Memaksimalkan Potensi Ekspor Ke Pasar ASEAN
Memaksimalkan Potensi Ekspor Ke Pasar ASEAN : Hanya dalam hitungan hari Indonesia akan menghadapi ASEAN Economic Community (AEC). Sejalan dengan diberlakukannya AEC, maka akan terjadi pergerakan bebas di pasar barang dan jasa, tenaga kerja serta investasi. Momentum pergerakan bebas barang dan jasa dapat menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia. Apabila produk Indonesia memiliki daya saing yang rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya, maka Indonesia akan dibanjiri oleh produk-produk negara ASEAN lainnya. Sebaiknya, daya saing produk Indonesia yang lebih tinggi dapat dijadikan potensi ekspor bagi Indonesia untuk menyasar pasar ASEAN.
Secara nilai, pangsa ekspor ke ASEAN tercatat 22,3% terhadap total ekspor Indonesia ke dunia. Negara ASEAN yang menjadi pasar tujuan utama Indonesia adalah Singapura (Pangsa 8,4%), diikuti oleh Malaysia (Pangsa 5,2%), Thailand (Pangsa 3,7%), Filipina (Pangsa 2,6%) dan Vietnam (Pangsa 1,6%). Kelima negara tujuan ekspor ini mencatat pangsa sebesar 21,6% terhadap total ekspor. Selain memiliki pangsa yang tinggi, tren kenaikan rata-rata pertahun juga masih tercatat positif. Kendati positif, kenaikan ekspor ratarata per tahun ke lima negara tersebut cenderung tipis. Hal ini menunjukkan ekspor Indonesia ke lima negara tersebut sudah mulai jenuh. Bahkan data pertumbuhan ekspor pada Januari-September 2015 terhadap periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) ke beberapa negara seperti Singapura, Malaysia dan Thailand telah mencatatkan nilai yang negatif. Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan diversifikasi ekspor ke negara ASEAN lainnya mengingat mulai rendahnya potensi ekspor ke lima negara utama tersebut.
Untuk memaksimal potensi ekspor ke ASEAN, Indonesia diharapkan dapat melakukan diversifikasi ekspor ke negara ASEAN lainnya, seperti Burma (Myanmar), Kamboja dan Brunei Darussalam. Kendati memiliki pangsa yang cenderung rendah, yakni 0,8% terhadap nilai ekspor, namun tren kenaikan rata-rata ekspor ke tiga negara tersebut masih cukup tinggi diatas 15% per tahun selama 2010-2014, khususnya Burma. Selama 2010- 2014, ekspor Indonesia ke Burma mengalami kenaikan rata-rata sebesar 19,9% per tahun, tertinggi dibandingkan ekspor ke negara ASEAN lainnya. Selain itu, pertumbuhan ekspor ke Burma (yoy) juga mencatatkan nilai yang signifikan sebesar 13,8%. Hal ini menunjukkan bahwa pasar Burma masih sangat potensial dan diharapkan Indonesia dapat memanfaatkan momentum tersebut.
Selain Burma, ekspor ke Kamboja juga mencatatkan tren kenaikan yang cukup tinggi sebesar 15,9%. Kendati demikian, hingga September 2015 nilai ekspor hanya meningkat tipis sebesar 0,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Sama halnya dengan Kamboja, potensi ekspor ke Brunai Darussalam juga tinggi apabila dilihat dari tren kenaikan rata-rata per tahunnya, namun secara jangka pendek ekspor turun cukup dalam sebesar 12,1% (yoy).
Untuk memaksimalkan potensi ekspor ke ASEAN, Indonesia diharapkan dapat melakukan dua strategi utama yakni: (i) meningkatkan ekspor ke negara tujuan utama, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam melalui peningkatan daya saing produk Indonesia; dan (ii) mulai menyasar negara Burma, Kamboja dan Brunai Darussalam melalui peningkatan kerjasama perdagangan dan melakukan analisis pasar untuk mengetahui potensi produk Indonesia di tiga negara tersebut.
Fitria Faradila
Calon Peneliti Ahli Pertama Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan
Sumber: Tinjauan Ekonomi dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2015