Breaking News

Mendulang Rupiah Dengan Rongsok Plastik

Rongsokan di era modern saat ini tidak lagi dianggap sampah. Meningkatnya kebutuhan manusia dan makin banyaknya limbah rumah tangga membuat rongsokan menjadi industri baru, khususnya daur ulang plastik. Saat ini, sudah banyak pabrik yang memproduksi mesin untuk daur ulang plastik. Ada mesin cacah plastik, mesin pres plastik atau mesin peleteser plastik.
 
Mendulang Rupiah dengan Rongsok Plastik
Limbah plastik yang dapat mendulang rupiah

Diantara limbah logam dan kertas, plastik memang lebih ruwet. Jenis plastik dibagi dalam 20 jenis dan melalui beberapa tahapan. Mulai dari level pemulung, pengepul barang partai dan gabruk, barang siap giling (SG), penggilingan plastik, pembuatan biji plastik (peleteser), pencetakan barang plastik.
Baca Juga : Bisnis Kertas Bekas
Pada kesempatan ini, penulis akan mencoba fokus pada bagian penggililingan plastik. Sebelumnya, seorang pengusaha penggilingan plastik harus mengerti jenis-jenis plastik yang umum digiling. Ini adalah dasar yang harus dipahami oleh siapapun yang ingin bermain di limbah plastik. Apalagi, pada saat penggilingan, setiap jenis plastik tidak boleh tercampur.

Jenis dan kelompok plastik diantaranya Gelas A (gelas air mineral yag sudah bersih bening), Naso (plastik bening mudah pecah seperti bekas tupperware), MNPK, PPKN, PPS, LDR, INJEK, Infus, Hitaman atau Cor. (Jenis-jenis plastik ini bisa dipelajari kepada pengusaha giling plastik atau pengusaha Plastik SG).

Di Lampung, sudah banyak pelaku usaha penggilingan plastik. Umumnya, mereka mendapatkan barang dari para perongsok partai dan gabruk untuk plastik yang akan digiling. Setiap penggiling plastik, dianjurkan untuk memiliki lebih dari lima perongsok  partai dan gabruk. Hal ini supaya tidak terjadi kemacetan proses produksi karena di bisnis penggilingan plastik mencari lebih sulit daripada mejual hasil produksi.

Oleh sebab itu, penggiling plastik harus memiliki modal yang cukup. Pertama, harus memiliki mesin giling berkapastitas satu ton sehari seharga 30 sampai 40 juta. Kemudian, untuk menjaga suplay plastik yang akan digiling, harus mampu memodali para pengepul partai dan gabruk. Umumnya, dua sampai lima juta rupiah yang dibutuhkan untuk mendepositokan uang ke pengepul partai dan gabruk.
 
Mendulang Rupiah dengan Rongsok Plastik
Mesin Penggiling Plastik
Untuk harga, plastik yang sudah digiling berselisih 2-3 ribu dibanding sebelum giling. Misalnya, Gelas A yang harga belinya 7 ribu/kilogram akan menjadi 10 ribu/ kilogram di pabrik. PPS yang harga belinya 4 ribu/kilogram, dihargai menjadi 6 ribu/kilogram setelah digiling dan dijemur kering. Di Lampung, Mahkota Plastik adalah pengepul terbesar plastik hasil gilingan. Bahkan, Mahkota Plastik bersedia bermitra dengan memberikan modal asalkan si penggiling plastik mampu memenuhi target minimal 3 ton/perhari.

Perputaran uang di bisnis penggilingan plastik memang besar, tetapi harus diperhatikan juga biaya untuk tenaga penggiling, penjemuran, pengemasan sampai distribusi ke pabrik. Kemudian, yang utama harus diperhatikan adalah tingkat kesusutan plastik pasca digiling. Di sinilah kebanyakan pelaku usaha penggilingan merugi bahkan bangkrut.

Kesusutan dalam menggiling plastik memang lumrah. Karena plastik digiling dan dicuci bersih kemudian dijemur kering. Maka, kesusutan dianggap lumrah asal tidak lebih dari 10 persen dari bobot saat pembelian. Terkadang, pengusaha penggilingan yang salah dalam membeli barang bahkan tertipu, bisa mengalami kesusutan sampai 50 persen.

Patut diperhatikan track record si penjual barang partai dan gabruk. Tidak sedikit pengusaha partai dan gabruk yang nakal dengan memasukkan air, tanah, batu, sepatu ke dalam karung-karung plastik yang akan digiling. Kemudian, sangat tidak dianjurkan untuk membeli barang partai dan gabruk di saat hujan. Pada kondisi itu, barang menjadi basah dan bobotnya meningkat sampai 40 persen. Padahal, pengusaha penggilingan menjual barang dalam kondisi kering.

Selain itu, yang perlu dipahami adalah naik turun nya harga gilingan plastik. Naik turunnya harga ditentukan oleh pabrik dengan pertimbangan kondisi ekonomi secara umum. Saat permintaan dari masyarakat lesu, harga plastik pun akan turun. Kemudian, menjelang lebaran, biasanya banyak pengusaha partai dan gabruk yang menjual murah barangnya. Ini adalah peluang.

Penulis: Anton Adi Wijaya