Dua Tahun Kepemimpinan M. Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri ; Perspektif Media
Tepat
pada tanggal 2 Juni 2016 adalah masa kepemimpinan M. Ridho Ficardo dan Bachtiar
Basri sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Lampung. Pada masa
kepemimpinan Ridho, Provinsi Lampung menjadi sorotan beberapa pengamat dan
media. Yang menjadi anomali adalah mengapa pemberitaan yang terjadi seperti
memiliki dua perspektif yang bertolak belakang?
Persepektif
yang dibangun oleh media-media di Lampung menjurus pada dua kesimpulan, yang
pertama menyimpulkan kesuksesan kepemimpinan M. Ridho Ficardo dalam masa
kepemimpinannya selama dua tahun kebelakang, kedua menyimpulkan bahwa M. Ridho
Ficardo belum mampu untuk membawa Lampung lebih baik.
Jika
kita membaca media-media mainstream di Lampung, jelas bahwa berita yang
disuguhkan pada tanggal 2 Juni 2016 kemarin memberitakan keberhasilan Gubernur
Lampung. Sedangkan sisanya memberitakan kurang gregetnya pembangunan dan
kepemimpinan Lampung dari perspektif pakar.
Setelah
menelaah lebih jauh, beberapa media memang diundang oleh Gubernur untuk melakukan
audiensi sekaligus presentasi tentang kemajuan-kemajuan yang dicapai olehnya. Dari
penjabaran itu, orang awam pun tahu bahwa dari perspektif Gubernur yang
disampaikan adalah progres kerja yang telah beliau laksanakan.
Lalu
dari perspektif lainnya, secara awam kita memandang dan terlepas dari informasi
yang diterima dan dilihat secara faktual dapat dipastikan memiliki perspektif
yang berbeda. Disini kami bicara bukan dari pihak manapun, atau ada kepentingan
pribadi yang terselubung, bahwa saat ini masyarakat sudah cerdas dalam menilai
mana informasi yang mendidik dan mana yang tidak mendidik. Mana informasi yang
secara fair memiliki kepentingan umum dan mana informasi yang memiliki
kepentingan tertentu.
Menjamurnya
media online telah memberikan kita kebebasan untuk berekspresi dan menyampaikan
informasi, tinggal masyarakat yang menilai mana yang layak dan mana yang tidak
layak untuk menjadi konsumsi informatif bagi mereka.
Dengan
ruang yang terbuka secara lebar juga telah memberikan ruang bagi perang opini
di masyarakat dan media. Cyber war di
Lampung pun juga tak bisa kita singkirkan, ranah ini telah terbuka, siapa yang
sanggup memenangkan ruang tersebut merekalah yang membangun perspektif dan
cakrawala masyarakat.