Siapa Yang Menanam Ia Akan Memanen
Yang menjadi penguatan didalam diri adalah kita yang akan memanen ketika kita menanam. Apakah itu tanaman secara harfiah atau pun menanam dalam makna konotasi hidup. Ketika kita menanam kebaikan maka kebaikan pula yang akan kita tuai, dan itu tak ada habisnya secara terus menerus. Bagaikan air mengalir yang tak akan pernah berhenti sampai dengan tujuannya sampai. ketika tujuannya sampai ia juga tidak terlalu lama tergenang pada satu tempat, suatu saat ia akan menguap dan kembali berkelana entah kemana.
Tumbuh dan berkembang adalah kodrat dalam hidup, patah dan tumbuh, gagal dan berhasil, semua tergantung waktu dan perbuatan yang ditanamkan pada saat ini. Hari ini kita melakukan sesuatu maka itulah penyebab dari akibat yang akan terjadi, akibat yang terjadi akan menjadi sebab untuk akibat-akibat yang akan datang.
Kalau semua memang sudah menjadi jalannya lantas mengapa kita harus bersedih, harus larut dalam kepedihan ketika kegagalan, ketika yang kita tanam belum juga menunjukkan pucuk dari benihnya? untuk membangun kepercayaan dalam hidup juga tidak serta merta harus terjadi seketika, butuh waktu, butuh yang namanya gonjang-ganjing, butuh yang namanya terpaan angin.
Tetapi bisa juga kita sadari, bahwa kurangnya strategi yang baik dalam menghadapi setiap fenomena yang ada bisa menjadi jawaban atas semua persoalan yang terjadi. Kelemahan dalam strategi menghadapi fenomena yang ada juga disebabkan oleh lemahnya pengetahuan kita sehingga tanpa disadari ada titik lemah yang menyebabkan kurang optimalnya dari segala macam bentuk tindakan.
Jadi, kehidupan inilah guru yang paling bijak, ia tak mau serta merta membuat kita menjadi instan, ia ingin kita mempelajari selangkah demi selangkah, tahap demi tahap. Dari setiap tahapan yang kita lalui kita bisa belajar bahwa ada yang salah dan ini langkah yang benar. Dari langkah yang benar mudah-mudahan jalan yang kita lalui juga benar.
Yakinlah, apa yang kita tanam akan kita panen. Bukan untuk saat ini tapi untuk nanti..