Breaking News

Memahami Taubat-Nya Allah (Resensi Buku Allah pun Taubat)

Memahami Taubat-Nya Allah  (Resensi Buku Allah pun Taubat) : Dari zaman ke zaman perspektif selalu berubah. Begitu pula dengan perspektif manusia dalam memandang agama. Dalam konteks ini, agama juga dapat dipolitisasi dan diinterpretasikan menurut kemauan para penguasa. Demi kepentingan politik penguasa, agama dijadikan tameng untuk melanggengkan kekuasaannya, berikut pula dalam menjejalkan kealam pikiran masyarakat, doktrinisasi agama menjadi kekuatan ampuh yang dapat mempengaruhi dan menentukan arah geraknya.

Memahami Taubat-Nya Allah  (Resensi Buku Allah pun Taubat)

Beragam tafsir kekuasaan terhadap agama tidak dapat dipungkiri merupakan bentuk pembodohan dan pengalihan pandangan secara utuh dalam memandang agama. Sehingga tafsir ajaran-ajaran agama menjadi timpang dan berkutat pada tataran duniawi dan melupakan nilai-nilai ukhrowi. Semua itu didasari pada perspektif penafsir dalam lingkungan yang berbeda-beda, dan terkadang melupakan sumber awal atau sumber pokok dari ajaran yang sesungguhnya.

Islam, dalam perspektif penganutnya adalah agama yang benar. Agama yang diturunkan kemuka bumi, agar manusia kembali kepada Tuhannya. Beragam tafsir tentang islam pun beragam, dan tafsir tersebut didasarkan pada bagaimana penafsir memenuhi kebutuhan kajian yang ingin didalaminya.

Al-Qur’an merupakan kitab yang diturunkan Allah melalui Wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Yang merupakan pegangan hidup atau pedoman hidup bagi manusia didunia. Namun sepanjang sejarah manusia dan umat islam pada khususnya, implementasi terhadap ajaran Al-Qur’an memiliki pandangan yang berbeda-beda. Kondisi ini berujung kepada lemahnya pemahaman masyarakat terhadap Al-Quran dan berkurangnya kajian terhadap Al-Qur’an. Kurangnya kajian terhadap Al-Qur’an menyebabkan lemahnya umat terhadap ajaran Al-Qur’an, sehingga hanya mendengar atau taklid terhadap apa yang didengar tanpa mengkaji secara kritis terhadap kebenaran berita yang disampaikan.

Allah mengutus para nabi dan rasul untuk menerangkan kepada manusia tanda-tanda kekuasaan-Nya. Tanda-tanda (dalam bahas arab; ayat-ayat) Allah ada dua macam: tertulis dan tidak tertulis. Tanda-tanda Allah yang tertulis dinamakan Alkitab, sedangkan tanda-tanda atau ayat-ayat Allah yang tidak tertulis bertebaran di seluruh jagad raya. Kedua macam ayat tersebut saling menguatkan dan tidak bertentangan. Jika ada kitab yang ada didalamnya banyak pertentangan antara ayat satu dan lainnya, bisa dipastikan itu adalah tulisan tangan manusia. Mereka menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri dan mengatakan ”ini berasal dari Allah”. (Allah pun Taubat hal 199)

Buku Allah pun Taubat karya Muhammad Farid secara lugas menceritakan banyaknya pandangan-pandangan keliru ditengah-tengah umat. Dan ini merupakan langkah revolusioner dalam revolusi paradigma terhadap ajaran Al-Qur’an yang selama ini dipahami oleh kebanyakan umat. Mendengar judulnya saja mungkin kebanyakan orang akan memandang karya tersebut sebagai karya yang mengada-ada. Tetapi jika telusuri lebih dalam dan setelah membaca seluruh isi buku tersebut maka dapat diperoleh pengetahuan yang luas dan banyaknya kesalahan-kesalahan pandangan dalam berislam selama ini.

Ada hal yang menarik didalam buku tersebut, yakni ketika manusia menginginkan dirinya masuk syurga tetapi ada perasaan takut dalam menghadapi kematian. Padahal siklus hidup manusia akan melewati yang namanya kematian baru kemudian menuju kepada syurga atau neraka. Lantas kenapa manusia takut mati? Semua itu disebabkan oleh ketidaksiapan manusia dalam menghadapi kematian karena merasa dirinya belum layak untuk menjadi penghuni syurga namun juga takut masuk neraka. Mau tidak mau kematian pasti akan menghampiri setiap mahluk yang bernyawa.

Muhammad Farid mencatat bahwa terkadang manusia takut mati karena kematian akan memisahkan kita dengan orang yang kita cintai. Orang tua, saudara, suami atau istri dan anak-anak. Ini menandakan manusia lebih mencintai mereka ketimbang Allah. Jika kita benar-benar mencintai Allah, kematian ibarat sebuah undangan mesra dari Allah.

Yakinkan pada diri kita bahwa kematian merupakan pintu menuju Allah. Kematian merupakan jalan menuju tempat yang indah yaitu syurga. Dengan selalu mengingat mati kita akan selalu berusaha agar setiap tindakan yang kita lakukan merupakan langkah-langkah kebaikan menuju surga yang penuh kenikmatan. (Allah pun Taubat, hal. 26)

Pandangan lainnya adalah tentang keyakinan umat islam bahwa dengan bersyahadat saja dirinya sudah ada garansi untuk masuk syurga. Atau dengan kata lain, orang islam pasti masuk syurga. Namun berbeda dengan pandangan buku Allah pun Taubat bahwa belum tentu yang namanya orang islam akan masuk syurga. Hal ini dijabarkan Muhammad Farid pada bab ”Berislam tetapi Kekal di Neraka” dan telaah kritis lainnya pada bab ”Maksiat yang Mengantarkan ke Syurga dan Ibadah yang Menjerumuskan ke Neraka”.

