Breaking News

Wisuda, Kerja dan Usaha

Wisuda, Kerja dan Usaha : Pada tanggal 27 januari 2016 kemarin saya hadir undangan wisuda sepupu. Uforia meninggalkan almamater Universitas Lampung tercinta, terbesit dari raut wajah polosnya. Tapi, seperti ada yang disembunyikan dan saya coba menerka apa gerangan yang terjadi. Dan kesimpulan saya secara sepihak mengarah kepada pandangannya kedepan, tentang langkah bahwa wisuda adalah awal, awal dari menapaki kehidupan selanjutnya.
Wisuda, Kerja dan Usaha

Realitas kehidupan yang akan dihadapi, tentang tantangan apa, bagaimana, kapan, dimana dan mengapa. Realitas tersebut menyimpan ketakutan, bahkan bisa berlebih tatkala tidak siap menghadapinya. Ketakutan yang lumrah, tetapi bagi yang sudah biasa berhadapan dengan tantangan itu rasanya biasa-biasa saja dan bahkan mungkin tak ada efeknya.

Ini mengingatkan memori tempo dulu, setelah bertahun-tahun digojlok pada dunia idealis, kalau boleh mengatakan dunia pendidikan adalah ruang idealis, dan dunia realitas kalau boleh mengatakan dunia kerja, wirausaha atau dunia yang tak saya mengerti apa namanya. Mungkin para ahli sosiologi memahaminya apa yang saya maksud, karena kelemahan literatur saya pada ilmu tersebut. Tibalah saatnya di wisuda dan setiap ucapan selamat selalu ditambah dengan semoga lekas mendapat pekerjaan. Atau lebih ekstrim lagi, “selamat ya pengangguran, semoga cepet dapet kerja ya..”. Senang bercampur takut, ya tipikal sarjana dari kampung, yang orang tua tidak memiliki power baik dari jaringan bisnis, birokrasi, politik dan jaringan-jaringan lainnya.

Awal-awal dulu pada saat baru lulus kuliah, dunia kerja adalah pilihan utama. Berbondong-bondong tanya sana, tanya sini. Buat lamaran, buat CV dan cari info lowongan pekerjaan. Karena dalam perspektif saya pada saat itu adalah sangat prestise sekali menjadi PNS atau Karyawan Swasta yang pakai dasi. Berangkat pagi, pulang sore. Setiap bulan digaji. Gajian merupakan momen indah yang tak terlupakan. Setelah itu menikah dan punya anak.. itulah mimpi ketika baru wisuda. Lamunan tepatnya.

Wisuda, Kerja dan Usaha

Beragam buku motivasi diri dibaca, yang justru membuat uring-uringan, menggebu-gebu dan semangat 45 yang pantang surut. Tapi bingung dengan langkah yang seharusnya dilakukan. Karena yang terjadi justru yang tak diharapkan. Dunia kerja ini begitu sempit, ingin wirausaha tapi tak berdaya dan bertekuk lutut pada harapan yang hampa. Kita sibuk cari uang, eh dengan mudahnya sang motivator berkata, ciptakanlah pohon uang, jadikanlah uang sebagai budak, biarkan uang mencari kita, biarkan uang yang menciptakan uang untuk kita. Dahsyat, super, mantap.

Yah, itulah ruang realitas. Kita berhadapan dengan realitas, bahkan ketika kita hadir di dunia ini, kita memasuki realitas. Pandangan idealis ada pada buku, diskusi dan beragam peraturan-peraturan yang kita ciptakan.

Yang paling penting adalah bahagia, karena kebahagiaan itu sangat mahal harganya. Kita bahagia ketika kerja, bahagia ketika bisnis lancar dan omset yang terus meningkat, bahagia ketika sehat, bahagia ketika orang-orang disekitar mendukung apapun tujuan hidup yang ingin kita jalani. Kebahagiaan itu tak ternilai harganya.

Uang bukanlah segala-galanya, tapi segala-galanya butuh uang kata Tung Desem Waringin. Ya, kita hidup bukan lagi dijaman batu, kita hidup dengan standarisasi uang sebagai perantara nilai.  Salah satu riwayat hadis mengatakan “kefakiran mendekatkan kepada kekufuran”. Terlepas dari lemahnya riwayat hadis tersebut menurut pendapat beberapa ulama.