Menerka Kemiripan Barkah Dengan Saeni --Tanggapan Atas Tulisan: Carut Marut Penetapan Uang Kuliah Tunggal (UKT) Universitas Lampung --
Hampir
jam 1 dini hari, mataku ndak juga ngantuk.
Beberapa hari belakangan mahasiswa baru bernama Achmad Barkah mengingatkan
aku sama mak Saeni. Mamak-mamak yang
beberapa waktu lalu wartegnya digerebek razia oleh satpol PP. Sungguh perbuatan yang ndak punya nyali,
mosok masih muda gitu mas-mas satpol PP beraninya dengan mamak-mamak yang cuma
bisa nangis pilu waktu sayur lodeh dan orek tempenya diangkut oleh petugas. Mbok ya kalo mau razia itu ke warteg yang
dijaga mbak yang ayu ngono lho, jadi selain menjalankan tugas juga dapat side effect bisa kenalan sama gebetan
baru. Itu baru taktis dan strategis. Ngono
wae kok yo diajari to mas, payah.
![]() |
Aksi Solidaritas Penggalangan Koin Mahasiswa Unila |
Balik
lagi ke si Barkah tadi, jadi guys, si Barkah ini konon kabarnya mengadu sama
posko advokasi yang disiapkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas
(BEM-U)soal biaya UKT tinggi yang harus ditanggung selama kuliah di Unila
nantinya yaitu Rp 2.400.000. Perjuangan
panjang sudah dihadapi Barkah demi untuk mengikuti tes SBMPTN, mulai dari mendaki
gunung lewati lembah membongkar celengan hingga perjalanan nekat menuju
Bandar Lampung.Berhubung si Barkah ini anak pintar yang pernah menjuarai
Olimpiade Geografi Tingkat Kabupaten sebanyak dua kali, informasi dari kakak
bernama Bayu Saputra. Ditambah lagi ibu
dari dek Barkah ini cuma sekedar guru TK je,
penghasilannya ndak cukup besar untuk membiayai kuliah. Wong untuk makan saja masih kurang, boro-boro
mau kuliah. Bibitkecerdasan yang sayang kalo
disia-siakan ini mendorong sang kakak tingkat Bayu berniat melakukan
penggalangan dana yang dilakukan secara viral di media sosial. Sasarannya tentu jelas netizen yang banyak
duitnya. Toh contohnya sudah ada, mak
Saeni di bulan puasa tempo hari berhasil mendulang banyak donasi. Dari waktu yang relatif singkat Dwika Putra
(Penggagas donasi mak Saeni) berhasil menjaring 2.427donatur dengan kisaran
pendapatan mencapai Rp 265.534.758. Sungguh
pendapatan yang luar biasa bukan? Ini
bisa jadi cara baru yang bisa ditiru bapak-bapak pembawa kotak tisu, cah kampus
ijo mesti ngerti bapak iku sopo.
Modalnya
cuma jempol dan kuota internet, perahunya twitter. Keberhasilan ini yang coba ditiru oleh kakak
tingkat dek Barkah, berbekal sedikit uraian menarik nan sedih mendayu-dayu seperti
lagunya Armada yang diposting di kanal Facebook. Aku bahkan ndak tahu dari mana awalnya hingga
ujug-ujug berita itu bisa masuk ke
beranda facebook dan grup angkatan.
Sungguh niatan yang mulia untuk membantu berlanjutnya pendidikan salah
satu putera bangsa, bahkan aku dengar rencananya mau dibuat kampanye koin untuk
Barkah yang berlokasi di lampu merah dekat kampus. Luar biasa je anak muda jaman sekarang, ndak cuma semangat membara main
#PokemonGo saja tapi ngumpulin koin juga.
Tanggepan
macem-macem ikut naik menyusul viralnya penggalangan ini, mulai dari yang latah
langsung nanya nomor rekening induk donasi, lembaga terkait yang merasa punya
tanggung jawab terhadap dek Barkah ikut kesetrum,
hingga rencana kakak-kakak yang rela berpanas ria di lampu merah untuk kampanye
koin. Barkah sungguh membawa cahaya
cinta yang perlahan menyilaukan. Itulah
bukti kehidupan kedua, mimpi itu dari mana datangnyaa. Oalah kucluk malah lagu Dragon Ball dicatut.
