Menuju Ekonomi Indonesia Berdikari
Menuju Ekonomi Indonesia Berdikari: Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentu memiliki problematika dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu upaya dalam mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik adalah pemerintahan yang baik. Yakni langkah strategis dalam restrukturisasi dan optimalisasi peran dan fungsi pemerintah sebagai penjaga gawang perekonomian bangsa.
Menerapkan strategi Kaizen “ Right Man In The Right Place ” dalam kabinet adalah langkah yang jitu. Kaizen berbicara tempatkan orang yang tepat pada tempatnya, yang sesuai dengan kemampuannya, keterampilannya dan spesialisasinya. Jika tidak sesuai dengan kemampuan dan keahlian dalam spesialisasinya maka hasilnya tidak akan memuaskan bahkan merugikan. Dalam filososfi keadilan, yang dikatakan adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Topi untuk kepala bukan kaki dan sebaliknya sepatu atau sandal untuk kaki bukan untuk kepala.
Terlepas dari strategi kabinet yang tepat atau tidak, yang pasti pokok utama dalam beberapa dekade kedepan adalah pemabahasan masalah pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah fokus utama bagi Indonesia. Mengingat kemajuan suatu bangsa diukur sejauhmana pembangunan ekonomi yang didalamnya terdapat pertumbuhan ekonomi yang baik. Sisi pertumbuhan ekonomi yang baik dan stabil adalah tingginya pertumbuhan Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto.
Pembangunan Ekonomi
Para ahli ekonomi mengartikan pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan-perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. Dalam konteks ini para ekonom berbicara bukan saja pada permasalahan perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi misalnya mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah perataan pendapatan.
Pembangunan ekonomi lahir bukan karena keinginan saja tapi merupakan sebuah kebutuhan. Mengingat rumitnya perilaku ekonomi dalam pemerataan pendapatan khususnya negara dunia ketiga atau negara sedang berkembang atau negara miskin, memancing untuk diterapkannya strategi pembangunan ekonomi yang sesuai dengan kondisi negara tersebut.
Di negara sedang berkembang yang menjadi penghalang dalam pertumbuhan ekonominya adalah diiringi dengan pertumbuhan jumlah penduduk negara tersebut yang terus meningkat. Sehingga peningkatan pendapatan nasionalnya hanya sekedar mengimbangi pertambahan penduduk. Disamping itu menurut data yang ada bahwa 67% penduduk dunia hanya menerima kurang dari 17% pendapatan dunia, sisanya dinikmati oleh 23% penduduk dunia. 23% penduduk dunia tersebut tentu mayoritas penduduk negara maju.
Ketimpangan sosial inilah yang mendorong Negara Sedang Berkembang (NSB) berusaha meningkatkan taraf hidupnya, dimana aspek-aspek kemiskinan menjadi ciri khas bagi NSB. GM United Nation Special Fund For Economic Development mengungkapkan bahwa sifat-sifat umum NSB adalah aspek-aspek kemiskinan yakni sebagai produsen barang primer, tekanan penduduk yang tak seimbang, SDA belum banyak diolah, penduduk masih terbelakang, kekurangan modal dan orientasi keperdagangan luar negeri.
Sektor Industri
Melihat dari sifat-sifat umum dari NSB tersebut yang menjadi kendala bagi mereka adalah tidak bekembangnya sektor industri. Industri merupakan komponen penting dalam meningkatkan taraf ekonomi penduduk sehingga mengembangkan sektor industri adalah kunci utama dalam pembangunan ekonomi. Karena industrialisasi adalah proses pemanfaatan sumber daya – sumber daya yang ada untuk menghasilkan barang dan jasa.
Keterbatasan dalam pemberdayaan sumber daya alam disebabkan sumber daya manusia NSB yang masih terbelakang sehingga optimalisasi dari pemberdayaan SDA sangat terbatas. Kondisi ini juga dipicu oleh kekurangan kapital dan kemampuan dalam memproduksi hanya sebatas barang primer. Justru yang sangat berperan aktif didalamnya adalah negara maju atau negara industri yang kaya akan SDM dan kapitalnya.
Sangat miris sekali, sebagai negara miskin baik indonesia maupun yang lainnya hanya mampu menjadi konsumen dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara industri. Sehingga pernyataan yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin menjadi nyata dalam ranah era kapitalisme global.
