Menyoroti Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera
Sejak era Presiden
Soekarno, sebenarnya Tol di Pulau Sumatera sudah dicanangkan untuk dibangun.
Presiden Soekarno tampaknya menyadari bahwa pembangunan Indonesia harus merata,
tidak fokus di Pulau Jawa.
Tapi apa mau dikata, belum
terwujud harapan Sang Proklamator, dia keburu lengser. Soeharto yang menjadi
Presiden berikutnya, justru banyak melakukan pembangunan di Pulau Jawa.
Khususnya, jalan tol.
Kita memang tidak bisa
mengesampingkan peran Soeharto dalam membangun Jalan Lintas Barat dan Timur Sumatera,
khususnya di Lampung. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kondisi jalur
tersebut sudah kurang layak untuk memperlancar jalur distribusi barang.
Intensitas kendaraan yang
lewat dan beban tonase yang makin berat membuat jalur lintas di Sumatera sudah
jauh menurun kualitasnya. Beberapa kali perbaikan rutin baik itu jalan maupun
jembatan di lintas sumatera malah membuat distribusi barang melambat. Akibatnya,
terjadi ketimpangan pembangunan. Hanya daerah2 terjangkau saja yang merasakan
proses pembangunan.
Presiden Joko Widodo
tampaknya sangat menyadari hal itu. Meskipun harus melalui tentangan dan
cibiran sebagian rakyat Indonesia, dia tetap pada pendirianya. Kita tahu, dana
pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera mayoritas adalah investasi asing atau
hutang. Tapi, Jokowi bergeming, dia tetap Membangun Jalan Tol Trans Sumatera.
Jalan Tol Trans Sumatera
dibangun mulai dari Bakauheni (Lampung) sampai Aceh. Panjangnya sekitar 2.818
kilometer. Di Lampung, Pembangunannya
sendiri sudah efektif berjalan sejak 2015 dan ditargetkan selesaki pada 2018.
Bagi provinsi yang
dilewati jalan tol, pastinya akan mendapatkan efek positif. Apalagi Lampung
yang masih tergolong provinsi berkembang. Jalan akan menarik lebih banyak
investor.
Laju distribusi lebih
cepat karena mempersingkat waktu. Harga barang juga kemungkinan besar akan
lebih murah karena mobil muatan tidak lagi mengalami pungli bahkan premanisme
yang selama ini terjadi di jalur lintas Sumatera.
Sayangnya, target
pembangunan jalan tol di Lampung sepertinya meleset dari ekspektasi. Menurut
data yang ada, ruas tol Bakauheni - Babatan sepanjang 27 kilometer baru
mencapai 1,16%, ruas tol Babatan - Tegineneng sepanjang 59 kilometer baru
mencapai 3,53%. Sedangkan ruas Tegineneng - Terbanggi Besar sepanjang 42
kilometer dan ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang sepanjang 109 km sedang
dalam tahapan penyiapan konstruksi.
Berbagai faktor diakui
menjadi penyebab melambatnya pembangunan jalan tol trans sumatera. Faktor alam
yaitu medan tanah yang tidak merata menjadi faktor utama sulitnya menyiapkan
konstruksi beton. Kemudian, proses land
clearing yang tertunda menjadi faktor penyebab lainnya jalan tol bakal
molor pengoperasiannya.
Presiden Jokowi memang
mengambil resiko besar atas pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera. Proyek yang
menelan dana sampai 350 trilyun ini harus selesai. Apalagi, dana yag dipakai
adalah dana investasi asing. Proyek jangka fisik ini pun merupakan proyek
jangka panjang yang efeknya bisa dirasakan 10 atau 20 tahun ke depan.
Kita tetap harus optimis
karena pembagunan sudah tidak bisa ditunda lagi. Sumatera sudah tertinggal jauh
dari Jawa dalam segi infrastruktur. Kita berharap proses pembangunan tol bisa
selesai, meskipun diprediksi akan molor.