Jokowi, Antara Kebijakan dan Tekanan (Catatan Reshuffle Kabinet Kerja Jilid 2)
Pasca diumumkannya reshuffle
Kabinet Kerja Jilid 2 oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, saat itu
pula banyak menuai pro dan kontra terhadap kebijakan tersebut. Media-media
sosial pun hangat memperbincangkannya.
Beberapa menteri yang
diganti diantaranya adalah adalah Rizal
Ramli yang sebelumnya menjabat sebagai Menko Kemaritiman Dan Sumber Daya. Rizal
Ramli yang saat ini namanya trend disebagian besar masyarakat, khususnya di Ibu
Kota Jakarta karena kebijakannya yang ingin menghentikan proyek reklamsi Teluk
Jakarta yang dinilai tidak berpihak kepada masyarakat. Tidak ada kesalahan
maupun alasan yang jelas dimata masyarakat, sehingga menimbulkan pertanyaan
mengapa Rizal Ramli diganti sebagai mentri? sehingga muncul asumsi negatif
terhadap pemerintahan jokowi, dan sebagian masyarakat pun bertanya, ada apa
dengan pemerintahan jokowi?
Mengapa Rizal Ramli di reshuffle
saat terjadi perdebatan sengit antara beliau dengan Gubernur Jakarta (Ahok)
yang secara terang-terangan beliau ingin menghentikan proyek tersebut. Sehingga
kebijakan jokowi mengganti Rizal Ramli pun menuai asumsi bahwa jokowi mendapat
tekanan dari pihak pengembang?
Selanjutnya Menteri yang
direshuffle adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Siapa yang tidak mengenal
Anis Baswedan? Menteri yang namanya populer karena Gerakan Indonesia Mengajar
ini pun di ganti oleh jokowi tanpa alasan yang jelas. Digantinya Anis Baswedan
menuai kritik yang tajam dikalangan masyarakat, karena masyarakat menilai bahwa
Anis Baswedan memberikan kontribusi yang cukup besar dibidang pendidikan,
sehingga menuai pertanyaan apakan kinerja Anis pun tidak memuaskan jokowi? Lalu
kinerja seperti apa yang dinginkan jokowi?
Secara kinerja memang Anis lebih kepada pola gerakan
yang membuat namanya kian populer, salah satu pola gerakan yang terakhir kali
dilakukan adalah Gerakan Antar Anak Sekolah. Gerakan ini dilakukan beliau untuk
meminimalisir tingkat kesenjangan antara orang tua murid dengan guru sekolah
seiring timbulnya berbagai kasus antara guru dengan orang tua murid, namun pola-pola gerakan ini mungkin dianggap
Jokowi sebagai ancaman pada Pemilihan
Presiden yang akan datang, padahal jika ditelisik lebih mendalam Anis hanya
menjalankan tanggung jawabnya sebagai mentri.
Disisi lain nama Puan
Maharani pun menjadi perbincangan, Beliau yang saat ini menjabat sebagai
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik
Indonesia selama kurun waktu 20 bulan dinilai belum ada kinerja ataupun
kontribusi yang signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik(BPS), IPM hanya meningkat 0,47% (tidak
sampai setengah persen) sehingga
masyarakat pun mempertanyakan kenapa beliau tidak diganti dengan orang yang
lebih berkompoten?
Alhasil kebijakan jokowi
yang tidak mengganti Puan Maharani menuai asumsi bahwa jokowi mendapat tekanan
dari penguasa partai yang mengusungnya menjadi Presiden?
Berbagai asumsi negatif,
kritik pun bermunculan, terlebih dimedia sosial sehingga kebencian terhadap
jokowi pun semakin menjadi-jadi pasca diumumkannya reshuffle jilid 2. Bahkan
muncul pertanyaan mendasar, jika Reshuffle dilakukan berdasarkan perimbangan
kinerja, lalu bagaimana dengan dengan kinerja Puan Maharani?
Yah, itulah asumsi
sebagian masyarakat yang belum menduduki jabatan struktural, saat ini kita
hanya bisa berasumsi, memberikan kritik dan saran sekaligus berdoa semoga
pemerintahan jokowi selanjutnya bersama para mentri yang baru dapat membawa
Indonesia bisa menjadi lebih baik dan bermartabat.
Jokowi, Antara Kebijakan dan Tekanan (Catatan Reshuffle Kabinet Kerja Jilid 2)
Oleh: Muhardi Ali