Mendayagunakan Informasi Sebagai Media Pembelajar
Mendayagunakan Informasi Sebagai Media Pembelajar
"Ternyata benar apa yang selalu dikatakan bapak/ibu guru setiap kali menyampaikan pelajaran di kelas. Setiap kali mereka selalu bilang kalau mau belajar itu baca buku dan kalau ada yang kurang jelas silahkan tanya. Tapi kebanyakan justru tak berani bertanya dan tak mau membiasakan dua kegiatan tersebut sebagai kebutuhan hidupnya."
SAYA merasakan betul manfaat dari membaca dan praktek, seperti kebanyakan ilmu terapan jika hanya dibaca tapi tidak di praktekan maka rasanya seperti sia-sia dan kecil manfaatnya. Karena dari praktek tersebut timbul pertanyaan-pertanyaan. Dari ketiga kegiatan itu diperolehlah pengetahuan yang luar biasa.
Membaca adalah kegiatan pribadi yang bisa dinikmati kapan saja. Dari membaca kita memperoleh pembelajaran yang selama ini mungkin belum pernah kita temukan. Tetapi untunglah para nenek moyang kita menyadari betapa pentingnya untuk berkomunikasi secara tertulis. Mungkin pada saat itu manusia sudah memiliki permasalahan yang kompleks sehingga membutuhkan komunikasi yang lebih efektif dan efisien.
Sarana komunikasi secara lisan menjadi terbatas ketika manusia berada pada jarak yang jauh. Sehingga waktu tempuh dan biaya untuk menyampaikan informasi menjadi lebih besar. Komunikasi secara tertulis menjadi sarana informatif yang efektif dan efisien. Selain itu, penemuan-penemuan yang ada dirasakan tidak mungkin jika harus di berikan turun temurun secara lisan maka butuh dokumentasi yang dapat menggantikan itu semua.
Hasilnya bisa kita nikmati, pesan-pesan pengetahuan dari jaman para nabi, para filsuf kuno dan para ilmuan kontemporer bisa kita akses dengan mudah. Tetapi akses informasi yang begitu mudah tidak cukup hanya diakses. Akses informasi masih sebatas langkah awal. Karena jika informasi-informasi tersebut tidak dibaca maka akan percuma. Begitu juga dengan buku-buku ilmu pengetahuan, jika hanya tersimpan dan bertumpuk tak pernah di baca, ia akan sia-sia. Kita butuh proses untuk membaca isinya.
Pesan dibaca, diperolehlah pengetahuan yang luar biasa. Dari pesan-pesan itu kita memperoleh formulasi pengetahuan yang belum tentu orang lain tahu. Pengetahuan yang kita peroleh butuh aksi. Ia butuh tindakan kongkret yang akan membawa ke alam pengetahuan selanjutnya. Sebuah pengetahuan yang ditambah pula dengan pengalaman-pengalaman. Jadilah formulasi pengetahuan yang unik dan membutuhkan pengembangan-pengembangan selanjutnya.
Kajian kritis terhadap apa yang kita baca bisa dengan menuliskannya dengan bahasa kita sendiri atau juga bisa dengan berdiskusi dan bertanya dengan orang lain. Kita membutuhkan orang lain agar bisa tercipta objektifitas dalam informasi yang didapat. Kritis bukan berarti selalu mengundang perdebatan-perdebatan yang tak ada ujungnya, karena kalau seperti itu maka namanya bukan diskusi tapi debat kusir. Saya tidak tahu kenapa diistilahkan seperti itu, apakah memang cara para kusir berdebat gayanya memang begitu atau memang ada faktor lain sehingga terjalinlah istilah debat kusir.
Perdebatan terjadi karena ketidaksepahaman diantara beberapa pihak. Bisa juga kerena ego, ketika ego diserang maka ia mengaksesnya dan mengcounter serangan tersebut dengan kalimat yang lain. Sehingga terjadilah perdebatan yang sengit.
Kembali kepada persoalan inti yang dibicarakan, saya merasakan bahwa praktek merupakan aksi nyata dari sebuah kegiatan. Karena dengan praktek kita sudah melaksanakan aksi pembuktian dari apa yang dibaca. Karena dunia yang dihuni ini membutuhkan bukti dari setiap kegiatan-kegiatan yang ada. Jika tidak ada praktek maka kita hanya menjadi penonton dari setiap aktifitas orang lain.
