Breaking News

Menagih Janji Jokowi



Jungkir balik, dua kata yang keluar dari mulut Presiden RI Joko Widodo paling diingat masyarakat. Saat itu, masyarakat benar-benar berharap harga kebutuhan pokok menjelang lebaran akan murah. Khususnya daging sapi. Kenyataan nya, jauh panggang dari api.
 
Menagih Janji Jokowi
Anton Adi Wijaya
Saat itu, yang terbayang adalah daging sapi yang murah bisa dibeli rakyat. Daging yang biasa untuk rendang saat lebaran. Daging yang terjamin kehalalannya bagi umat muslim. Daging yang steril dari penyakit hewan seperti mulut dan kuku. Saat itu, sama sekali tidak terbayang bahwa daging beku lah yang akan disebar di pasaran.

Jokowi jelas kesulitan dan terjepit. Persoalan daging bukan persoalan sepele. Pemenuhan kebutuhan daging bukan seperti memenuhi kebutuhan akan toge (kecambah) atau kangkung. Dalam hitungan hari, kebutuhan itu bisa dipenuhi. Tapi, ini soal daging. Soal sapi yang berumur satu tahun baru bisa disembelih. Soal lahan yang tidak sedikit untuk beternak sapi. Bukan seperti menanam toge atau kangkung yang cuma butuh lahan kecil. 

Persoalan daging adalah persoalan suplay dan demand. Kebutuhan daging yang naik signifikan saat menjelang lebaran. Yakin lah, selama suplai mampu memenuhi permintaan pasar, tidak akan ada kenaikan harga. Nyatanya, saat ini, kebutuhan daging sapi tidak mampu dipenuhi oleh stok daging sapi lokal.

Impor, adalah jalan pintas. (Cuma itu jalan nya karena Tidak mungkin mau sulap tiba-tiba ada jutaan sapi siap potong). Sayangnya, masih ada spekulan dan importir nakal yang membuat harga daging sapi impor pun tetap mahal. 

Adanya pajak impor sebesar 2,5 persen, bea masuk 5 persen dan ongkos proses karantina mengakibatkan ada tahapan kenaikan harga daging. Belum lagi ongkos distribusi, harga daging bisa mencapai lebih dari 100 ribu seperti saat ini. Padahal, harga daging sapi impor hanya berkisar di angka 35 ribu saja. 

Permasalahan tidak hanya di situ saja. Seperti kecurigaan menko kemaritiman Rizal Ramli bahwa ada beberapa importir nakal. Mereka adalah feedloter, merangkap juga sebagai importir. Sudah memiliki kekuatan pasar sehingga bisa memonopoli harga di pasar. Pemerintah harus bertindak tegas dan cepat. Kejadian ini sudah berlangsung jauh sebelum Jokowi jadi presiden.

Membangun industri penggemukan sapi lokal juga sama sulitnya. Benar ada Nusa Tenggara yang mempunyai stok sapi lokal yang banyak. Tetapi, mereka juga tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar khususnya di Pulau Jawa. Pemerintah harus bisa membangun industri penggemukan sapi sendiri yang terintegrasi secara benar.  Sudah tidak bisa lagi mengandalkan feedloter. 

Memotong jalur distribusi harus segera dilakukan karena di sana banyak menyerap biaya yang membuat harga daging sapi menjadi mahal. Harga sapi lokal hanya berkisar di angka 45 ribu di level peternak, kenapa bisa sampai 100 ribu lebih di retailer? Ini berarti begitu panjangnya jalur distribusi.

Bila perlu, pemerintah harus memiliki badan usaha khusus yang menangani kebutuhan daging sapi dari hulu sampai hilir. Harus disegerakan jika tidak ingin rakyat menjerit daging mahal tiap menjelang lebaran.

Mendongkrak produksi sapi nasional, Pemerintah juga bisa memberdayakan BUMN yang bergerak dibidang perkebunan untuk mendukung pemenuhan sapi lokal. Seperti yang pernah diungkap Dahlan Iskan, PTPN VII seharusnya bisa memiliki usaha penggemukan sapi sendiri karena memiliki stok rumput yang melimpah. Daun kelapa sawit bisa untuk makan sapi. Seharusnya, kondisi tersebut bisa diintegrasikan untuk pertumbuhan sapi nasional.