Mengapresiasi Sekolah Olahraga Lampung
Keberadaan sekolah
olahraga di Lampung sejatinya menjadi angin positif. Setidaknya bagi
perkembangan olahraga di Lampung. Lampung memang sedang bersedih. Prestasi
olahraganya terus melorot. Sejak PON 2000 di Jawa Timur, prestasi olahraga
Lampung terus melorot terlempar dari lima besar. PON XVIII terakhir di Riau
tahun 2012, Lampung menempati posisi sepuluh.
Selama ini, Lampung memang
hanya mengandalkan angkat besi dan angkat berat sebagai sumber perolehan
medali. Cabang olahraga lain seperti tidak diperhatikan. Khususnya dari segi
pembinaan. Lampung jadi kekurangan stok bibit unggul. Akhirnya, makin sedikit
atlet yang benar-benar siap menorehkan prestasi di PON.
Baca Juga: Lampung, Liriklah Bola Kayu (Woodball)
Sadar akan kedaan
tersebut, pemerintah Provinsi Lampung bergerak dengan merayu kementrian Pemuda
dan Olahraga untuk membantu Lampung. Akhirnya, dibangunlah Pusat Pendidikan dan
latihan Olahraga (PPLP) di PKOR Way Halim tahun 2011. Kemudian, pada 2013,
dibangun SMA Negeri Olahraga Lampung di Tejosari, Kota Metro. Di sanalah bibit-bibit muda olahraga Lampung
menempa diri. Mereka diharapkan bisa memberikan sumbangsih kelak bagi perbaikan
prestasi olahraga Lampung.
Untuk SMA Olahraga,
setidaknya ada beberapa hal yang harus diperbaiki. Khususnya menyangkut
sinergisitas antara sekolah dan prestasi olahraga Lampung. Beberapa cabang
olahraga yang dibuka di SMA Olahraga di Kota Metro ternyata kurang pas dengan
tradisi Cabang dan nomor unggulan Lampung. Mungkin, hanya Angkat Besi, Atletik,
Taekwondo dan Renang saja cabang olahraga yang sudah pas dengan tradisi
prestasi Lampung. Sisanya, tidak.
Lampung tidak punya tradisi bagus di cabang olahraga Pencak Silat, Tenis Meja, Bulutangkis dan Karate. Selama ini, Lampung belum pernah mendapatkan emas dari cabang tersebut. Belum lagi dari Cabang Voli dan Sepakbola, cabang yang sudah sangat sulit bagi Lampung untuk bersaing.
Lampung tidak punya tradisi bagus di cabang olahraga Pencak Silat, Tenis Meja, Bulutangkis dan Karate. Selama ini, Lampung belum pernah mendapatkan emas dari cabang tersebut. Belum lagi dari Cabang Voli dan Sepakbola, cabang yang sudah sangat sulit bagi Lampung untuk bersaing.
Bahkan, Lampung sudah
terlalu lama tidak mendapatkan emas dari sepakbola sejak PON 1977 di Jakarta.
Selain tidak memiliki kompetisi reguler, cabang tersebut juga menelan biaya
sangat besar baik dalam persiapan atau pertandingan. Sangat tidak efisien.
Berbeda dengan cabang-cabang olahraga seperti Taekwondo yang sudah dua kali dapat medali emas. Pertama tahun 1989, kemudian tahun 2012. Renang yang sudah lebih dari lima kali mendapat emas. Atletik, pada 2012 kemarin menyumbang dua emas dan tahun 1989 juga dua emas. Angkat besi, tiap PON, selalu menyumbang minimal 10 emas.
Berbeda dengan cabang-cabang olahraga seperti Taekwondo yang sudah dua kali dapat medali emas. Pertama tahun 1989, kemudian tahun 2012. Renang yang sudah lebih dari lima kali mendapat emas. Atletik, pada 2012 kemarin menyumbang dua emas dan tahun 1989 juga dua emas. Angkat besi, tiap PON, selalu menyumbang minimal 10 emas.
Kemudian, kenapa tidak ada
cabang Judo?. Padahal, pejudo Kota Metro, Lyvia Susanti berhasil mendapatkan
medali emas pertama bagi Lampung dari cabang Judo pada PON 2012 di Riau.
Seharusnya hal ini menjadi pertimbangan. Cabang Judo harus dibuka juga di SMA
Olahraga Lampung.
Setidaknya, pihak terkait bisa lebih selektif dalam memilih. Bukan hanya sekedar mengejar kuota siswa dan sekedar berkegiatan saja. Mengingat, kegiatan-kegiatan tersebut menggunakan anggaran negara dan pada akhirnya akan menyangkut tentang nama baik Lampung di level nasional.
Setidaknya, pihak terkait bisa lebih selektif dalam memilih. Bukan hanya sekedar mengejar kuota siswa dan sekedar berkegiatan saja. Mengingat, kegiatan-kegiatan tersebut menggunakan anggaran negara dan pada akhirnya akan menyangkut tentang nama baik Lampung di level nasional.