Breaking News

Memasarkan Diri Itu Asik

“Memasarkan Diri” Itu Asik : Konotasi dari memasarkan diri selama ini memberikan stigma negatif. Tanpa disadari begitu mendengar kata-kata “memasarkan diri” kita langsung mengernyitkan dahi.  Tetapi yang dimaksudkan disini bukanlah memasarkan diri secara jasmaniah seperti memberikan pelayanan menyimpang kepada orang yang membeli, tetapi lebih kepada bagaimana kita “memasarkan” diri kita pada konteks kualitas diri terhadap target pasar yang kita tuju.
Memasarkan Diri Itu Asik
Kalau perusahaan memasarkan produk atau jasanya, maka kita juga tanpa disadari memasarkan diri kita dengan kualitas diri kita. Apakah itu pada sektor jasa profesional maupun pada jasa ketenagakerjaan.

Pada sisi lain, di era demokratisasi saat ini kita banyak terlibat pada peristiwa-peristiwa politik. Dan peristiwa politik tersebut memunculkan sosok-sosok yang memasarkan dirinya untuk dipilih oleh rakyat dengan strategi promosi masing-masing. Pencitraan adalah salah satu cara promosi untuk “menjual diri” para politikus tersebut. Tentunya, kriteria ini mengesampingkan adanya politik uang didalam prosesnya.
Dan tentu saja proses memasarkan diri tersebut memiliki tantangan yang dihadapi oleh setiap orang. Tinggal bagaimana kita mengatur agar prosesnya menjadi menyenangkan dan mengasikan. Memasarkan diri akan lebih mudah bila kita mengetahui siapa kita. Kita mengetahui apa potensi yang kita miliki, bakat dan keunggulan lainnya. Ada beragam cara atau pandangan dalam memasarkan diri kita dari beberapa pakar.

Hermawan Kertajaya mengeluarkan buku dengan judul “Marketing Yourself: Kiat Sukses Meniti Karir dan Bisnis” pada tahun 2005. Core strategi yang dicetuskan oleh Hermawan Kertajaya adalah segitiga PDB, PDB sendiri adalah akronim dari Positioning, Differentiation dan Branding.

Positioning adalah bagaimana kita memposisikan diri pada benak pelanggan atau target market. Positioning merupakan janji kepada pelanggan, kalau kita adalah tenaga kerja maka atasan kita adalah pelanggan. Kalau kita adalah politikus maka rakyat adalah pelanggan. Positioning berperan dalam menanamkan persepsi positif kepada pelanggan. Daya dukung positioning ini sendiri harus didukung dengan diferensiasi.

Menjadi pembeda dari yang lain. Karena pada dasarnya kita adalah sama-sama manusia, tetapi yang membedakan adalah yang satu biasa-biasa saja dan yang satunya lagi luar biasa. Karena pembeda itu yang akan menjadikan kita unik, dan unik lebih bernilai dari yang biasa-biasa saja. Kekuatan dari diferensiasi ini adalah value. Bagaimana membangun value tersebut kedalam benak pelanggan sehingga value menambah keunggulan dalam bersaing dengan yang lainnya.

Selain positioning dan diferensiasi, Hermawan Kertajaya menambahkan Branding atau merk. Yakni bagaimana membangun ekuitas merk diri kita sendiri secara berkelanjutan. Segitiga PDB itu sendiri digambarkan oleh Hermawan dengan keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Positioning yang didukung oleh diferensiasi yang kuat akan menghasilkan brand integrity yang kuat. Brand integrity yang kuat akan menghasilkan brand image yang kuat dan berlanjut pada brand identity.

Irene Leonard seorang Executive Bisnis Coach pada Coaching For Change menuliskan dengan judul “Self Promotion: How to Sell Yourself” mengatakan bahwa orang yang berkembang dalam bisnis adalah orang-orang yang secar alami memasarkan diri kepada orang tepat dengan cara yang benar. Memasarkan diri tidak harus menjadi proses yang berat jika komponen pemasaran anda dirancang berdasarkan siapa anda.

Dengan mengenali diri kita sendiri kita akan tahu potensi yang terdapat pada diri kita, lebih lanjut Irena memberikan tips dengan membagi beberapa item yakni Know Yourself, Be the best you can be, develop quality relationships, take inisiative, project confidence, be patient and determined dan know what behind what stops you so you won’t let it. 

Demikanlah beberapa pandangan tentang konsep memasarkan diri. Jadi, bukan orang lain yang menyebabkan diri kita bernilai, tetapi diri kita sendiri yang membuatnya terlebih dahulu, sehingga orang lain memiliki persepsi bahwa kita bernilai dan berbeda dengan yang lainnya. Ada nilai ada harga, tentu semakin bernilai diri kita maka semakin berharga pula diri kita. Semakin berharga berarti semakin mahal harganya.