Breaking News

Krisis Pangan dan Revitalisasi Pertanian

Kebutuhan  bahan pangan sebagai bahan baku energi alternatif telah memiliki dampak negatif bagi kebutuhan penghidupan masyarakat saat ini. Kondisi ini menggambarkan bahwa yang miskin makin miskin yang kaya makin kaya. Petani sebagai produsen dari bahan pangan tersebut justru sebagai pihak yang dirugikan. Hal ini disebabakan oleh lemahnya pengawasan dan penanggulangan perlindungan pemerintah terhadap petani yang begitu lemah. Selain itu, permainan spekulan semakin menjadi-jadi dan tidak mengindahkan kaidah atau norma-norma kemanusiaan.


Krisis Pangan dan Revitalisasi Pertanian

Seyogyanya petani adalah mereka yang diuntungkan dari proses tersebut, namun semuanya berbanding terbalik. Bagaimana seharusnya peran pemerintah dalam menanggulangi persoalan tersebut yang semakin berlarut-larut. Tidak ada ketegasan pihak manapun yang berperan aktif dan berteriak untuk melindungi para petani dari cekikan para spekulan.

Kebijakan pemerintah dalam hal perluasan lahan pertanian belum juga menemukan titik yang memuaskan, program ekstensifikasi pertanian dapat dikatakan gagal dan menemui jalan buntu. Bahkan lahan pertanian telah tergerus dan direlokasi demi kepentingan bisnis kelompok tertentu yang tidak menguntungkan masyarakat kecil.

Begitu halnya dengan program intensifikasi pertanian, indikasi ini adalah rendahnya kualitas produksi pertanian kita, sehingga di pasaran dunia mengalami kejatuhan harga. Harga yang tidak sebanding dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan petani.

Keterkaitan antara krisis pangan dengan petani adalah ibarat dua sisi mata uang. Dua hal tersebut memiliki korelasi yang baik dimana keduanya memiliki hubungan sebagai produsen dan produk. Beralihnya para petani dari bertani dan mencari lahan pekerjaan yang lain juga merupakan penyebab dari krisis pangan tersebut.

Krisis pangan dunia adalah akibat dari rendahnya perhatian terhadap petani. Petani seharusnya memiliki kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan buruh kasar yang lain. Hal ini juga berakibat terhadap persepsi pekerjaan petani bahwa pekerjaan tersebut adalah pekerjaan rendahan. Sehingga implikasinya bahwa sesorang malu mengakui dirinya sebagai petani.

Seharusnya petani adalah mereka yang berhak untuk disandingkan sebagi pahlawan. Yang menyediakan kebutuhan sosial manusia dalam memenuhi kebutuhan pangannya. Tanpa petani, seluruh masyarakat dunia akan tetap mengalami krisis dan ketimpangan sosial. Perubahan paradigma ini adalah pekerjaan rumah bersama yang dari dulu sampai sekarang menjadi permasalahan yang tak ada ujungnya.

Dalam mengatasi krisis pangan dunia, kita dihadapkan pada persoalan besarnya pertumbuhan jumlah penduduk dunia yang tidak diimbangi pula oleh kelestarian lingkungan. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi tersebut membutuhkan kebutuhan pangan yang tinggi pula, namun seperti pernyataan sebelumnya bahwa lahan pertanian yang tersedia semakin menyempit dan terjadinya relokasi besar-besaran terhadap lahan pertanian.

Hal ini memicu para petani untuk meningkatkan produksi tanam dengan memberikan pupuk kimia atau bahan lainnya yang tidak ramah lingkungan. Pada akhirnya, kerusakan lingkungan menjadi persoalan baru. Kerusakan lingkungan yang  disebabkan oleh pengelolaan pertanian yang salah kaprah tersebut dapat digambarkan dengan peningkatan input energi pupuk kimia, pestisida maupun bahan-bahan kimia lainnya dalam pertanian dengan tanpa melihat kompleksitas lingkungan di samping membutuhkan biaya usaha tani yang tinggi.

Pengelolaan pertanian yang salah kaprah tersebut harus segera dihindari dan dicarikan solusi yang cantik. Untuk memberikan harapan bagi kehidupan manusia bahwa ketersediaan bahan pangan tetap terjaga dan terproduksi dengan baik.

Permasalahan pengalihan bahan makanan sebagai bahan baku energi alternatif sebagai akibat dari mahalnya harga minyak dunia yang juga tidak ramah lingkungan adalah masalah baru yang dapat menghambat kebutuhan pokok manusia. Sebaiknya energi alternatif tersebut tidak mengandalkan kebutuhan pangan dunia, namun mencari energi alternatif lain yang lebih murah dan ramah lingkungan.

Dari beragam permasalahan diatas, dapat dirangkum beberapa solusi yang arif untuk mengatasi krisis-krisis tersebut. Untuk permasalahan krisis pangan adalah dengan langkah untuk membentuk tim penanggulangan kerawanan pangan, dimana tugas pokoknya adalah memberikan dorongan kepada petani untuk mengembangkan pertanian unggul yang ramah lingkungan. Penyediaan pupuk organik, bibit unggul dan sumberdaya manusia yang handal kepada petani adalah langkah untuk memberikan perhatian yang serius dalam rangka penegakan kedaulatan pangan dalam negeri.

Kondisi tersebut dapat ditempuh dengan melihat potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Iwan Gudono mengatakan bahwa, sebenarnya, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup besar. Namun, kedua potensi ini harus dikombinasikan dengan memberikan hak penguasaan lahan dan sumberdaya alam bagi tenaga kerja yang kualitas dan kemampuan manajemennya ditingkatkan disertai pengembangan teknologi maju. Dengan strategi ini, pertanian akan dapat menjadi basis pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Modal intelektual adalah modal awal dalam membentuk pertanian. Petani harus diberikan pengetahuan dan cara bertani yang baik. Dan penyediaan tenaga penyuluh dan pendamping tersebut berasal dari pemerintah maupun lembaga sosial lainnya yang konsen terhadap permasalahan pertanian.

Selanjutnya adalah pemberian modal dengan penyediaan kredit lunak kepada para petani, modal kredit lunak ini dapat mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Muhammad Yunus, peraih nobel perdamaian tahun 2006, yang mengembangkan konsep Grameen Bank di Bangladesh. Konsep kewirausahaan sosial yang dikembangkannya dapat pula dikombinasikan dengan konsep yang sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia.

Dana Lembaga Usaha Ekonomi Pertanian (LUEP) yang diberikan pemerintah haruslah tepat sasaran dan tidak tebang pilih. Keberpihakan kepada petani adalah langkah antisipatif sebelum gelombang besar rawan pangan datang melanda negeri ini.

Revitalisasi pangan dengan mengembangkan kemandirian petani adalah langkah yang sinergis pula dalam mengeliminir kerusakan lingkungan yang semakin parah. Revitalisasi pangan dengan menegakkan kedaulatan pangan di Indonesia harus mengacu kepada kelestarian lingkungan. Karena prosepek ini adalah prosepek jangka panjang dan tidak  diputus rantai perkembangannya.