Breaking News

Jangan Makan Banyak-banyak

Jangan Makan Banyak-banyak : Bertepatan dengan banyaknya informasi di media sosial yang menanggapi pernyataan Menteri Puan “jangan banyak-banyak makan lah, diet sedikit tidak apa-apa” di sela-sela acara peluncuran program raskin/rastra tahun 2016 di Bali. Pernyataan tersebut menuai kontroversi mengingat pernyataan tersebut menyentuh kebutuhan dasar rakyat Indonesia.

Jangan Makan Banyak-banyak

Tak bisa di pungkiri konflik yang berkepanjangan tidak jauh-jauh disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia. Hasrat menumpuk kekayaan juga dimotivasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Atau dengan menyatakan bahwa “ini urusan priuk bung”, siapa pun dia akan mempertahankan sampai titik darah penghabisan.

Ketika orang-orang ramai menghujat pernyataan Menteri Puan, saya justru setuju dengan apa yang dikatakan olehnya, walaupun pada konteksnya beliau menyatakan tersebut dengan nada bercanda, tetapi tanggapan sumir juga tak kalah banyaknya.

Kenapa saya mendukung? Karena sumber dari banyaknya penyakit adalah dari perut. Banyak makan bisa memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan apalagi kelebihan karbohidrat dan lemak. Banyak informasi yang bisa dicari tentang dampak dari banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat tersebut seperti beras dan gula. Tapi kurang makan juga bisa menyebabkan kekurangan gizi dan berdampak bagi kesehatan manusia. Kasus gizi buruk masih menghantui Indonesia dan masih banyak yang kekurangan makanan diluar sana. Jadi kebanyakan makan bisa jadi penyakit, kekurangan makan juga bisa jadi penyakit.

Adanya raskin adalah untuk menyalurkan kepada masyarakat miskin agar mereka tidak kekurangan makan. Agar keseluruhan masyarakat bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena tak makan berarti kematian, walaupun secara perlahan-lahan. Bagi yang kelebihan makan dan terjadi penumpukan lemak pada tubuhnya, maka pernyataan Menteri Puan lebih tepat, tepat untuk orang-orang yang kelebihan berat badan. Saya setuju dengan pernyataan itu, baik dia orang kaya dan orang miskin kalau berat badannya berlebih juga tidak baik. Obesitas menghantui siapa saja, dan kekurangan gizi juga menghantui siapa saja.

Lebih baik, konsumsi makanan kita secara proporsional, berasisasi yang dilakukan pada masa lalu juga telah berdampak pada gaya hidup masyarakat. Tak kenyang kalau tak makan nasi. Lalu, katanya yang lebih sehat itu gandum, karena mengandung serat yang baik untuk tubuh. Beragam manfaat penganan dari gandum bisa kita temui, tapi sayang, gandum harus di impor. Jadi, ada kepentingankah dibalik itu semua?

Kemudian yang sehat katanya adalah beras merah, yang harganya mahal dan kelewat batas. Pengalaman saya dalam mengurangi berat badan, memang ada efeknya kalau kita mengurangi porsi nasi dan memperbanyak protein dibanding sumber karbohidrat dan lemak, tapi juga diimbangi dengan olah raga dan istirahat yang cukup.

Makan dalam porsi kecil tapi sering, itu yang paling sering saya dengar dari beberapa instruktur fitnes. Awalnya memang menderita, yang tadinya bisa makan 1,5 sd 2 piring nasi menjadi setengah piring nasi tapi dengan lauk dan sayuran yang ditambah. Ternyata, setelah menjadi kebiasaan dalam seminggu saja tubuh sudah bisa mengimbangi porsi makanan.

Katanya tak ada tenaga kalau makan nasinya sedikit. Tidak juga, buktinya seiring dengan waktu, berat beban angkatan juga semakin bertambah setiap minggunya dan tubuh juga semakin bertenaga.