Beredar Surat Perpisahan Anis Baswedan Kepada Guru, Kepala Sekolah dan Tenaga Kependidikan
Sebagai salah seorang
menteri yang masuk kedalam agenda reshuffle Kabinet Kerja Jokowi-JK jilid 2,
berdedar Surat Perpisahan dari Anis Baswedan yang ditujukan kepada Guru, Kepala
Sekolah dan Tenaga Kependidikan. Berikut isi scan/foto surat perpisahan dari
Anis Baswedan:
Diresuflenya Anis Baswedan
kali ini mendapatkan banyak pertanyaan dari beragam kalangan. Banyak kalangan
yang menyayangkan direshufflenya Anis Baswedan mengingat kinerjanya selama ini
dirasakan baik dan memotivasi.
Salah satunya adalah
status facebook dari Budi Hutasuhut, salah seorang wartawan senior dengan
judul, Yang Hebat Yang Tergantikan. Berikut petikannya:
YANG HEBAT YANG TERGANTIKAN
Anis Baswedan, muda,
kreatif, dan punya visi soal pendidikan di negeri ini. Saya suka cara
berpikirnya. Gagasannya saat menulis tentang pendidikan, sungguh membuat iri.
Saya pernah terkesima membaca opininya di Kompas tentang "rahim"
intelektual di negeri ini, sebuah pemetaan tentang dari mana para intelektual
negeri ini berasal.
Tapi, ternyata, Anis
tergantikan sebagai menteri--kita mendefenisikan kata "menteri"
sebagai pembantu Presiden. Mungkin, untuk jadi "menteri", butuh modal
lain yang tak sekadar muda, kreatif, dan bervisi.
Banyak generasi muda
menjadikan Anis Baswedan sebagai figur, contoh barang, dan terinspirasi untuk
tumbuh jadi intelektual produktif di masa muda. Banyak anak muda yang ingin
seperti Anis Baswedan.
Mungkin, selepas ini, para
generasi muda akan lebih berpikir untuk tidak ingin seperti Anis Baswedan.
Atau, sebaliknya, generasi muda mulai menganalisis apakah sesungguhnya yang
membuat seorang Anis Baswedan menjadi tergantikan dalam kabinet.
Tergantikan dengan
mudahnya.
Mungkin, karena Anis
Baswedan bukan politisi, dan ia tidak punya latar belakang politisi. Ia tidak
berpolitik pada saat negara ini dikelola oleh politik. Tapi, tidak juga, sebab
Anis berpolitik. Cuma, bukan politik praktis. Politik yang membuat Anis
Baswedan bervisi futuristik soal pendidikan, dan politik yang mendorongnya
membangun regenerasi pendidik berkelas dan bertalenta di negeri ini.
Mungkin, karena Anis
Baswedan tidak punya basis massa. Tapi, tidak, dia punya basis massa. Cuma,
massa Anis Baswedan bukan para martir yang gemar menggandaikan intelektualitas,
tetapi para intelektual yang salut akan gagasan dan pemikirannya.
Negeri ini membutuhkan
orang hebat dengan gagasan hebat, tetapi juga basis politik dan basis massa
yang hebat. Jika hanya punya salah satu saja, orang hebat itu akan tergantikan.
Anis Baswedan tergantikan karena hanya punya salah satunya.