Breaking News

Meraup Untung Jelang Lebaran

Menjelang lebaran, pasar tradisional maupun swalayan dipenuhi pembeli. Berbagai macam barang dibeli. Tapi, kebanyakan, mencari kebutuhan untuk memenuhi menu makanan saat lebaran, makanan bersantan berupa daging sapi atau ayam. Makanan ini umum dimakan bersama menu khas lebaran, ketupat.

Meraup Untung Jelang Lebaran

Kebutuhan yang selalu muncul menjelang lebaran ini dimanfaatkan oleh para pedagang. Mereka sengaja menyimpan stok ayam hidup (umumnya ayam kampung) dan kelapa jauh-jauh hari bahkan sebelum bulan puasa. Ini dilakukan saat harga ayam dan kelapa masih berkisaran normal. Kelapa perbutir masih dibeli seharga 2.500/ butir dari agen. Kelapa akan awet asalkan serabut nya tidak dibuang. Sementara ayam berukuran sedang masih dikisaran angka 40-an ribu/ekor. Ayam kampung dengan harga miring banyak dijual di pasar tradisional pedesaan.

Tidak tanggung-tanggung, ayam kampung yang distok bisa mencapai ratusan ekor sementara kelapa bisa mencapai ribuan butir. Pedagang tampaknya sudah paham betul tentang kondisi pasar menjelang lebaran. Para pembeli kebanyakan tidak akan menawar seperti hari-hari biasa. Mereka lebih baik membeli dengan harga tinggi daripada tidak kebagian.

Meraup Untung Jelang Lebaran

Pada H-3 sampai H-1 lebaran, harga kelapa (parut) bisa mencapai 6 ribu/butir. Bandingkan dengan harga disaat kelapa dibeli sebelum bulan puasa. Bahkan, harga kelapa yang sudah diparut tetap akan bertahan di angka 6 ribu/butir sampai H+5 lebaran. Bayangkan keuntungan yang didapat pedagang kelapa.

Pedagang kelapa bukan hanya mendapatkan keuntungan dari menjual kelapa. Mereka juga masih meraup untung dari air kelapa yang ditampung dan tempurung kelapa. Air kelapa dibayar 2.500/jerigen dan tempurung kelapa dibayar 12ribu/karung ukuran 50 kilogram.

Sementara Ayam Kampung yang tadinya dibeli di angka 40 ribu/ekor bisa mencapai 100 ribu/ekornya. Tetapi, ayam ini sudah tidak dijual hidup melainkan sudah dipotong. Pedagang masih harus memotong ayamnya terlebih dahulu. Bahkan, banyak pembeli yang berani memesan ayam karena khawatir tidak kebagian. Apabila kebagian pun akan mendapat harga lebih mahal.

Khusus untuk ayam, selama masa karantina, pedagang harus mengeluarkan biaya untuk perawatan dan makan. Jika ada yang mati, petani sudah dipastikan akan merugi. Artinya, meskipun mendapat keuntungam berlipat, pedagang ayam tetap harus menanggung resiko.

Disinilah insting membaca peluang diperlukan bagi para pelaku usaha. Harus bisa membaca momen dan situasi pasar. Yang jelas, pedagang tidak diperkenankan mengarah menjadi spekulan. Mereka memainkan harga dan stok barang demi keuntungan berlipat.