Breaking News

Bisnis "Hercules" di Lampung (1)

Bisnis "Hercules" di Lampung : Nama Hercules dan Jhon Kei sepertinya begitu tertanam dan terkenal sebagai preman penguasa di Jakarta. Mereka memang tidak mau disebut preman, tetapi bagi awam, aksinya menjaga tempat hiburan malam, pasar, pengamanan lahan dan lainnya sudah lebih dari cukup untuk dianggap sebagai preman. Mereka adalah orang-orang nekat bernyali besar.


Bisnis "Hercules" di Lampung (1)
Oleh:
Anton Adi Wijaya
Penulis Lepas
Pengusaha penjual "otot", hanya membutuhkan keberanian dan kenekatan. Dengan modal tersebut, akan mendapatkan kepercayaan dari seorang pengusaha untuk menjaga kepentingan (bisnis) nya. Imbalannya tentu uang yang tidak sedikit.

Di Lampung, Bagi yang berkendara di Jalan Raya biasanya menemukan truk atau pick-up yang di bak bagian belakang tertulis logo, huruf atau nama tertentu. Mungkin ada yang pernah mendapati truk bertuliskan APPK, JAI, P3JL, ALSN, PKS Grup, HD, HR ABIB, Izben, Arema atau ada juga lambang siger kecil, pisau belati dan laba-laba. 

Simbol-simbol tersebut merupakan tanda bahwa si kendaraan menjadi objek pengamanan oleh penyedia jasa pengamanan. Mirip seperti usaha yang dilakukan Hercules dan Jhon Kei, tetapi ini objeknya kendaraan muatan barang.

Para penyedia jasa keamanan biasanya beroperasi di jalan nasional. Di Provinsi Lampung, Mereka beroperasi di Jalan Lintas Timur, Lintas Tengah dan Lintas Barat. Posko mereka biasanya menyatu dengan rumah makan. Target mereka adalah mobil angkutan barang, mulai yang sekelas tronton sampai mobil Pick-up kecil.

Penyedia jasa keamanan ini belakangan mulai marak. Kemunculan mereka, seperti halnya bisnis, karena adanya peluang pasar yang luas. Kondisi beberapa jalanan yang rawan di Lampung dijadikan daganan yang ternyata laris. Perputaran uang di bisnis ini cukup besar. Omzetnya konon mencapai ratusan juta tiap bulannya. Antara penyedia jasa pengamanan dan sopir pemilik kedaraan sebelumnya sudah saling mengerti.

Mobil yang memakai jasa pengamanan akan dicat mobilnya berdasarkan simbol pemilik jasa keamanan. Pertama dicat, sopir mobil akan ditarik sejumlah uang nilainya minimal 150 ribu.

Nantinya, mereka diharuskan singgah ke posko jasa pengamanan yang umumnya warung makan si pemilik jasa pengamanan. Warung tersebut terletak di jalan yang mereka lintasi. Misalnya, ketika melewati Menggala, mereka akan mampir di warung makan penyedia jasa keamanan yang ada di Menggala. Selain diwajibkan makan atau membeli sesuatu di warung makan, mereka juga harus membayar iuran bulanan yang sudah ditentukan sesuai kesepakatan.

Kalau toh tidak bisa mampir, biasanya sopir cukup memberikan "tip" kepada pengurus jasa pengamanan yang berdiri di pinggir jalan. Maklum saja, keterbatasan uang jalan sopir pasti tidak akan cukup jika harus berhenti di setiap posko pengamanan (biasanya mobil memakai lebih dari satu penyedia jasa pengamanan).

Uang tersebut yang konon digunakan sebagai balas jasa berupa pengamanan ketika si sopir melewati wilayah kekuasaan pemilik jasa. Misalnya, pengguna jasa pengamanan APPK akan mendapatkan pengawalan (jika dibutuhkan) untuk melintasi Kabupaten Mesuji mulai dari Simpang Pematang sampai Kecamatan Musuji, OKI, Sumatera Selatan.

Jika mobil muatan mengalami kerusakan seperti patah as, pecah ban atau rusak mesin, penyedia jasa pengamanan akan standby di sekitar lokasi. Mulai dari menyiapkan peralatan untuk perbaikan mobil sampai menjaga dari gangguan kelompok lain.

Jalur tersebut memang dikenal rawan, khususnya bagi mobil angkutan barang. Di sana, selain mereka harus melewati jembatan timbang di Pematang Panggang dan Kecamatan Mesuji (di sekitar jembatan timbang banyak pungli), mereka juga akan melewati wilayah kekuasaan beberapa kelompok Jasa Pengamanan lainnya, khususnya ketika akan keluar Lampung dan memasuki daerah OKI, Sumsel.

