Bangunan Bersejarah di Bekas Koloni
Bagi warga dari luar kota
metro, mungkin bertanya-tanya tentang tower setinggi 35 meter yang berdiri
tepat di jantung Kota Metro. Ada yang menganggap, itu adalah tugu selamat
dating, ada yang menganggap sebagai bangunan peninggalan Jepang. Padahal, itu adalah
tower pembagi air bagi warga Kota Metro.
Selain dari pipa-pipa
PDAM, air kebutuhan rumah tangga yang dikonsumsi warga Kota Metro berasal dari
air yang ditampung di dua tempat. Satu kolam penampungan di Kelurahan
Magelangan, satunya lagi berada di Kelurahan
Hadimulyo. Air yang sudah ditampung itu kemudian dipompa menuju tower. Dari
tower itulah air didistribusikan.
Banguna tower yang sudah
berganti-ganti warna itu dibangun pada tahun 1983 oleh PT Arsiban Kencana.
Dengan tinggi tiang 25 meter dan kolam penampungan air setinggi 10 meter,
bangunan tersebut menahan beban yang berat. Akan tetapi, bangunan tersebut
dirancang untuk menahan beban yang sudah ditaksir dan dirancang tahan gempa.
“Dulu, seingat saya,
fondasi tower itu pakai paku beton sepanjang 12 meter sebagai fondasinya.
Dengan kualitas beton yang bagus (K350), mudah-mudahan kalau ada gempa tidak
apa-apa. Beeton ukuran itu tahan gempa. Apalagi, beban beton kan statis, volume
air juga sudah diprediksi, jadi tower tidak akan rubuh,” ujar Subandi, arsitek
yang membangun tower tersebut.
Saat ini, fungsi tower
sudah tidak berfungsi maksimal. Perlahan, lokasinya dialihfungsikan sebagai
taman. Kondisi ini tidak lain makin maraknya penyedia jasa sumur bor dan makin
menurunnya kinerja PDAM Kota Metro dalam menyediakan air bagi rumah tangga.