Sepurane yo mas-mbak, aku tak ngopi bentar.
*2
menit kemudian*
Sampe
mana tadi? Tanggapan yo?
Nah
itu guys, kakak yang tanggap terhadap penderitaan adik sungguh menjadi kisah
yang inspiratif. Tapi aku prihatin e,
sifat kritis kakak-kakak ini ndak dibarengi dengan toto kromo, unggah ungguh,
dantepo seliro ngunu lho. Aku prihatin kok ya kasus mak Saeni yang fantastis
itu diperbandingkan secara telanjang dengan keadaan dek Barkah. Kasus mak Saeni jelas karena pemberlakuan
perda terhadap pelanggar, dalam kasus ini pemerintah berhadapan dengan rakyatnya
yang piye yo, aku mau bilang mbandel tapi orang usaha nyari nafkah, dibilang
bener juga ndak bisa wong sudah ada aturan kok dipancing-pancing. Atas nama kemanusiaan netizen bergerak memuaskan
nuraninya mbantu menghadapi petugas satpol PP yang ndak tedeng aling-aling
membuat rugi rakyat yang sedang berikhtiar.
Untuk dek Barkah keadaannya beda e, wong jelas waktu masih tersedia dan
ada tahapan kebijakan yang bisa ditempuh.
Mahluk halus bernama UKT yang menyeramkan itu nyatanya ndak halus-halus
banget kok, masih bisa ditoel-toel pake sesuatu bernama “banding”. Jadi keadaan yang ditakutkan itu cenderung
dibesar-besarkan sehingga panik, lalu serampangan membuat aksi. Aku prihatin e mas-mbak, ojo ngunu la ngopi
dulu biar tenang.
Sudah
ngopinya?
Yok
kita lanjut ngobrol lagi.
Kakak-kakak
pintar di BEM-U juga mestinya paham dengan istilah Advokasi. Ndilalah
menterinya juga ada kok, posko diawal tulisan itu siapa yang buat? Positif paham tapi mungkin lupa. Aku tak ngingetin aja. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, saiki
aku serius sitik yo, advokasi bisa diartikan sebagai pembelaan. Advokasi ini bentuknya upaya persuasi
mencakup kegiatan untuk menyadarkan, rasionalisasi, argumentasi, serta
rekomendasi tindak lanjut mengenai suatu kejadian. Advokasi ini kemana? Yo jelas ke pihak yang akan menjadi induk
semang tempat belajar dek Barkah, yaitu secara khusus Fakultas Pertanian atau
lebih lanjut Jurusan Peternakan. FYI,
dek Barkah ini diterima pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Kalo memang ndak setuju dengan
keadaan yang ada, monggo advokasi dulu ke fakultasnya. Jangan langsung minta gula keluar rumah, toh
didalem rumah belum ditanya semua apakah punya gula atau ndak kok. Kira-kira etis atau ndak minta duit sangu ke
tetangga, sementara bapak atau mamak mu belum mbok mintai? Mengko bapakmu tersinggung piye cah? Hayoo ...
Aku
ndak pernah bermaksud nyalahin mas sama mbak nya, ndak sama sekali kok, wong
aku seneng punya wakil yang tanggap di BEM.
Bertindak cepat dan benar itu penting, ciri pemimpin yang jempolan. Tapi yo jangan merasa benar sendiri, sudah
punya aturan yang jelas dan bisa ditempuh mbok ya jangan gegabah melompati
regulasi. Njenengan ki uduk Robin Hood,
ndak usah ngangkat panah begitu nanti banyak yang salah paham. Aku ki wong kampung, njenengan pasti ngerti
bertindak yang benar dan pintar tapi tetep punya sopan santun iku kepiye. Sampe sini semoga aku ndak bikin cemberut yo,
wong niatnya mengingatkan kok bukan lain-lain.
Aku tu sayang kalo njenengan yang pintar nan aktif itu justru jadi
keblinger, kasian udah bayar UKT mahal-mahal kok hasil belajarnya ndak
maksimal. Hehehe ...
Udah
dulu yaa, kopiku dingin ini lho tak cuekin dari tadi.
Matur
suwun... J
Menerka Kemiripan Barkah
Dengan Saeni
Dikirimkan Oleh: PengGad (Bukan nama sebenarnya)