Breaking News

Komentar-Komentar di Facebook atas Tulisan Menyoal Suku Bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Pada posting sebelumnya Menyoal Suku Bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang di share di Facebook dengan tanggapan yang ada:

Komentar-Komentar di Facebook atas Tulisan Menyoal Suku Bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Bung Anton: Mantri kebanjiran order. Tapi ini mungkin pangsa pasar baru di dunia perbankan. Yang bisa bermain, praktis cuma bank BUMN. CIMB Niaga, Danamon, Bank Pundi sudah ngerasain dampaknya.

Elpranoza Giatra Rustam @Bung Anton : mungkin pasar tetap namun bagian kuenya yang tidak sehat dimana dengan banyaknya pemain akibat terlalu mudahnya syarat pembukaan bank membuat pasar menjadi jenuh dan tidak adilnya permainan suku bunga akibat kebijakan pemerintah yang seolah menganaktirikan perbankan swasta

Guntur Subing Pn Puccak Nah ini dia, pada tataran suku bunga seperti apapun ada celah nasabah yg bisa diambil, tp dengan konsekuensi kualitas nasabah no 2 atau no kesekian.. untuk mendapatkan nasabah kelas 1 ya berarti tingkat persaingannya juga mesti tinggi.. kalah dibunga mungkin menang di pelayanan dan kemudahan akses..

Bung Anton Saya nggak tau apa BCA, MNC, Panin juga mengalami hal yang sama. Memang mesti ada yang membedakan bung Elpranoza Giatra Rustam, kalau bank swasta mau menyasar nasabah pengguna KUR jelas susah. Mau tidak mau harus mencari celah pasar yang lain. Kegagalan memanfaatkan celah pasar yang membuat bank swasta mulai goyah. Bukan cuma bank swasta, lembaga pembiayaan fimance juga kayaknya mengalami gejolak serupa, kehilangan pasar.

Nova Yuliantoro Wuiisss koq jadi penulis semua ya. Terkait tulisan ini memang terjadi gap yang kurang baik terhadap pricing di sektor kredit. Biacara market tidak lepas pada prilaku konsumen ataupun debitur. Harus ada VALUE ADDED. Karena produk sama. Contoh kasus air mineral brand aqua dengan harga tinggi tp volume penjualan tetap tinggi. Jd pasti ada keunggulan tersendiri. Dalam hal sektor kredit perbankan kita tidak bisa menantang regulasi pemerintah. Jd itu bagian dari TREATH marketing. Hrs ada solusi ex : rate rendah untuk nasabah perioritas, kartu khusus, instant aprovel. Dll. Untuk yang new lebih pada customer focus dengan data ocupation pada data base itu sendiri. Kira2 begitulah pendekatan marketing nya tanpa mengesampingkan parameter kredit.
Bung Anton Hadooohh, bahasa lu ini teknis banget. Lu ini pantes jadi praktisi bro. Bukan jadi penulis bro, ini ajang silaturahmi seiring jarangnya waktu bertemu. Ya lumayan lah buat nambah2 informasi.

Elpranoza Giatra Rustam @ Bung Anton : bicara KUR sama saja bicara UMKM BCA, Panin, MNC bukanlah pemain UMKM sehingga mereka tidak terpengaruh terhadap kebijakan Suku bunga KUR, sedangkan yang membuat miris Segmen pembiayaan UMKM merupakan sektor yang juga dibiayai sejak dahulu bank swasta dimana bukopin sebagai pendobrak pasar melalui swamitranya bahkan pemerintah saat itu mengharuskan semua perbankan memiliki segmen UMKM, jadi bank swasta bukanlah kesasar dalam menentukan target market.

Elpranoza Giatra Rustam @ kak Guntur Subing Pn Puccak : selalu ada celah di berbagai suku bunga manapun, dan benar jika suku bunga tidak dapat bersaing maka nasabah kw 2 dan 3 yang dapat di kelola, namun itu pun bukan solusi dikarnakan sdh ada contoh bank pund* yang hampir kolaps akibat pemburukan kualitas kredit dan jika bertahan dengan kualitas bank CIM* Niag* pun akhirnya rontok karna tidak tumbuh sedangna jika bermain pada service tentu perbankan swasta lah jagonya, namun hal tersebut juga bukan merupakan solusi, karna tentunya nasabah akan mengejar bunga ringan, mencermati hal tersebut dirasa perlu diambil kebijakan pemerintah dan BI selaku wasit agar tercipta iklim perbankan yang stabil, sehat, tumbuh dan berkelanjutan karna perbankan yang sehat merupakan cermin dari tingkat kesehatan ekonomi nasional..