Di Jalur Lintas Timur, posko jasa pengamanan paling banyak ditemui di Kecamatan Pematang Panggang dan Kecamatan Mesuji Kabupaten OKI. Apabila malam tiba, kondisi pinggiran jalan di sana berubah ramai. Tampak terlihat beberapa kelompok pengelola jasa pengamanan menunggu kendaraan "klien"nya.

Di wilayah tersebut terbilang paling keras dan ramai pemain. Penulis mencatat, setidaknya ada belasan kelomopok yang beroperasi di sana. Bahkan Anak-anak remaja pun telah membentuk kelompok sendiri.  Senjata tajam sampai senjata api rakitan adalah benda yang wajib diselipkan di pinggang saat "bertugas". Keras dan ramainya pasar jasa pengamanan di sana karena posisi strategis yang dekat dengan pos timbangan kendaraan.

Kelompok ini lah yang akan mengawal mobil masuk jembatan timbang. Biasanya, ada beberapa mobil yang akan masuk ke dalam jembatan timbang. Ketika akan masuk, sopir menitipkan uang kepada pengurus jasa pengamanan. Uang tersebut dibagi, sebagian masuk ke timbangan, sebagian lain masuk kantong penyedia jasa keamanan. Praktek ini membuat PAD daerah "rembes".

Selain di Mesuji, posko pengamanan juga ada di Bawang Latak Menggala sampai Unit II. Di sana bisa dilihat beberapa posko atau rumah makan yag dijadikan tempat berhenti beberapa truk muatan. Ramainya jasa pengamanan di sini karena memang beberapa mobil membutuhkan pengawalan untuk menembus jalan sepi yang membelah kebun tebu dan tingkat kerawanan yang tinggi di beberapa titik di wilayah tersebut.

Di jalur Lintas Barat, ada beberapa posko yang berdiri di Kecamatan Wonosobo dan Kecamatan Semaka. Di sana, sudah berdiri tiga pos penyedia jasa pengamanan. Satu pos lagi berdiri tepat diatas Tanjakan Sedayu.

Melalui jalur ini, pemilik kendaraan sudah pasti disetop oleh tiga posko pengamanan. Ketiga posko yang berdiri berdekatan ini tidak berdiri menyatu dengan rumah makan. Mereka hanya khusus mendirikan posko pengamanan yang terkadang juga melakukan pungutan kepada mobil muatan yang melintas, memakai atau tidak memakai jasa mereka. Terlebih di malam hari, posko akan makin ramai oleh para pemuda dan memungut tarikan dari sopir muatan yang nilainya mulai dari 5 ribu (minimal).

Oleh sebab itu, saat malam hari, sopir atau pemilik angkutan barang memilih untuk bermalam di dalam Hutan TNBBS kecamatan Bengkunat Belimbing, Pesisir Barat untuk kemudian melanjutkan perjalanan di pagi hari.

Selain di Tanggamus, beberapa posko juga berdiri di Kabupaten Pesisir Barat. Paling banyak di Kecamatan Pesisir Utara, Lemong dan memasuki Kabupaten Kaur, Bengkulu. Posko di Kabupaten ini tidak melakukan jasa pengamanan dan tidak memberikan cap stempel logo di bak mobil. Mereka hanya menyediakan jasa pertolongan kepada mobil yang mengalami kecelakaan.

Jalur Lintas Barat Pesisir Barat memang dikenal rawan kecelakaan. Jalur berkelok, curam dan sempit terkadang menjebak mobil dalam jalur yang salah kemudian tergelincir atau gagal menanjak. Kejadian tersebut sering terjadi di Tanjakan Leter S dan Tebing Kramat Aminullah yang dikenal sebagai tebing angker manula yang sudah menelan puluhan korban meninggal.

Di lintas Tengah, secara kasat mata bisa dilihat di Way Kanan, Terbanggi Besar, Gunung Batin, Humas. (Di lokasi ini, penulis tidak mengetahui cukup informasi karena tidak pernah bersinggungan dan berinteraksi secara langsung dalam waktu yang cukup lama). Kondisi serupa terjadi di Kabupaten Lampung Selatan dari Simpang Kates sampai Bakauheni.

Diantara kelompok jasa pengamanan biasanya memang tidak akan saling mengganggu. Tetapi terkadang ada diantara anggota penyedia jasa yang terpancing keributan. Kejadian yang pernah penulis rekam ketika pemakai jasa pengamanan Rm MB (dari Kec. Banjar Agung, unit II) hendak dimintai uang oleh anggota kelompok lain di Tanjakan Cakat, Menggala.
Lanjut Ke Halaman 2