Dari praktek kita mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi. Dengan praktek pula kita memperoleh hasil dari apa yang diinginkan. Dari situlah timbul kejanggalan-kejanggalan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, apa yang diangankan dan apa yang terdapat dalam teori.
Praktek adalah pembuktian tentang kebenaran informasi yang diperoleh. Pada prosesnya praktek akan melahirkan pertanyaan-pertanyaan kembali. Dan dari sinilah dimulainya proses selanjutnya. Maka dari itu kita membutuhkan orang lain tempat kita bertanya.
Yang menjadi permasalahan, kebanyakan orang menjaga gengsinya untuk bertanya. Atau juga malu untuk bertanya karena takut nanti dikatakan tidak bisa. Menurut keyakinan saya bertanya merupakan sarana yang efektif guna menunjang informasi yang lebih valid.
Kenapa kita harus malu bertanya kalau memang tidak tahu. Kenapa harus membohongi diri sendiri kalau bisa jujur. Semasa sekolah dasar dulu kita diberikan peribahasa yang mengatakan bahwa ”Malu bertanya sesat dijalan”. Pastinya tidak ada manusia yang mau untuk sesat atau bodoh. Karena hidup dalam kesesatan dan kebodohan justru akan mempersulit diri sendiri.
Seharusnya kondisinya tidak serumit yang bakal terjadi, tetapi karena faktor malu bertanya justru semakin memperumit masalah. Yang dimaksud bertanya disini adalah bertanya yang memang pemenuhan kebutuhan pada apa yang tidak kita ketahui bukan pertanyaan yang mengada-ada dan asal bertanya tanpa pertimbangan akal yang sehat.
Kita butuh mentor yang membimbing dan ternyata betapa indahnya menjadi manusia pembelajar. Karena dengan pembelajaran tersebut terciptalah sirkulasi pengetahuan. Proses inilah yang membedakan kita dengan mahluk Tuhan lainnya.
Membaca, praktek dan bertanya adalah formulasi dalam dunia yang penuh dengan informasi saat ini. Tapi dengan kelimpahan informasi yang ada sekarang justru masih banyak hal yang belum bisa memenuhi kebutuhan manusia. Dengan mudahnya mengakses informasi yang tersedia baik di internet maupun media-media lain belum tentu bisa memberikan kepuasan yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada.
Kita membutuhkan sarana yang lain, sarana yang bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan. Dengan banyaknya pertanyaan yang belum terjawab tentu menjadi motivasi bagi kita untuk terus menggali informasi yang ada. Karena dengan adanya pertanyaan-pertanyaan itulah maka lahirlah jawaban-jawaban.
Mungkin saja jika tidak ada pertanyaan maka jawaban akan tersimpan dan tetap menjadi misteri. Dan akan terungkap sampai dengan ada yang menemukan jawaban-jawaban ketika lahirnya pertanyaan. Jawaban-jawaban itu akan disimpan dan menjadi dokumentasi penting untuk kehidupan yang akan datang.
Dari dokumentasi yang ada ia menjadi media yang dibaca oleh orang lain. Kemudian dipraktekan dan ternyata suatu saat nanti tidak relevan lagi dengan kenyataan yang terjadi pada masa itu. Maka timbullah pertanyaan baru, dari pernyataan itu tersingkaplah jawaban yang baru. Begitulah siklusnya, yang berputar terus tidak ada akhir.
Bahkan perputaran yang terjadi semakin cepat dan cepat. Tidak pernah berhenti pada satu titik. Semakin banyak informasi yang diterima saat ini, semakin banyak juga kebutuhan akan informasi selanjutnya. Bahkan kelimpahan yang ada sekarang hanyalah kelimpahan yang sementara karena suatu saat nanti, kelimpahan informasi yang ada bisa jadi tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan tiba.
Pernyataan yang mengatakan bahwa semakin banyak baca semakin tidak tahu memang benar adanya. Semakin kita banyak membaca semakin kita merasa bodoh dan banyak hal yang belum diketahui.
Baca Juga: Potensi Blog Untuk Generasi Muda dan Tantangannya
Baca Juga: Potensi Blog Untuk Generasi Muda dan Tantangannya