Institut Teknologi Sumatera (Itera) Sedang Gundah Gulana
Institut Teknologi Sumatera (Itera) sedang gundah gulana. Semangat menggebu para gubernur se-sumatera pada saat perencanaan pembangunan kampus ini tahun 2011 silam mulai luntur. Seperti buang badan, Rektor Itera Ofyar Z. Tamin justru yang sibuk jemput bola. Satu persatu gubernur di Sumatera ditagih janjinya. Tujuannya satu, mempercepat pembangunan Itera.
![]() |
Gerbang Kampus Institut Teknologi Sumatera, Lampung |
Dari total 5,5 trilyun dana yang dibutuhkan untuk membangun Itera yang luasnya 285 hektar, Itera ditarget selesai dibangun dalam jangka waktu 20 tahun. Tapi, target itu dipastikan akan molor karena pemerintah pusat hanya mampu meggelontorkan dana sebesar 50 milyar/tahun. Sisanya, ini yang ditagih Ofyar kepada para gubernur se-Sumatera.
Pada masa perencanaan tahun 2011 silam, para gubernur di Sumatera memang berkeinginan supaya ada perguruan tinggi negeri selevel ITB dan ITS yang berdiri di Pulau Sumatera. Tujuannya supaya anak-anak di Sumatera bisa bersekolah tanpa harus ke Pulau Jawa. Sekaligus memberikan pemerataan pembangunan. Akhirnya disepakati Itera dibangun di Lampung, tepatnya di Kecamatan Jati Agung. Mulai saat itulah pembangunan Itera dimulai.
Tahun 2012, Itera resmi menerima mahasiswa baru berjumlah 57 orang yang berkuliah sementara di kampus ITB. baru kemudian pada tahun 2014, mereka mulai kuliah di Kampus Itera Jati Agung. Pada tahun yang sama, diterbitkan Perpres Nonor 124 tentang pembangunan Itera. Sampai saat ini, total Itera sudah memiliki seribu lebih mahasiswa. Mereka pun sudah mulai menerima mahasiswa melalui jalur SBMPTN pada 2015 dan 2016. Saat ini pun, sudah ada tujuh program studi yang dibuka di Itera.
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, Itera tetap berjalan. Saat ini saja, hanya ada tiga gedung yang bisa dipakai untuk kuliah. Sedangkan dosennya masih meminjam ke Unila. Jalan yang sulit memang. Tetapi Ofyar sepertinya memahami hal ini dan tetap akan mengusahakan supaya Itera tetap bisa mencapai target, selasai dibangun dengan jangka waktu 20 tahun.
Apa yang dialami oleh Itera memang tidak bisa dilepaskan dari kondisi politik di Sumatera. Para gubernur yang meneken kesepakatan pembangunan tahun 2011 sekarang nyaris sudah berganti semua. Di Lampung, kesepakatan pembangunan Itera diteken gubernur Sjachroedin ZP. Gubernur Lampung pun sudah berganti. Ganti gubernur ganti kebijakan, itulah yang menyulitkan proses pembangunan Itera.
Terakhir, Ofyar kembali menagih kepada para perwakilan gubernur pada saat rapat koordinasi (rakor) di Bandarlampung beberapa waktu lalu. Nantinya, akan disepakati pembagian jatah pembangunan di Kampus Itera. Artinya, provinsi mana membangun apa. Itu yang dikejar. Mudah-mudahan Itera tetap bisa bangkit meskipun kondisinya sulit. Setidaknya, Itera menjadi harapan bagi dunia pendidikan di Sumatera, Provinsi Lampung khususnya.