Syarat tentang seseorang masuk kedalam syurga atau neraka adalah dilihat dari kebaikan dan keburukan yang dimilikinya. Dasar dari pernyataan tersebut adalah merujuk kepada QS. 101: 8-9, QS. 7:9, QS. 23: 103, QS. 18: 105, QS. 82: 14-16. Jika kejahatan atau keburukan manusia lebih banyak ketimbang perbuatan baiknya didunia maka orang tersebut akan kekal didalam neraka, begitu pula sebaliknya jika perbuatan baiknya lebih banyak ketimbang perbuatan buruknya maka orang tersebut akan kekal didalam syurga.

Al- fujjar merupakan julukan kepada orang yang banyak berbuat kemaksiatan (kejahatan). Lawan katanya adalah al-abror, yaitu orang yang banyak berbuat kebaikan. Jadi tidak ada istilah bahwa orang islam yang banyak dosanya akan mampir dulu ke neraka kemudian masuk syurga. Dan ditegaskan pula bahwa bagi mereka yang banyak keburukannya dibandingakan kebaikannya, jangankan akan masuk syurga, bau syurga pun mereka tidak akan pernah merasakannya. Oleh sebab itu, kehidupan didunia ini akan berujung kepada dua pilihan, yakni kekal didalam neraka atau kekal didalam syurga.

QS. Huud: 114, Menurut ayat tersebut, amal kebaikan kita bisa dipakai untuk menghapus keburukan yang kita perbuat. Jika kebaikan kita sangat sedikit, maka kebaikan kita tidak cukup untuk menghapus seluruh keburukan. Akibatnya, kebaikan kita habis untuk menghapus keburukan. Yang tersisa ialah keburukan. Itulah yang disebut dengan orang yang merugi. (Allah pun Taubat hal. 31).

Hal menarik lainnya selain kematian, syurga dan neraka adalah rasa penasaran yang timbul ketika melihat judul buku Allah pun Taubat. Saya pun terperanjat mendengar judul buku tersebut. Setelah saya baca seksama ternyata selama ini saya keliru dan mungkin kebanyakan umat islam yang memiliki pengertian yang sama dengan saya, yakni mengasosiasikan taubat dengan memohon ampun. Jadi dengan pengertian tersebut pandangan kita yang memahami taubat dengan memohon ampun maka dengan serta merta kita akan mengatakan bahwa Allah pun memohon ampun. Dan ternyata pengertian sesungguhnya tidak seperti itu.

Muhammad Farid mengajak kita untuk kembali ke pengertian yang sesungguhnya menurut Al-Qur’an. Taubat berbeda dengan memohon ampun, seperti yang Allah tegaskan dalam Al-Qur’an dalam QS. Al-maidah:74.

Jadi, jelas bahwa taubat berbeda dengan memohon ampun. Lantas, apa makna taubat yang sebenarnya? Kata taubat berasal dari bahasa arab taaba-yatuubu-taubatan yang berarti kembali. Kita semestinya menggunakan istilah taubat dengan arti yang sesungguhnya menurut Al-Qur’an yaitu kembali.(Allah pun Taubat hal. 87).

Balasan kepada orang-orang yang bertaubat dan berjuang dijalan Allah adalah Allah akan bertaubat kepada orang tersebut. Semakin jauh manusia memalingkan dirinya dari Allah maka semakin jauh pula Allah dari dirinya. Maka semakin manusia tersebut mendekatkan dirinya kepada Allah maka Allah akan lebih cepat mendekatkan diri-Nya kepada hamba-Nya.

Jika kita kembali (taubat) kepada Allah, Allah pun bersegera kembali (taubat) kepada kita. Itu sebabnya dalam asmaul husna, Allah disebut juga mempunyai sifat Maha Bertaubat (Maha Kembali). Ada sekitar 22 ayat dalam Al-Qur’an yang mengatakan bahwa Allah Maha Taubat (Maha Kembali). (Allah pun Taubat hal. 93)

Hadis Nabi Muhammad SAW ”Jika selangkah kita mendekat kepada Allah, maka seribu langkah Allah mendekat kepada kita. Jika kita mendekat dengan berjalan, maka Allah akan mendekat dengan berlari”. Hal ini juga dijelaskan dalam QS. Al Maidah: 39 dan QS. At Taubah: 103-104.

Judul buku Allah pun Taubat merupakan salah satu bab dari buku tersebut. Sebetulnya banyak sekali kajian-kajian menarik lainnya di dalam buku tersebut. Namun karena terbatasnya forum ini, maka sangat tidak mungkin untuk menjabarkan secara keseluruhan isi buku tersebut. Dengan tampilan cover yang menarik, buku ini memiliki daya tarik tersendiri selain isi yang sangat penting didalamnya. Menurut saya sangat disayangkan jika buku ini terlewatkan begitu saja, apalagi bagi mereka yang belum memahami islam secara sepenuhnya. Sebab buku ini dapat menjadi salah satu jembatan awal untuk memahami kandungan isi Al-Quran, karena dasar-dasar kajian yang ditampilkan merupakan refleksi dari kondisi keagamaan keseharian. Atau pandangan-pandangan umumnya yang menjadi pertanyaan dasar sebagian besar awam.

Judul Buku               : Allah pun Taubat
Cetakan Pertama      : Juli 2009
Tebal                       : 213 halaman
Penerbit                   : CV. Anugrah
Harga                       :Rp.

Bandar Lampung, 3 November 2009