Paradigma Pekerja
Investasi Asing adalah harapan bagi NSB, sebab dengan adanya investasi asing dapat meningkatkan nilai tambah, meningkatkan penerimaan pajak negara, terjadi alih tekhnologi dan yang terpenting adalah membuka kesempatan kerja ( peluang usaha ).
Osamu Watanabe, Chairman and CEO Japan External Trade Organization (Jetro) mengemukakan bahwa sebenarnya, jujur saja Indonesia ini adalah “raksasa” karena memiliki penduduk 230 juta yang merupakan pasar sangat besar dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Jadi, kalau memperbaiki kebijakan perekonomian dengan tepat, sudah pasti memenangi persaingan dalam memperebutkan investasi, terutama dari jepang. (Kompas, 21-10-05)
Melihat kondisi seperti ini justru sangat menyedihkan jika bangsa lain hanya menjadikan indonesia sebagai pasar dimana penduduknya dapat dimanfaatkan untuk menjadi tenaga kerja dengan gaji yang minim. Pada tahap ini justru investor asinglah yang sangat diuntungkan sebab pendapatan bersih dari investasinya akan diboyong ke luar negeri. Sebab, pajak yang dikenakan oleh negara sebenarnya bersumber dari gaji /upah tenaga kerja yang dipotong oleh perusahaan. Jadi yang membayar pajak dan yang menghasilkan pendapatan bersih bagi para pemilik modal adalah tenaga kerja. Eksploitasi tenaga kerja dalam negeri adalah kerugian yang terselubung, karena dalam prosesnya rakyat indonesia mempunyai paradigma sebagai pekerja bukan sebagai pengusaha. Mentalnya mental pekerja, bukan pengusaha atau tidak banyak yang memiliki mental investor.
Oleh sebab itu ketergantungan terhadap negara maju harus dilepaskan. Mengutip Soekarno, sudah saatnya bangsa indonesia “Berdiri Pada Kaki Sendiri”, BERDIKARI, mengingat negara-negara maju dalam membantu negara sedang berkembang memiliki motif bukan saja humanity tetapi ada juga motif politis dan ekonomis. Motif ini menjadikan negara dunia ketiga sebagai boneka untuk mengeruk kekayaan negaranya sendiri untuk dibawa ke luar negeri dengan menciptakan rakyat dunia ketiga memiliki paradigma pekerja.
Menebar kuasa dan mengeruk kekayaan adalah jerat-jerat kapitalisme global. Berdiri pada kaki sendiri dalam mengembangkan industri dalam negeri dan mengubah paradigma bukan sebagai pekerja adalah langkah untuk melepaskan diri dari kerangkeng ekonomi negara maju terhadap negara miskin.
Bandar Lampung, 2005
Menuju Ekonomi Indonesia Berdikari: Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentu memiliki problematika dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu upaya dalam mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik adalah pemerintahan yang baik. Yakni langkah strategis dalam restrukturisasi dan optimalisasi peran dan fungsi pemerintah sebagai penjaga gawang perekonomian bangsa.
Menerapkan strategi Kaizen “ Right Man In The Right Place ” dalam kabinet adalah langkah yang jitu. Kaizen berbicara tempatkan orang yang tepat pada tempatnya, yang sesuai dengan kemampuannya, keterampilannya dan spesialisasinya. Jika tidak sesuai dengan kemampuan dan keahlian dalam spesialisasinya maka hasilnya tidak akan memuaskan bahkan merugikan. Dalam filososfi keadilan, yang dikatakan adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Topi untuk kepala bukan kaki dan sebaliknya sepatu atau sandal untuk kaki bukan untuk kepala.
Di negara sedang berkembang yang menjadi penghalang dalam pertumbuhan ekonominya adalah diiringi dengan pertumbuhan jumlah penduduk negara tersebut yang terus meningkat. Sehingga peningkatan pendapatan nasionalnya hanya sekedar mengimbangi pertambahan penduduk. Disamping itu menurut data yang ada bahwa 67% penduduk dunia hanya menerima kurang dari 17% pendapatan dunia, sisanya dinikmati oleh 23% penduduk dunia. 23% penduduk dunia tersebut tentu mayoritas penduduk negara maju.