Breaking News

Internet Menjadi Alat Propaganda dan Pembunuhan Karakter

Internet Menjadi Alat Propaganda dan Pembunuhan Karakter : Internet menyediakan ladang bisnis bagi siapa saja yang ingin berkontribusi didalamnya. Begitu juga dengan saya, saya juga tidak ingin menyia-nyiakan peluang yang ada. Peluang yang begitu besar dan tidak banyak orang yang mampu untuk terlibat didalamnya.

Internet Menjadi Alat Propaganda dan Pembunuhan Karakter
Pada dasa warsa ini kita perhatikan begitu banyak merebaknya media sosial dan media berita online. Yang memungkinkan setiap orang bisa mengakses berita tanpa harus membaca surat kabar cetak. Cukup dengan smartphone, maka setiap orang bisa menikmati berita atau kabar lainnya terupdate. Dan bahkan kabar burung pun menjadi headline dan gampang untuk di share ke laman-laman smartphone.

Banyak manfaat dari internet yang bisa kita peroleh tetapi juga banyak sisi negatif yang ada didalamnya. Sudah banyak kita baca fitnah, propaganda, berita miring tentang tokoh, tempat atau kejadian lainnya diluar sana. Yang terkadang lahir secara bersama dan mendua. Jadi berita mana yang mengandung kebenaran juga menjadi sumir. Jika kita tidak hati-hati dan melakukan filter terhadap segala informasi yang kita terima maka bisa jadi sudut pandang kita dalam menghadapi fenomena yang terjadi akan terpengaruh oleh informasi yang kita terima.

Bagi kita yang polos dan tanpa tedeng aling-aling akan mudah terprovokasi dan menerima secara mentah informasi yang masuk. Banyak hal yang menjadi penyebab dualisme berita yang kita terima:

Pertama, dengan tujuan politis untuk menjatuhkan lawan politiknya. Maka propaganda atau isu yang dibangun memberikan pencitraan baik atau buruk terhadap orang yang dituju. Dengan propaganda yang ada maka diharapkan situasi menjadi terbalik dan menanam persepsi yang mendalam. Membangun brand dalam benak setiap yang menerima informasi bahwa si A memiliki sikap seperti ini dan ia layak untuk diterima atau ditolak.

Kedua, propaganda yang dilakukan dengan pengalihan sesuatu yang sebenarnya dangkal dari informasi sebenarnya demi meningkatkan rating. Rating menjadi acuan akan banyaknya setiap orang mengakses berita yang disajikan. Rating menjadikan setiap orang untuk rela melakukan diluar kewajaran demi mendapatkan rating yang tinggi. Walau harus dengan cara berbohong atau mengelabui orang lain.

Itulah yang terjadi pada Indonesia kekinian, maka tak heran jika kita kini banyak mendapatkan berita yang sumir, mencemooh orang lain, dan merendahkan pendapat orang lain dengan pandangan yang tak sepatutnya. Dengan berkelompok menjadi haters dan menghujat.

Bagi saya, kritis harus dibedakan dengan menghujat. Kritis adalah menampilkan sesuatu yang seharusnya dan bagaimana seharusnya. Ketika mengapa ditanyakan maka harus ada apa, siapa, dimana dan bagaimana seharusnya.

Dewasa ini kita dihadapkan pada situasi bahwa mencemooh orang lain adalah pekerjaan yang layak untuk dilakukan baik di media sosial maupun media lainnya. itulah mental yang telah terbangun. Sehingga dengan istilah haters, pasukan nasi bungkus dan pasukan-pasukan lainnya hadir di internet tanpa substansi yang jelas tentang apa yang dikatakan.

Membully, sepertinya menjadi budaya baru Bangsa Indonesia. Bagi yang tidak siap dibully akan mendapat trauma dan meruntuhkan mental serta kepercayaan dirinya.  Bully media lebih menyakitkan, karena yang membully tidak tampak namun kata-katanya, video dan gambarnya bisa bertebaran dan bergentayangan kemana saja.

Ia siap membunuh, membunuh karakter siapa saja yang ia incar.

Baca Juga: Potensi Blog Untuk Generasi Muda dan Tantangannya