Breaking News

Pulau Pasaran Lampung, Pulaunya Para Nelayan

Pulau Pasaran Bandar Lampung - Sebuah pulau kecil yang luasnya hanya berkisar 12-an hektar tapi memiliki popularitas yang tinggi. Pulau yang terletak di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur Bandarlampung ini dikenal sampai ke Pulau Jawa. Dia lah Pulau Pasaran, pulau berpenghuni 300-an kepala keluarga ini dikenal sebagai penghasil ikan teri asin dengan kualitas baik.
 
Pulau Pasaran Lampung, Pulaunya Para Nelayan
Foto (1) Wajah Pulau Pasaran dari Seberang
Ikan teri asin yang dihasilkan oleh masyarakat pulau ini kebanyakan memang dikirim ke Pulau Jawa. Ikan yang sudah ditangkap nelayan ini langsung di rebus di tengah laut untuk kemudian langsung di jemur ketika kapal merapat ke dermaga kecil di Pulau Pasaran. Itu kenapa kualitas teri asin di sini sangat disukai. Dalam sehari, masyarakat bisa menghasilkan sampai 20 ton ikan teri asin kering.

Harga ikan teri asin yang baik pun memberikan kemakmuran bagi masyarakat pulau. Saat ini saja, harga ikan teri asin mencapai 60 ribu/kilogram. Tidak heran, aktivitas masyarakat pulau makin hari makin padat. Apalagi setelah Pemkot Bandarlampung membangun akses jembatan sepanjang 500 meter menuju pulau pasaran tahun 2013. Sebelumnya, masyarakat hilir mudik menuju pulau ini menggunakan perahu.

Menuju Pulau Pasaran saat ini tidaklah sulit. Sampai di Kelurahan Kota Karang, melalui Jalan Teluk Bone, masyarakat bisa langsung menuju akses jembatan ke Pulau Pasaran. Melewati jembatan selebar 2 meter itu, siapapun bisa menikmati pemandangan di sekitarnya. Mulai dari pantai Teluk Lampung, hamparan tanaman bakau, bagan ikan bahkan hamparan sampah plastik.
 
Pulau Pasaran, Pulaunya Para Nelayan
Foto (2) Jembatan Menuju Pulau Pasaran
Sesampainya di Pulau Pasaran, kita akan menyaksikan wajah Pulau yang dulu pada tahun 1988 luasnya hanya sekitar 4 Hektar. Makin lama, makin padat penduduknya, pulau diperluas dengan pengurugan. Kemungkinan, luas pulau bisa bertambah diiringi semakin ramainya aktivitas masyarakat di sana. Bahkan, beberapa rumah kost pun tersedia di dalam pulau.

Maklum saja, banyak pedagang dari berbagai daerah yang datang mencari ikan asin teri. Jika cuaca mendung atau pada saat musim penghujan, mereka harus menunggu ikan selesai dijemur. Tingginya permintaan ikan asin teri membuat barang milik nelayan cepat habis. Begitu ikan selesai dijemur, langsung dikemas dan dikirim. Jadi harus cepat berada dilokasi jika ingin kebagian.

Menyusuri jalan-jalan sempit di dalam pulau, kita akan menemui segerombolan masyarakat yang kebanyakan kaum ibu. Mereka sibuk menjemur, memilah atau mengemas ikan. Kaum lelaki umumnya sibuk melaut. Menyusuri pulau ini, kita akan melihat bagaimana potret kehidupan masyarakat yang mampu bertahan di tengah keterbatasan.
 
Pulau Pasaran, Pulaunya Para Nelayan
Foto (3) Proses Pengolahan Ikan Teri di Pulau Pasaran
Di areal pulau, tidak ditemukan sumber air tawar. Untuk aktivitas Mandi Cuci Kakus (MCK) masyarakat menggunakan air yang rasanya asin. Begitu juga di satu-satunya Masjid di Pulau itu, air wudhu yang dipakai rasanya agak-agak asin. Selain minim sumber air tawar, masyarakat juga dihadapkan oleh minimnya sanitasi air yang buruk.

Di Pulau Pasaran, susunan rumah tidak beratur. Ada rumah yang menghadap ke jalan, ada juga yang membelakangi jalan. Tidak ditemui saluran air pembuangan limbah rumah tangga yang baik. Tidak sedikit air limbah rumah tangga hanya dibiarkan menggenang di dekat rumah. Kondisi ini diperparah aroma jemuran ikan asin.

Anak-anak di dalam pulau pun terlihat seperti anak-anak pada umumnya. Mereka bermain di satu-satunya lapangan kecil di areal pulau. Ada juga yang sibuk bersepeda menyusuri gang sempit di tengah pemukiman masyarakat Pulau Pasaran. Meskipun kondisi udara di tengah pulau yang terasa pengap karena ketiadaan pepohonan, mereka tetap ceria di tengah keterbatasan.

Akan tetapi, dengan keterbatasan itu, masyarakat pulau tetap mampu bertahan. Aktivitas hilir mudik masyarakat pun tetap ramai. Mungkin itulah identitas masyarakat Pulau Pasaran.