaan itu binatang buas, longgar sedikit terancam diterkam tapi terlampau kekang bisa terbunuh.  Lantas harus bagaimana?

Bagaimana ya?  Apa situ belum dapat jawabannya?  Sama, saya juga.  Ah kok malah ngebahas percintaan, balik lagi ke remajanya.

Indonesia saat ini sedang berkembang, informasi saja.  Banyak tantangan dan kesempatan yang sedang kita timang-timang, formula kebijakan dan tindakan yang tepat akan mendorong perkembangan menuju amanat UUD 1945.

Remaja menjadi salah satu segmen terbesar dalam komposisi Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai data yang dilansir BKKBN berjumlah lebih dari 35% atau sekitar lebih dari 65 juta.  Bonus demografi yang cukup besar.  Jumlah yang diharapkan dapat ikut membenahi masalah yang saat ini mengintai kita, itu harapannya.  Kenyataannya mayoritas bahkan tidak mampu membenahi kebiasaan bangun siang yang sudah mendarah daging atau kebiasaan tidak tepat waktu yang menjadi momok.  Ndak jarang kan saat kita ditanya soal bakat dan minat kadang bingung mau jawab apa?  Bahkan masih banyak yang memilih jawaban “Tidur” saat ditanya soal hobi.  Ini kan ngelewein remaja pejuang kemerdekaan namanya, mereka berjuang tapi kita malas-malasan. 

Atau mungkin menurutmu mereka berjuang supaya kita bisa malas-malasan?  Sungguh kurang peri kemanusiaan yang kita anut kalo begitu jawabannya.

Walaupun pejabat dan wakil kita ndak pinter-pinter banget, bukan semua tapi cukup banyak, pastinya situ jangan ikutin dong.  Dewasa ini banyak kegiatan yang diselenggarakan dari remaja oleh remaja untuk remaja, beberapa kata terakhir kayak slogan apa gitu ya.  Kegiatan yang gunanya mengasah soft skill, komunikasi berdasar segmentasi, menyusun langkah strategis dan mematangkan bakat yang kita punya.  Ini adalah kesempatan untuk melengkapi diri, disetiap kampus dan bahkan badan usaha milik negara seringkali mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat ntah itu edukasi maupun sosial.  Saya percaya kesempatan itu dikejar dan tanggung jawab itu diambil.  Njenengan sadar atau ndak kesempatan itu seperti bis yang setiap saat bisa lewat didepan kita, dengan atau tanpa kita kesempatan itu tetap lewat.

Usia remaja adalah saat yang tepat untuk berprestasi, njuk jangan seperti saya kerjaannya ngopi saja.  Usia remaja penuh dengan energi dan semangat, banyak yang ingin berprestasi, mau ngingetin jangan lupa istirahat karena itu juga penting.  Menurut World Health Organization (WHO), sehat adalah suatu keadaan dengan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dalam keadaan baik.  Ini kesatuan lho ya, sehat bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan saja.  Berkegiatan boleh tapi ingat dengan istirahat, seperti mbah Ralph Marston sudah mengingatkan “Istirahat ketika anda lelah.  Menyegarkan dan memperbaharui diri, tubuh, pikiran, dan semangat anda.  Lalu kembali bekerja”.  Momentum yang kita punya jangan sampai menguap tanpa manfaat, karena usia remaja pasti berlalu dan berkembang atau tidak itu pilihan masing-masing.

Kebiasaan baik yang dibentuk semasa muda akan menjadi pembeda nyata, selamat Hari Remaja Internasional.  Melalui remaja ideologi disusun dan kemerdekaan diisi.

Saya undur diri yoo, jangan kangen. ^_^

Penulis: Rifky Bangsawan
Mahasiswa Universitas Lampung