Cara Mengalahkan Ahok
Konstelasi
Politik di DKI Jakarta semakin panas. Suhu politik di Indonesia pun ikut
memanas. Maklum saja, Ahok adalah sumber pusaran politik Indonesia saat ini.
Dia lah yang dianggap akan meneruskan estafet kepemimpinan Jokowi baik di DKI
Jakarta atau Indonesia.
Isu
politik ini pun semakin memanas karena dibumbui isu agama. Ahok berasal dari
agama minoritas dan dicurigai membawa misi tertentu. Kelompok dari agama
mayoritas pun geger. Ikut menyerang Ahok tapi kerap gagal. Karena apa, posisi
Ahok yang sangat kuat.
Ibarat
game yang populer tahun 2005 silam, age
of empire, Ahok ini sudah punya kastil. Dindingnya super kuat, tahan segala
macam serangan. Lengkap dengan pemanah otomatis. Di dalam kastil, ada kelompok
pasukan elit yang sangat hebat saat bertarung one on one. Satu-persatu pasukan
elit itu akan keluar saat tembok kastil di serang.
Ahok,
di dalam kastil mungkin lagi duduk-duduk, makan-makan, tiduran atau malah
membaca novel. Dia akan tenang karena berada dalam perlindungan yang sangat
kuat dan berlapis.
Tembok
tangguh yang melindungi Ahok adalah invisible hands. Sosok yang sangat kuat dan
tidak bisa dikalahkan. Cerdas, lugas dan pemberani. Tembok tangguh ini, hanya
bisa diruntuhkan dengan trebuchet
(pelontar batu jarak jauh). Sayang, trebuchet ini sudah rusak dan tidak bisa
berjalan. Tidak bisa dipakai karena sudah bubar, sudah tidak kuat lagi.
Trebuchet
itu adalah beringin, ka'bah, burung garuda, padi dan kapas dan matahari.
Sekarang, tinggal nyisa burung garuda dan padi dan kapas. Beringin, ka'bah dan
matahari sedang asyik dengan gadjet baru. Boro-boro mau melontarkan batu ke
kastil, menggerakkan badan saja sudah tidak bisa.
Trebuchet
sudah tidak bisa diandalkan, maka menyerbu kastil dengan berbagai senjata pun
dilakukan. Tentara bersenjata tombak, pedang dan panah atau pasukan berkuda pun
maju. Mereka tidak sadar jika apa yang dilakukan akan sia-sia karena panah
otomatis akan membunuh mereka semua.
Itulah
yang dilakukan Lulung cs, Ahmad Dhani Cs, Laskar Agama Cs, Portal Piyungan Cs
dan Tempo. Mereka tidak berdaya karena justru diserang balik oleh pasukan
elitnya Ahok yaitu Kompas grup dan Media grup. Di tambah lagi pasukan dunia
mayanya Ahok yang jumlahnya ribuan dan makin bertambah tiap hari dan ICW
tentunya.
Ada
juga yang coba menyerang Kastil nya Ahok dari jauh yaitu Archer, pasukan pemanah. Mereka lah Haters nya Ahok. Cuit dan celotehan di dunia maya tidak berarti
apa-apa. Selain jumlah mereka sedikit, apa yang disampaikan di medsos akan
disapu bersih oleh isu baru dan pembelokan logika yang dihembuskan oleh Kompas
dan Metro tv.
Sekarang,
penyerang Ahok direcoki oleh pendatang baru. Dia lah Adian Napitupulu.
Berkamuflase menjadi penyerang Ahok hanya untuk mengaburkan isu. Apasih
kepentingan dia menjadi pembenci Ahok? Tidak ada. Justru dia sangat
berkepentingan berada di lingkaran dalam Ahok. Membawa misi lain.
Semua
yang dilakukan untuk menyerang Ahok nyaris tanpa hasil. Ahok makin kuat tiap
harinya. Dia juga makin banyak dapat simpati karena berada dalam posisi seperti
terzalimi (efek digdayanya media pendukung Ahok). Ahok, makin diserang, malah
makin kuat. Yang nyerang, malah makin lemah. Begitu kata Raja Minyak dari
Medan.
Satu-satunya
cara mengalahkan Ahok adalah berkamuflase menjadi temannya Ahok. Dia tidak akan
dibunuh panah kastil atau pasukan elit yang ada di dalam kastil. Cara itu lah
yang dilakukan oleh Setya Novanto, mafia berwajah melas. Liat, mana ada yang
hujat-hujat Novanto karena skandal papa minta saham. Sebab, dia memproklamirkan
diri mejadi temannya Ahok.
Novanto
masuk membawa rombongan Si Berat. Ada Nurdin Halid (eks koruptor) dan Yorrys
Raweyai (preman). Aman, tidak diserang. Bisa duduk, ngobrol sama Ahok tentang
kepentingan-kepentingan yang dibawanya. Dia bisa "gorok" Ahok tanpa
Ahok sadar. Dia bisa membuat kebijakan yang ada kepentingan bersama di
dalamnya. Tanpa berdarah-darah dipentung polisi atau kena bully di medsos.
Politik yang cerdas.
Mengalahkan
Ahok itu bukan seperti perang suku. Bawa-bawa sajam dan pentungan. Ahok itu kan
berpolitik, dilawan juga dengan cara politik. Nggak bisa dengan konpres atau
pernyataan sikap saja. Posisi Ahok yang kuat, tidak bisa dihantam terus atau
dia malah akan melejit.
Ingat
kisah Soekarno, Presiden pertama RI. Dulu, siapa berani lawan dia. Amerika dan
Inggris saja dilawan. Yang melawan dia pasti hancur. Tapi, PKI tidak. Datang
dengan maksud menjadi teman, pendukung dan mitra, dia berhasil. Ada di
lingkaran Soekarno dan diterima dengan baik.
Tanpa
sadar, PKI menusuk dari belakang. Membawa misinya, membubarkan Masyumi
(berhasil), memberangus media-media anti PKI (berhasil) sampai memubarkan HMI
(gagal) supaya bisa menggantikan Soekarno.
Cara
lain, yang bisa dilakukan adalah meminta bantuan pelaku politik ulung dan
disegani di Indonesia. Akbar Tanjung, Jusuf Kalla atau Joko Widodo. Mereka ini
kan berasal dari golongan mayoritas.
Mengalahkan
Ahok itu gampang, apalagi kalau fight satu lawan satu. Kirim saja satu pendekar
kampung yang jago silat, nggelempang lah Ahok. Tapi ini politik, bukan perang
antar kampung. Adu cerdik dan adu cerdas dengan kepentingan masing-masing.
Masak iya Ahok mau menang banyak terus.
Malahan,
makin lama, yang mayoritas ini makin jadi bahan tertawaan dan ejekan karena bermain
dengan cara kampungan, kaku dan tidak terkoordinasi. Sesama dari golongan
mayoritas malah saling klaim paling berhak masuk surga. Saling hujat dan caci
satu sama lain. Sebaliknya, yang minoritas saling menguatkan, ulet, kompak dan
bersatu.
Cara Mengalahkan Ahok
Penulis: Anton Adi Wijaya