Breaking News

Aroma Busuk dari Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)



Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kembali mengeluarkan aroma busuk. Kali ini soal perempuan. Amrullah Amri, politisi Gerindra diduga menipu pedangdut Cita Citata. Persoalannya tentang pembelian cincin terkait kisah asmara mereka berdua.

Persoalan asmara dan birahi sebelumnya juga pernah muncul dari dalam Gedung DPR. Max Moein dan Masinton Pasaribu pernah terseret urusan soal wanita. Yahya Zaini malah sampai membuat film mesumnya dengan pedangdut Maria Eva. Ada lagi anggota DPR yang ketahuan membuka video porno saat sedang ada agenda rapat.

 
Aroma Busuk dari Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Sumber Foto: cakranews.com
Bukan cuma soal wanita dan birahi saja, kasus lain juga menjerat beberapa oknum anggota DPR. Paling banyak adalah kasus korupsi. Entah sudah berapa banyak oknum anggota DPR yang tertangkap KPK. Belum lagi kasus lain seperti Papa Minta Saham nya Setya Novanto dan aksi kekerasannya Ivan Haz. Lengkap sudah coreng yang melekat di wajah DPR kita.

Munculnya kejadian tersebut seharusnya menjadi cambuk bagi rakyat selaku pemilik suara untuk lebih hati-hati lagi memilih wakilnya. Melihat lebih detail track record si calon dan mengingat baik-baik darimana asal partai yang banyak membuat masalah di DPR.

Sayangnya, masyarakat kita itu pelupa. Dosa-dosa pelaku kejahatan di masa lalu begitu cepat terhapus dan tidak diingat lagi. Kita bisa menilai, bagaimana PDI Perjuangan sebagai partai papan atas yang kadernya banyak terlibat korupsi malah menjadi pemenang pemilu. Masyarakat pemilih yang mudah diperdaya atau memang partainya yang pandai memperdaya.

Kepercayaan masyarakat akan terus menurun dan menimbulkan sikap apatis terhadap kehidupan bernegara, tidak lain salah satunya karena lunturnya kepercayaan masyarakat kepada para wakilnya. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri. Hanya menyapa rakyat di saat kampanye saja. Ketika sudah duduk di jabatannya, mereka justru kontra produktif.

Lihat saja, apa yang sudah dilakukan oleh para wakil rakyat di senayan selain celotehan tidak penting. Kita lebih sering mendengar suara sumbang para oknum ketimbang karya nyata mereka untuk memajukan negeri ini. Berita miring tentang prilaku oknum anggota DPR lebih sering muncul ketimbang bukti keberpihakan mereka kepada konstituen.

Mungkin, sistem politik kita memang mendukung kemunculan para tokoh antagonis di senayan. Akan tetapi, ketimbang sibuk merubah sistem dan tatanan politik, sebaiknya rakyat yang melakukan introspeksi diri. Memilih dan mendukung orang baik dengan tetap kritis terhadap mereka yang sudah menyalahgunakan kewenangan. Partisipasi aktif rakyat dibutuhkan untuk menjaga kembali munculnya para srigala berbulu domba.