Bung Anton Owhh, jadi ini rebutan pasar UMKM toh? Solusi utama dan pertama, Jokowi mesti mencabut program pro rakyat ini. Kedua, nggak bisa ngalahin bank pemeintah, jangan mainan disitu. Ketiga, belajar dagang kalo2 bank nya bangkrut. Jadi udh punya ban serep. Ini mah solusi dari orang awam kaya gw lohhh..

Guntur Subing Pn Puccak Itu dari sisi regulasi pemerintah yg bs jd lebih pro ke BUMN, sekarang juga lebih banyak tumbuh BMT atau koperasi2 yg lebih dkt dengan konsumen, ditambah lagi komunitas2 syariah juga berkembang pesat sebagai antitesis dr sistem perbankan yg ada.. banyak itu tantangannya za

Guntur Subing Pn Puccak Klw bicara taktis di lapangan ya seperti yg Nova Yuliantoro bilang.. itu dinamikanya.. ga bs kita pungkiri, dan bs jd seperti oza bilang yg menghambat prinsip 5 c berjalan sesuai prosedural krn didesak oleh target, sehingga menggugurkan prinsip yg ideal

Elpranoza Giatra Rustam @Kak Guntur Subing Pn Puccak : tepat kak selain kondisi market share yang semakin menyempit, gejolak ekonomi yang semakin sulit dan makin banyaknya kompetitor harus ada kebijakan pemerintah yang pro rata kepada seluruh lembaga keuangan bank maupun non bank, mengutip kata-kata seorang mentor perbankan, bahwa segmen UMKM di bagi 3 yaitu pola BRI, pola danamon dan pola BPR/BPRS namun pola danamon dan pola BPR/BPRS pun sekarang rontok akibat regulasi tersebut.

Nova Yuliantoro Coment lagi nih.. Lembaga keuangan bank dan non bank adalah bagian dari skenario multi player effect yang diatur oleh regulasi pemerintah. diharapkan dengan suku bunga turun KUMKM bergerak. Kajian ini bisa meluas karena pasti ada parameter ekonomi yang harus di lihat. Yang jelas lembaga keuangan harus punya strategi masing2 mengingat lembaga keuangan swasta hanya segelintir dari hajat hidup orang banyak. Gk mungkin menyetarakan dengan plat merah. Toh pendapatan bank plat merah jelas menjadi pendapatan nasional terlepas adanya saham lain, larinya ke APBN. Contoh program KUR hanya bank plat merah yang dapat kuasa untuk mengucurkannya.

Nugroho Edi Setiawan Perwakilan suara 'kegalauan' dari para pelaku perbankan segmen kredit mikro... Hihi.. Yg sabar za...

Elpranoza Giatra Rustam @ kak Nugroho Edi Setiawan : hahahahaha, sekedar memperhatikan dinamika yang terjadi kak dan sedikit mengkritisi kebijakan pemerintah yang terlihat pro rakyat ternyata memiliki efek negatif yang besar bagi kesehatan perbankan, sedangkan disatu sisi kebijakan ini tidak serta merta menngenjot pertumbuhan usaha rakyat dikarnakan kondisi ekonomi yang sedang tidak baik membuat usaha rakyat harus melakukan efisiensi disana sini yang justru jika disuntik pinjaman tidak akan memberikan efek maksimal bagi usaha, bahkan membuat kewajiban mereka bertambah, alangkah baiknya jika kebijakan ini di hold sementara sambil menunggu situasi ekonomi membaik, karna disaat ekonomi membaik pengusaha akan memanfaatkan kebijakan ini untuk memperbesar usahanya bukan untuk menutupi hutang dan biaya operasionalnya..

Nugroho Edi Setiawan Kalo kata kak ebong, kredit perbankan 'sektor' mikro oleh 'divisi perbankan mikro'.. Spt "hidup ogah karna susah, tapi mati entar dulu". Penegasan pemberian fasilitas kredit sektor mikro oleh pemerintah dalam bentuk KUR, faktanya menambah kencangnya tiupan badai (diluar tantangan pasar kredit mikro yg sudah jenuh, pelambatan ekonomi, etc) bagi pelaku perbankan dan divisi usaha sektor mikro perbankan.. Secara matematis hampir mustahil pemberian kredit usaha sektor mikro oleh bank mikro jika dengan juga mengacu dan men-challenge pada sk bunga KUR oleh bank2 tadi.. 

