Breaking News

Lingkaran Setan Korupsi


Mencoba memahami apa yang ada dalam pikiran aparat pemerintah khususnya para SKPD yang mengurusi proyek-proyek pemerintahan.

Misalnya ada proyek pembuatan jalan 1 milyar. Misalkan si pengusaha/kontraktor bisa untung 200 juta. Kalau kita yang jadi aparat/SKPD nya, apa yang ada dalam pikiran kita ? Kita yang ikut capek membantu si pengusaha mengurus semua administrasi dan lainnya, Apakah kita hanya gigit jari melihat si pengusaha menikmati keuntungan 200 juta ? Sedangkan kita tidak mendapatkan apa-apa selain gaji sebagai PNS yang tidak seberapa. Wajar dong jika kita yang membantunya, berharap si pengusaha itu memberikan sebagian keuntungannya kepada kita. 1 atau 2 juta lah.
 
Lingkaran Setan Korupsi
Muhammad Farid
Kalau akhirnya si pengusaha berbaik hati memberikan sebagian keuntungannya kepada kita, maka itu disebut dengan gratifikasi karena berkaitan dengan proyek yang kita kerjakan. Bagi KPK itu termasuk perbuatan korupsi. Kalau kita sudah berharap tapi ternyata si pengusaha itu tidak memberikan "hadiah" maka kita akan menganggapnya "pelit" sehingga jika ada proyek lagi kita malas membantunya.

Sekarang dibalik, kita sebagai pengusahanya..

Ketika ada SKPD yang mengurus dan membantu proyek yang sedang kita kerjakan, sedangkan kita punya keuntungan 200 juta. Maka wajar dong kalau kita ingin sekedar memberikan amplop atau hadiah kepadanya. Tujuannya untuk membina hubungan agar kalau ada proyek lagi, kita berharap bisa dibantu. Minimal tidak dipersulit. Apalah artinya kehilangan 2-3 juta dibandingkan keuntungan 200 juta yang kita peroleh.

Itulah hubungan timbal balik antara pengusaha dan aparat pemerintah yang membuat praktek korupsi terus terjadi selama ini. Kalau aparatnya baik, digoda oleh si pengusaha dengan iming-iming hadiah dan suap. Belum lagi kalau melihat teman-temannya yang bisa membeli mobil dan rumah dari gratifikasi itu. Sebaliknya, kalau pengusahanya yang baik, dirongrong oleh oknum aparat yang meminta jatah. Kalau tidak dikasih akan dipersulit dan kemudian tidak kebagian proyek lagi. Semua jadi serba salah.

Bagaimana kalau dana hibah atau dana bantuan sosial ?

Misalkan kita sebagai aparat pemerintah : Kita bertugas menyalurkan dana hibah atau bantuan sosial ke sebuah lembaga sebesar 100 juta. Kita yang mengurus semua persyaratan administrasinya sehingga bantuan itu tersalurkan. Ketika kita menyerahkan dana 100 juta kepada lembaga tersebut, wajar dong kalau dalam hati kita, ada perasaan berharap mendapat "ungkapan terimakasih" sebesar 1 atau 2 juta. Jika pengurus lembaga itu hanya mengucap "terimakasih" saja tanpa memberikan apa-apa, maka kita akan kesal. Bisa jadi kita mengirim sms atau menelpon dengan mengatakan : "masak kita yang mengurus tidak mendapat apa-apa cuma dapat terimakasih saja".

Sekarang misalkan kalau kita sebagai pimpinan lembaga tersebut:

Lembaga kita mendapat bantuan dari pemerintah sebesar 100 juta. Ada aparat pemerintah yang mengantarkan atau mengurusnya sehingga lembaga kita mendapat dana tersebut. Ketika aparat menyerahkan bantuan tersebut, dari perangai dan kisaran kata-katanya, kelihatan sekali kalau dia sangat berharap mendapat "ungkapan terimakasih". Maka wajar dong kalau kita hendak memberikan ungkapan terimakasih sudah membantu lembaga kita mendapatkan dana 100 juta. wajar kan kalau kita memberikan "ungkapan terimakasih" dengan memberikan 1 atau 2 juta dari 100 juta yang kita dapatkan. Karena kita tidak ingin dibilang sebagai orang yang tidak pandai berterimakasih.

Itulah lingkaran setan korupsi. Dari mana kita harus memutusnya ? dan bagaimana caranya ?

Sekarang, kita sebagai aktivis atau mahasiswa.

Di sosial media, kita lantang menyuarakan keburukan pemerintahan baik pusat maupun daerah. Kita mempersoalkan buruknya infrastruktur dan pelayanan. Kita beranggapan itu semua terjadi karena praktek korupsi antara aparat pemerintah (baik kepala daerah maupun SKPD) dengan kroni-kroninya. Bisa jadi itu kita lakukan karena kita belum mendapatkan proyek dari kepala daerah tersebut. Setelah kita lulus dan punya perusahaan, kita mendapatkan proyek dari pemerintah, maka tidak terdengar lagi suara-suara lantang dari mulut kita, karena mulut kita sudah disumpal dengan proyek. Kemudian kita akan masuk dalam lingkaran setan korupsi di atas.

Bisa jadi kita bersuara lantang karena kita belum mendapat kesempatan kebagian proyek baik dari pemerintah pusat, provinsi maupun kota/kabupaten.
Lantas, dari mana Revolusi Mental itu harus dimulai ? Dan bagaimana caranya agar kita tidak termasuk orang yang munafik, mengatakan sesuatu yang tidak kita kerjakan. Bersuara lantang menyuarakan anti korupsi tapi kita sendiri kalau masuk dalam lingkaran setan korupsi akan melakukan hal yang sama.

"Amat besar kebencian di sisi Allah kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat". (QS.61:3)

Itulah realitanya. Lantas bagaimana mengatasinya ? Ada saran atau tanggapan ?

Kalau saya sih, solusinya dengan memutus kecintaan kepada dunia dan memutus serta menahan hawa nafsu. Bagaimana cara memutusnya ? Perlu uraian yang lebih panjang lagi....

Penulis: Muhammad Farid