Rozak Hidup Mapan Dengan Berdagang Sate
Sate sebagai salah satu kuliner khas Indonesia sudah begitu akrab di lidah masyarakat Indonesia. Hampir di setiap daerah di Indonesia bisa dijumpai pedagang sate. Makanan yang banyak dijual oleh masyarakat madura ini pun bisa dipelajari dengan mudah, bahkan otodidak.
Mengingat populernya makanan dengan ciri irisan daging yang ditusuk dengan sebatang bambu ini, tidak sedikit juga yang meraup untung. Bahkan, mereka bisa hidup dengan layak dan berkecukupan hanya dengan berjualan sate. Seperti yang dilakukan Pak Abdul Rozak, salah satu pedagang Sate di Kecamatan Kemiling, Bandarlampung.
Lelaki berusia 42 tahun itu sudah lebih dari 15 tahun berjualan sate keliling dengan gerobaknya. Dari berjualan sate, dia mampu membeli dua unit rumah, satu unit mobil keluarga dan menyekolahkan anaknya di salah satu akademi kebidanan. Artinya, bukan sedikit jumlah rupiah yang berputar di dagangan jenis ini.
Dalam satu hari, Pak Rozak bisa menjual rata-rata 400 tusuk. Satu tusuk sate dihargai Rp. 1.500,-. Mulai berjualan pukul lima sore dan pukul sembilan malam, dia bersama istrinya sudah pulang ke rumah. Setidaknya, dalam sehari, tiga atau empat ekor ayam dihabiskan untuk membuat sekitar 500-an tusuk sate. Begitu siklus harian yang dilaluinya selama berjualan sate.
Sehari-hari, sebelum berjualan, Pak Rozak dan istri menyiapkan dagangannya sendiri. Mulai berbelanja kebutuhan dagangan sampai menusuki daging ayam sendiri. Memang kegiatan yang membosankan dan melelahkan, tetapi itu semua dijalaninya mengingat berjualan sate lah keahlian satu-satunya yang dimiliki.
Bagi Pak Rozak, berbisnis makanan adalah bagaimana menjaga cita rasa dan kebersihan dagangannya. Jika sampai ada yang kecewa atas kualitas satenya, itu bisa berdampak buruk kepada nasib dagangannya kelak. "Kalau saya, potongan dagingnya agak besar. Saya juga nggak mau pakai gajih (lemak) di dalam tusukan sate. Kadang kan ada penjual sate yang mencampur daging dan lemak biar untungnya banyak," ujar Pak Rozak.
Karena kesetiaannya menjaga kualitas dagangan, Pak Rozak kerap mendapatkan orderan sate. Baik untuk pesta maupun syukuran yang didapat dari promosi mulut ke mulut. Jumlahnya pun tidak sedikit, sampai ratusan tusuk setiap kali pesanan. Usaha yang dirintisnya sejak menikah sudah mulai menuai hasil. Dia pun bersedia memberikan ilmunya kepada siapa saja yang ingin belajar berbisnis sate dengan gratis.