Setuju dg oza, premisnya kira2 begini: Dari sisi cashflow: #bank besar/bumn = funding besar = cost of fund rendah (+/- 7,5% krn dari dpk sendiri dan bukan dari treasury +/-9%) = bunga kredit murah.. #Bank mikro = funding kecil/nol = cost of fund tinggi (krn beli melalui treasury +/- 9%) blum lagi B overhead + Coc = bunga kredit tinggi (perkiraan impas +/- 12% p.a eff/th).

Dari sisi segment pasar: Semua pemain bertarung di gelanggang yang sama dengan atribut/senjata yg berbeda, bandingkan sendiri senjata bank mikro vs bank komersil/bumn, gak heran kalo bank mikro lebih banyak yg dapet roti basi..

Dari sisi produk: Nyaris gak ada bedanya, antara bank si a, si b, si c.. Termasuk bank syariah sekalipun jika pinjaman masih dalam bentuk uang cash..

Maka wajar, kalo bank mikro pasti kalah.. Apalagi pilihan nasanah umumnya juga logis.. Biasanya; bunga/margin rendah, gampang proses dan longgar syarat, banyak kemudahan dan falisitas transaksi keuangan cash & non cash dari bank pemberi kredit..

Nugroho Edi Setiawan Hihihi.. Ideal bener za pandangannya.. Nih ibarat main catur, bank segmen kredit mikro lagi kena skak seboom.. (Kena skak + kehilangan benteng).. Kalo melihat kontestasi pembiayaan segmen mikro yg sedang terjadi sekarang, sepertinya beberapa langkah patut dipertimbangkan dan dicoba bagi temen2 di mikro za.. Misalnya: 1. Masuk lah pada nasabah2 di ring 3, alias pinggiran dan nonbankable.. Biasanya tidak serasional (sangat mempertimbangkan bunga, fasilitas layanan, kemudahan2, etc) nasabah2 perkotaan yg pasti bankable.. 2. Perlonggar proses dan syarat kredit.. (Kalo benar2 dilakukan analisa kredit dengan: 6C, 7P, 3R mungkin hanya kurang dr 10% yg layak).. Dengan catatan maintenance nya kuat.. Marketing buat gol sebanyak2nya wlpun dg cara akrobat, tapi collection nya harus bener kuat.. 3. Kalo bisa jangan lagi strateginya door to door/canvasing, tp lebih moderat misalnya dg skema Referal yg diatur dg skema tersendiri dalam PK, ex: Pembiayaan Komunitas Dokter, Peternak, Agen Karet etc.. Nah kepala assosiasinya yg diikat dalam skema PK sendiri (klausul insentif dan kewajiban dari setiap nasabah referensi/anggota asosiasi yg menjadi nasabah baru yg direferensikan.

Dan yg paling ekstrim ya managemen merubah arah dan segmen bisnis lending nya, ex; produk consumer, comercial, joint financing, pemb. Karyawan dg pembayaran via payroll.. Dan kebetulan mayoritas bank sekarang selain funding ya fokus produk2 tadi utk lending nya..

Elpranoza Giatra Rustam Sepakat dengan kak Nugroho Edi Setiawan, jika di telaah kekuatan perbankan mikro adalah pada pola maintenance nya dangan tidak mengesampingkan aspek inisiasi kredit terutama pada 3C (capacity, character & collateral), untuk lending yang disebutkan memang terlihat arahnya bakal kesana.. mantabz kak.. tambah kupeii segelas lagi kak...he..e

Nova Yuliantoro Bang Nugroho Edi Setiawan klw pengucuran berdasarkan data ocupation data base nasabah. Dan di lihat besaran pinjaman dari ocupation sendiri apakah masih merah juga kondisinya ya ?.

Guntur Febri Handoko Menurut saya ada baiknya penurunan suku bunga kredit ini diimbangi peninjauan kembali atau baiknya lagi penghapusan kebijakan BI checking 

Adi Prayogi Kredit dgn BI ceking , survey, dan agunan adalah pembodohan.
Kalo mau pinjemin ya udah pinjemin, kalo gak mau ya udah. Di jaman kerajaan singosari gak ada yg namanya begituan kok

Bung Anton Aneh lu ini Adi Prayogi, itu bukan pembodohan. Itu namanya kerjasama, kesepakatan. Pembodohan itu agunan orang dipake. Jadi yang dibodohin bank nya, sama si tukang survey.