Breaking News

Menyoal Ide Full Day School

Sebenarnya konsep Full Day School didasari oleh pemikiran dan rasa keprihatinan yang mendalam terjadinya perkosaan yang banyak dilakukan oleh predator anak, ketika mereka sendirian di rumah (ingat kasus Yuyun di Bengkulu).
 
Menyoal Ide Full Day School
Adhi S. Kuncoro
Lalu saya pernah mengusulkan kepada Bapak Presiden melalui tulisan saya beberapa waktu lalu untuk memberikan kesibukan kepada generasi muda dan anak-anak pada usia produktif agar diberikan pendidikan karakter dan skill yang lebih bermanfaat bagi pengembangan kepribadian serta membekali mereka agar siap dalam menghadapi persaingan global.

Yuyun, selalu pulang sekolah saat orang tua masih bekerja di ladang seorang diri di rumah dan harus berjibaku menyelesaikan segala persoalannya sendiri di rumah.

Terkait dengan ide Full Day School tersebut, ada banyak Yuyun-Yuyun yang lain dan mereka tidak hanya berada di Kota besar namun juga di pelosok dan di daerah perkebunan di luar Jawa.

Sehingga konsep Full Day School tersebut sebagai langkah dan upaya untuk mengamankan waktu produktif anak-anak, remaja dan usia sekolah.

Hal ini merupakan upaya preventif dalam konsep pendidikan agar generasi muda tidak melakukan kegiatan kontra produktif seperti halnya yang dilakukan oleh pelaku-pelaku pemerkosa Yuyun yang mengisi waktu menganggur dengan mabuk-mabukan dan dangdutan di persimpangan jalan setelah menonton video porno (sengaja mencari mangsa).

Contoh dalam pelaksanaan pendidikan karakter adalah:
  1. Melakukan workshop yang bersifat fun day learning games setelah waktu sekolah sesuai minat dan bakat siswa seperti misalnya, pendidikan kompetisi internasional chef anak-anak yang dikemas berbahasa Inggris dan Mandarin. 
  2. Melakukan pendekatan pendidikan karakter yang mengasah tindakan disiplin, penghormatan dan kecintaan terhadap lingkungan hidup. Semisal: Acara Summer Camp di pantai berbasis pengajian anak-anak berbahasa Inggris sambil membersihkan lingkungan, menciptakan alat penjernih air, membuat saluran air sederhana, mencoba bercocok tanam di tepi pantai dengan buah-buahan organik dan sebagainya. 
  3. Melakukan aktivitas pendidikan karakter yang sifatnya mengasah sifat welas asih dalam kehidupan sosial dan saling peduli kepada sesama. Semisal: Diadakan acara bakti sosial dan pengumpulan dana kepada fakir miskin dan anak-anak yatim piatu secara bersama-sama atau nasional. 
  4. Melakukan pendekatan dan pembelajaran perilaku serta kepribadian yang menghormati sesama penuh toleransi, sikap membalas budi dan beretika normatif. Semisal: Pendidikan outbond team dengan pembelajaran bersama dengan orang tua. Mereka wajib saling menilai satu sama lain temannya dan menilai orang tua mereka. Bagaimana cara mereka menilai kebaikan orang lain setelah mereka dibantu dalam permainan outbond team akan menjadi nilai bagaimana mereka membalas budi baik orang lain.
  5. Memberikan pendidikan dan pelatihan ketrampilan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Semisal: Anak berbakat dance K-Pop maka disalurkan dengan melatih mereka agar bisa menjadi dancer yang profesional namun santun dan berbudi pekerti yang baik. Jika mereka ada yang senang aeromodelling maka disalurkan bakatnya di aero modelling.
Hal-hal di atas adalah contoh-contoh pola pendidikan karakter yang membumi dan diberikan fasilitas agar mereka mampu mengimplementasikannya sebagai perilaku dan budaya yang kemudian terserap menjadi karakter dan kepribadian yang baik.

Karena di rumah mereka belum tentu bisa mendapatkan pendidikan karakter dari orang tuanya disebabkan kesibukan ataupun karena kurangnya kemampuan orang tua dalam memahami pola pendidikan karakter dan psikologi anak.

Demikian ulasan dari saya, semoga bermanfaat.Merdeka! Salam Pendidikan Karakter!

Penulis: Adhi S Kuncoro