TN Way Kambas, Destinasi Wisata Yang Mati Suri
Taman Nasional Way Kambas, Destinasi Wisata Yang Mati Suri : Pada tahun 1985 didirikanlah Pusat Latihan Gajah atau pada saat itu orang-orang sekitar lebih mengenalnya dengan sebutan PLG dan saat ini telah berubah menjadi Pusat Konservasi Gajah di Way Kambas. Dan pada tahun 1989 dideklarasikan sebagai Kawasan Taman Nasional Way Kambas. Dengan keberadaan Taman Nasional Way Kambas, disamping untuk konservasi gajah juga dibentuk tempat pariwisata kebanggan Kabupaten Lampung Tengah pada waktu itu dan sekarang telah masuk pada wilayah pemekaran Kabupaten Lampung Timur.
 |
| foto pada tahun 2013 |
Sebagai seorang anak kecil, pada saat itu tahun 1989an, diberanda rumah panggung kami, hampir setiap sore dan pagi gajah-gajah tersebut dibawa oleh pawang untuk dimandikan di sungai (Kuwayan Way Penet) yang melewati kampung Raja Basa Lama, sebelum dipindahkan ketempat saat ini. Saat ini bila dihitung jarak dari kantor PPA menuju Taman Nasional Way Kambas sekitar 16 km
Pada tahun 1990an Taman Nasional Way Kambas mencapai booming, banyak turis-turis asing yang datang untuk melihat gajah di TNWK. Pemandangan tersebut dapat dilihat setiap waktu, namun kini, TNWK mulai kehilangan moment-moment tersebut. Hal ini disebabkan oleh kurangnya inovasi dalam pengelolaan TNWK dan masalah-masalah yang membelit didalamnya. TNWK seperti mati suri, hidup segan mati tak mau.
Sebagai seorang yang dibesarkan di wilayah TNWK, saya sangat bangga dengan keberadaannya. Secara pribadi saya merindukan TNWK dapat berkembang dan maju. Kemajuan pada suatu destinasi wisata adalah dengan banyaknya pengunjung yang datang kesana, atraksi-atraksi gajah yang disediakan tidak monoton dan dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang berdampak pula pada masyarakat sekitar atau desa-desa penyangga. Waktu-waktu yang ramai dikunjungi adalah pada saat lebaran dan mungkin saat diadakannya Festival Way Kambas, yang booming pada saat pertama kalinya dilakukan di TNWK.
