Breaking News

Berpolitik Dari Kampus



Kampus sebagai lembaga pendidikan berperan penting dalam membentuk kualitas manusia. Khususnya anak muda. Di dalam kampus, para mahasiswa belajar tetang materi pembelajaran akademis maupun non akademis. Pembelajaran akademis di dapat dari dalam ruang kuliah baik itu melalui ceramah para dosen, seminar maupun tugas-tugas  yang diberikan terkait mata kuliah. Dari kegiatan akdemis itu, mahasiswa akan mendapatkan nilai yang tertera dalam traskip nilai.

Berpolitik Dari Kampus


Untuk pembelajaran non akademis, biasanya di dapatkan dari luar kegiatan kuliah resmi. Misalnya, kegiatan organisasi baik itu internal maupun eksternal kampus. D internal kampus, ada organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) maupun Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Baik itu di tataran Fakultas maupun di tataran Universitas. Untuk lingkup lebih kecil, ada yang namanya Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).

Susunan keberadaan organisasi internal kampus mirip seperti sistem pemerintahan resmi yang ada di Indonesia. Di tingkatan Universitas ada yang namanya Presiden Mahasiswa atau disebut juga Presiden Mahasiswa Universitas A misalnya. Posisinya sama seperti Presiden dalam tatatan pemerintahan resmi yaitu kepala Negara.  

Presiden Mahasiswa ini dipilih langsung oleh rakatnya yaitu mahasiswa dalam prosesi politik yang disebut Pemilihan Raya (Pemira). Begitu juga perwakilan mahasiswa di Dewan Perwakilan Mahasiswa adalah perwakilan mahasiswa yang juga dipilih secara langsung oleh para mahasiswa melalui Pemira. DPM inilah yang akan bermitra dengan Presiden Mahasiswa dalam menjalankan pemerintahan mahasiswa di Kampus. Hal yang sama juga berlaku di tataran Fakultas. Gubernur BEM Fakultas dipilih langsung oleh mahasiswa pun demikian dengan DPM Fakultas.

Dalam tahapannya, ada Panitia Khusus (Pansus) atau kalau di dunia politik nyata, dia adalah Komis Pemilihan Umum (KPU). Mereka ini yang bertugas sebagai penyelenggara pemilihan. Isi nya adalah mahasiswa-mahasiswa juga. Pun begitu, seperti hal nya KPU, Pansus pun diisi oleh orang-orang yang terlibat dalam prosesi pemilihan. Biasaya, akan terjadi tarik ulur jika komposisi pansus sama-sama kuat dari setiap kubu. Tetapi, akan lancar jika diisi oleh mayoritas pendukung salah satu calon.

Prosesi pemilihan inilah yang biasanya menyedot perhatian bagi banyak para mahasiswa khususnya aktivis mahasiswa. Mereka semua berkepentingan untuk merebut kekuasaan di kampus sebagai wujud demokratisasi dan pembelajaran di Kampus. Tidak heran, dalam prosesi ini, sering terjadi gesekan antar kelompok mahasiswa yang bersaing.

Sama seperti prosesi politik yang umum terjadi di Indonesia, setiap calon pimpinan mahasiswa mengajukan diri dengan pasangannya untuk mencalonkan diri. Menjadi Presiden Mahasiswa atau Gubernur Fakultas,tergantung target yang dipasang. Ketika sudah resmi mencalonkan diri, masing-masing tim sukses akan bersaing dengan memainkan isu, sosialisasi calon dan berkampanye.

Tim sukses pun dibentuk dengan terstruktur seperti Master Campaign, agitasi dan propaganda, logistic pemegang simpul-simpul suara sampai bagian administrasi. Siapa yang bisa menyusun dan menggerakkan tim pemenangan secara massif dan teratur, dialah yang akan menang. Terlepas memainkan isu yang merugikan salah satu calon, itulah realitas politik yang sudah ada di tataran mahasiswa. Kemenangan adalah tujuan utama, proses nomor setelahnya. Realitas politik yang terjadi nyaris di banyak tempat.

Dalam prosesi kampanye, tim sukses akan bekerja untuk menggalang kekuatan, membangun basis massa. Mereka akan menghitung siapa-siapa saja musuh politiknya, dimana saja basis massanya dan bagaimana merebut hati pemilik suara. Mereka akan bekerja siang dan malam untuk memenangkan calon jagoannya. Tidak jarang, proses politik yang cukup panjang akan membentuk soliditas tim yang kuat.

Dari proses-proses pembelajaran politik di kampus, bisa dijadian bekal jika seorang mahasiswa ketika sudah menyelesaikan studinya, ingin terjun ke dunia politik langsung. Setiap prosesi dan kejadian terjadi nyaris sangat mirip. Hanya saja, prosesi politik sesungguhnya mencakup ruang yang lebih luas dengan banyak ornamen di dalamnya.