Breaking News

Dejavu Golkar

Dejavu Golkar : Sudah tabiatnya, eksistensinya tak diragukan. Ia ulet, susah untuk dimatikan. Ia ibarat amoeba yang dapat membelah diri melangsungkan proses reproduksi melanjutkan dan mempertahankan kekuasaan. Ia dapat hidup walau dibonsai, di training dengan keadaan yang gersang sekalipun, apalagi basah.


Dejavu Golkar

Sebagai pembentuk sejarah, ia fenomena. Menghegemoni dan mengkooptasi pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai dengan karakter tanaman yang menjadi lambangnya “Pohon Beringin”. Pohon angker yang memiliki daya mistis. Menakutkan ketika besar tetapi memiliki seni dan keindahan ketika di bonsai.

Sekber Golkar, Golkar dan atau Partai Golkar. Hasil metamorfosis dari masa kemasa dan lekat dengan kekuasaan. Ia berkuasa atau menguasai. Ia tak mau jauh dari kekuasaan karena dilahirkan dari kekuasaan. Ia tak berdaya ketika tak lagi berkuasa, ia butuh kekuasaan. Tetapi tidak, akarnya menjadikan ia tetap berkuasa. Ia punya sejuta kader yang dapat meresap masuk dimana kekuasaan berada.

Siapapun pemenangnya, ia juga bagian dari kemenangan dan juga bagian dari kekalahan. Lihatlah, pada reformasi ia dihujat, digulingkan dan direpresentasikan sebagai simbol kejahatan. Jahat kerena telah lama berkuasa, simbol pembungkaman dan pembredelan. Apakah ia melemah, tidak. Ia bertransformasi menjadi kekuatan baru yakni Partai Golkar. Ia berubah menjadi partai dan bukan lagi Golongan Karya an sich.

Bergabungnya Partai Golkar kedalam pemerintahan Jokowi-JK seperti dejavu pada periode SBY-JK. Lagi-lagi faktor JK penentu, kalau dahulu PDIP yang ditinggalkan, saat ini PDIP yang menjadi idaman. Menjadi sebuah kebenarankah bahwa tidak ada teman atau koalisi abadi, tetapi yang abadi adalah kepentingan.

"Dalam perang anda bisa terbunuh sekali, tapi dalam politik anda bisa mati berkali-kali" kata Winston Churchill. Menyimak dari pernyataan tersebut “mati berkali-kali” juga menggambarkan anda bisa bangkit dalam kematian dan hidup kembali berkali-kali.