Breaking News

Hati-hati Provokasi ; Catatan Aksi Mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung

Beberapa hari ini, di media sosial (facebook) penulis, sering disebarkan informasi agak mengganjal. Informasi tentang aksi mahasiswa yang bentrok dengan aparat kepolisian dan satuan pengamanan kampus. Bukan sekedar tulisan, foto-foto aksi bentrokan juga disebarkan. Ada mahasiswa dipukuli, ditangkap polisi , aksi saling dorong sampai penemuan beberapa benda tajam dalam aksi itu.


Hati-hati Provokasi ; Catatan Aksi Mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung
Oleh:
Anton Adi Wijaya
Penulis Lepas
Aksi yang dilakukan mahasiswa IAIN itu sebenarnya merupakan jeritan suara hati. Mereka masih muda yang umumnya masih memegang idealisme tinggi. Mereka berteriak menolak keputusan otoritas kampus yang melakukan kegiatan pungutan liar (pungli) di tempat mereka kuliah. Sekali dua kali mereka menjerit, sampailah pada jeritan terakhir.

Sayangnya, pada jeritan terakhir pada 20 Mei di Halaman Rektorat IAIN, mahasiswa malah melakukan blunder fatal. Aksi tidak tertib, teriakan-teriakan tidak perlu, kemudian ada aksi pemecahan kaca oleh “provokator” yang menyusup di dalam rombongan massa aksi. Gagal fokus dalam menjalankan aksi yang terjadi malah timbul masalah baru.

Pihak Kampus dalam hal ini Rektor IAIN pastinya murka karena adanya aksi anarkis. Dari kelompok mahasiswa yang beraksi juga merasa sangat tertindas dan terzalimi atas adanya aksi pemukulan kepada massa aksi. Dua hal tersebut ibarat air dan minyak, tidak bisa disatukan. Tujuan aksi untuk menghapuskan pungli malah makin jauh dari jangkauan. Mahasiswa kembali rugi, kalah dalam memperjuangkan tujuan aksi. Belum lagi ada korban mahasiswa yang dirawat di rumah sakit. Sudah jatuh, tertimpa tangga.

Aksi yang terjadi di Kampus IAIN itu menarik memori penulis pada aksi yang juga pernah terjadi pada tahun 2008 di Kampus Unila. Aksi keduanya sangat mirip. Memperjuangkan kepentingan mahasiswa, terdiri dari berbagai kelompok aksi, terjadi chaos setelah ada penyusup yang memecahkan kaca, mahasiswa jatuh jadi korban. Sangat mirip, seperti hanya tayangan ulang saja.

Saat itu, mahasiswa Unila yang menolak kenaikan biaya Semester Pendek (SP) melakukan aksi unjuk rasa dengan membangun aliansi. Ada banyak organisasi (eksternal) yang tergabung dalam aksi. Sayang, ditengah-tengah aksi, ada seseorang yang tidak diketahui sampai saat ini, melakukan pemecahan kaca pintu rektorat Unila.

Dimulai dari aksi pecah kaca yang akhirnya membuat massa aksi justru merugi. Empat mahasiswa Unila tertangkap Tim Satuan Pengamanan (Satpam) Unila yang menjaga aksi. Keempatnya mengalami pukulan dan terluka.  Sedangkan tujuan aksi sebenarnya yaitu untuk menurunkan biaya semester pendek malah gagal total, berantakan. Meskipun akhirnya kedua pihak berdamai, tujuan aksi gagal dicapai. Malah sebaliknya, SP dihapuskan.

Dari dua kejadian itu kita bisa menilai adanya kelemahan dalam manajemen aksi yang dilakukan para mahasiswa. Mereka lupa, mereka terdiri dari beberapa organisasi yang belum tentu memiliki visi yang sama dan melakukan aksi. Di sinilah diperlukan keterbukaan, komitmen dan tekad untuk berjuang bersama. Jangan ada yang mencuri kesempatan dengan menjadi provokator dengan melakukan aksi provokativ.

Kejadian chaos sampai jatuh korban sesungguhnya bisa dicegah. Masing-masing kelompok massa aksi harus tahu siapa saja anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok harus memiliki pimpinan yang bisa mengondisikan kelompoknya. Apabila terjadi aksi tidak terduga seperti teriakan provokasi, dorongan yang dilakukan kelompok aksi lainnya bisa langsung diantisipasi. Masing-masing kelompok aksi harus membekali anggotanya dengan pemahaman manajemen aksi.

Kita sama-sama tahu, aksi demonstrasi yang disertai dengan kericuhan akan menjadi good news bagi media. Inilah yang dimanfaatkan para provokator yang menyusup dalam aksi untuk menggaungkan isu meskipun harus jatuh korban. Kalau aksi demonstrasi hanya berjalan tertib, biasa saja, tidak akan mengundang perhatian media. Dampaknya, isu yang disuarakan tidak akan terdengar sampai keluar.

Sebenarnya, menggaungkan isu dengan menarik perhatian media tidak harus dengan aksi yang merugikan khalayak ramai. Koordinator aksi bisa mengundang langsung wartawan untuk melakukan peliputan. Jika aksi dikhawatirkan membosankan, bisa melakukan aksi teatrikal. Tidak perlu harus bentrok, tidak perlu harus menutup jalan, membakar ban atau aksi tidak simpatik lainnya.

Kita Semua tentunya sepakat jika kampus adalah tempatnya aktivitas akademik. Tempatnya mencari ilmu. Tempatnya mengumpulkan bekal masa depan dengan belajar. Aksi kekerasan apapun baik itu sikap represif aparat ataupun aksi anarkis massa aksi harus ditolak.

Semoga aksi-aksi seperti ini tidak terjadi lagi di Kampus lain. Unila dan IAIN cukup menjadi saksi bisu atas aksi penyusup yang membuat keruh suasana. Kita berduka atas korban luka yang jatuh. Kita bersedih atas aksi perusakan fasilitas kampus. Kita mengecam aksi represif aparat keamanan. Kita mengutuk pelaku provokasi yang tidak bertanggungjawa hingga membuat suasana menjadi panas.