Memotivasi Dengan Bonus Para Atlet Peraih Medali
Dua atlet Indonesia di
Olimpiade Brazil berhasil mendapatkan dua medali perak. Semuanya dari cabang
angkat besi. Pemerintah Indonesia sudah menyiapkan bonus 2 milyar untuk
masing-masing atlet. Pada even olahraga empat tahunan terbesar di dunia itu,
Pemerintah Indonesia memang menyediakan bonus besar. Emas mendapatkan 5 milyar
dan perunggu 1 milyar.
Jumlah bonus yang ada
sekarang sudah naik lima kali lipat dibandingkan bonus sebelumnya. Itu belum
bonus lain berupa tunjangan-tunjangan seperti
tunjangan hari tua sebesqr 15 juta/bulan. Bayangkan saja, butuh berapa
puluh tahun bagi karyawan berposisi midle untuk mengumpulkan uang sampai
milyaran.
Itu baru sebatas bonus
olimpiade. Masih ada bonus-bonus yang disediakan pemerintah kepada atlet yang
berprestasi internasional. Baik itu level dunia sampai ASEAN. Bahkan, belum
mendapatkan prestasi pun, atlet biasanya sudah mendapatkan keistimewaan jika
sudah bergabung atau masuk dalam pusat pelatihan. Artinya, saat ini menjadi
atlet sudah sangat menjanjikan dari segi ekonomi.
Coba bandingkan dengan
atlet-atlet yang hidup sebelum era sekarang. Elyas Pical, mantan juara dunia tinju
tahun 80-an pun harus menjadi satpam untuk bisa bertahan hidup. Suharto, mantan
peraih emas balap sepeda ASEAN Games 1979 harus menjadi tukang becak pasca
pensiun menjadi atlet. Masih ada beberapa atlet nasional lain yang nasibnya
sama tragis. Hidup sulit pasca pensiun.
Sesungguhnya, kesejahteraan
juga sudah dirasakan atlet-atlet yang berhasil mengharumkan nama daerah.
Lampung misalnya, atlet peraih emas di PON diberikan bonus luar biasa dengan
diangkat menjadi PNS. Sayang, bonus tersebut dihapus pada era Gubernur
Sjachroedin ZP karena adanya manipulasi yang dilakukan oknum tertentu. Mereka
yang tidak meraih emas PON tetap diupayakan menjadi PNS.
Gantinya, peraih emas PON
mendapatkan uang tunai sebesar 50 juta rupiah, perak 25 juta dan perunggu 15 juta.
Selain itu, para atlet lokal lampung yang masuk dalam program pemusatan latihan
di Lampung pun masih mendapatkan uang saku yang nilainya bervariasi mulai dari
1 juya sampai 3 juta/bulan. Sedikit banyak, kesehjateraan atlet sudah
dipikirkan. Meskipun hal tersebut kurang dirasakan atlet di level kabupaten.
Semakin besarnya bonus
atlet saat ini telah memacu pertumbuhan dan minat generasi muda untuk menjadi
atlet. Lihat saja bagaimana anak-anak di Kelurahan Kota Karang, Bandarlampung
yang mulai berminat belajar Sepak Takraw. Olahraga ini terbukti telah
mengangkat derajat beberapa atlet yang berasal dari kalangan kurang mampu.
Begitu pun atlet angkat besi di Padepokan Gajah Lampung di Pringsewu. Banyak
sekali anak-anak yang berbondong untuk mendaftarkan diri menjadi atlet.
Atlet sekarang bukan lagi
semata olahragawan. Mereka adalah duta yang dianggap sebagai pahlawan yang
mengharumkan dan mengangkat gengsi daerah atau negara melalui prestasi. Tidak heran, saat pulang membawa prestasi,
mereka pun dielukan bagai pahlawan. Ada kebanggan tersendiri yang melekat. Ayo,
siapa mau jadi atlet?.